Showing posts with label Story. Show all posts
Showing posts with label Story. Show all posts

Welcome Back to Catatan Leannie, Yuk Kembali Ngeblog lagi!

Catatan Leannie
Welcome back to Catatan Leannie/
Pexel.com by Anthony Shkraba


Sebenarnya udah cukup lama off nulis dan jujur aja Saya sedih soalnya dari Bulan November tahun kemarin sampai Bulan Januari 2021 ini engga ada postingan blog saya. Saya juga lagi nyusun novel akhir tahun kemarin targetnya bisa terbit, tetapi sampai saat ini pun belum saya selesaikan padahal tinggal sedikit lagi, tinggal penutupnya aja, satu atau dua bab akhir.

Belum lagi saat saya cek email, ada beberapa tawaran kerja sama yang saya engga ambil, terkait kondisi saya yang kurang sehat saat itu. 

Beberapa bulan terakhir saya lagi sering bolak-balik ke dokter dan bikin saya susah fokus nulis. Belum lagi saya menjalani operasi ganglion di awal Januari ini. Alhamdulillah sudah berjalan dua bulan masa pemulihan dan sekarang merasa jauh lebih baik.

Beberapa bulan ke belakang, saya ngerasa engga bisa seproduktif dulu yang sanggup nulis tiap hari begitu ikutan nulis One Day One Post di blog meski saya ngeblognya via gawai, jarang nulis di laptop.




Saya jadi inget juga tentang blog baru niche traveling di traveleannie.my.id. Blog ini baru dua tulisan aja di sana, berhubung pandemi juga jadinya jarang nulis lagi di sana.

Beberapa target nulis belum bisa saya capai, saya anggap mungkin saatnya saya rehat dulu untuk sementara. Sedih soalnya kalau sampai berhenti total.

Saya jadi inget dulu saat pertama kali bikin blog, ngoprek tema yang sesuai, pasang TLD alias domain .com, belajar ilmu SEO dan naikin DA blog. Pas sekarang saya cek lagi DA saya turun jauh dong, padahal dulu inget banget perjuangan naikinnya. Yuk, ah, semangat lagi ngeblognya.




Rasanya sedih banget kalau sampai ngeblognya malah jadi off. Hanya saja sepertinya saya ngalamin yang namanya writer block. 

Akhirnya memang saya mengambil jeda untuk nulis dan juga sosmed. Instagram dan Twitter pun lama saya anggurin. Inget postingan terakhir di Bulan Oktober dan belum ada postingan baru sampai sekarang.

Mungkin saya jadi kehilangan minat buat nulis dan sekadar medsosan. Ah, saking saya mikirin banyak hal dari kesehatan, anak, PJJ, masalah kehidupan pribadi dan keluarga juga membuat saya harus sering mengambil napas panjang, kadang suka penat sendiri juga. Bahaya banget emang kalau udah begini dan berkepanjangan. 




Belakangan ini saya jadi susah nulis deh alias Writer Block istilahnya. Udah beberapa bulan ini postingan blog saya kosong. Konsisten ternyata sulit saya penuhi akhir-akhir ini. 

Sekarang saya mau mulai menulis lagi, biar teralihkan semua rasa yang saya simpan sendiri. Menulis bisa sebagai terapi juga. Self healing namanya. Postingan ini isinya murni tentang curhatan saya. Insyaallah mau aktif ngeblog lagi. Mencoba konsisten dengan melanjutkan apa yang udah dimulai sebelumnya.

Welcome back to Catatan Leannie. 



Salam,




 

Pengalaman ke IGD RS untuk Kuret dengan BPJS di Masa Pandemi dan Jelang Lebaran 2020


Kuret dengan BPJS di RS saat Pandemi
Lagi di UGD RS saat akan di kuret,
dokumentasi pribadi

Masyaallah ... menuliskan kembali tentang ini jadi inget lagi akhirnya saya bisa melewati semua ini. Pengalaman kuret yang saya lakukan dengan menggunakan BPJS Kesehatan di RSIA Kota Bandung.

Kehamilan kedua yang dinantikan dan akhirnya harus saya relakan juga kalau Dia yang menitipkan, kembali mengambil titipan-Nya. Insyaallah saya sudah belajar mengikhlaskannya.


Nah, saya mau sharing, nih. Pengalaman tak terlupakan saat harus kuret pakai bpjs dan lagi pandemi COVID-19 serta jelang lebaran. Jujur, semua ini butuh perjuangan besar untuk melewatinya.

Ketika tahu harus dikuret, saya memang mengaktifkan BPJS Kesehatan yang udah off selama dua tahun lebih. Setelah dicek kalau pengen mengaktifkan kembali BPJS suami, saya dan anak, kena denda sebesar enam juta rupiah. 

Mungkin ada yang berpendapat daripada ngeluarin uang sejumlah di atas mending bayar mandiri aja. Asuransi kesehatan kan jaga-jaga buat di masa depan. Pengennya sih sehat terus tanpa ada keluhan ini dan itu.

Pertimbangan lain mengaktifkan kembali BPJS yang udah off dua tahun, karena saya juga harus operasi bedah mulut karena kasusnya ada gigi geraham belakang yang baru tumbuh dan tumbuhnya ke samping serta menembus gusi.

Hal ini yang bikin saya sering sakit gigi plus kepala juga ikut nyut-nyutan. Saya enggak mau lagi deh sakit gigi. Baik sakit hati maupun sakit gigi sama-sama enggak enak buat saya. Jadi enggak ada istilah lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati. Big No dua-duanya.

Jadi, setelah BPJS diaktifkan, suami mengubah faskes satu ke dokter pribadi yang dekat dengan rumah, letaknya di kompleks Cipta Graha. Sebelumnya di klinik kesehatan, sih. Berhubung saya mau kuret, suami dan saya meminta rujukan dari dokter yang dekat rumah.

Pukul 16.00 WIB, saya ke sana dengan suami. Meski ada tulisan buka di rumah praktiknya, ternyata dokternya enggak di tempat. Pembantunya bilang baru ada jam setengah enam mungkin. Saat itu  masih puasa. Saya kasihan aja sama suami kalau terus nunggu di tempat praktik dokter, kan dia mau buka puasa juga.

Akhirnya setelah buka puasa langsung ke tempat praktik dokter faskes satu untuk meminta rujukan.  Setelah bertemu dokternya, saya meminta surat rujukan ke rumah sakit, tapi dokter enggak memberi rujukan. Dia menyarankan agar saya langsung ke bagian IGD RS.

Saya dan suami mengikuti saran dokter untuk langsung ke IGD. Malam itu Kami langsung  ke IGD RS Mitra Kasih, selanjutnya ke Hermina Pasteur karena ternyata prosedur di IGD pun tetap meminta surat rujukan. Gimana mau ngasih rujukan, kalau dokter di faskes satunya juga langsung nyuruh datang ke IGD.

Hal yang bikin saya enggak enak saat di RS Mitra Kasih, ada salah satu perawat IGD yang luar biasa juteknya. Hanya dia aja seorang, sih, yang lainnya memperlakukan saya dengan baik.

Sayang saya enggak lihat namanya siapa. Hanya saja sebagai salah seorang nakes dulunya, sempet agak shock aja ketika ditanya perawat soal keluhannya apa. perawat IGD yang  nanya pake marah-marah soalnya.

Padahal pasien lagi meringis karena pendarahan, eh dianya malah nanya pake enggak sabaran.

"Keluhannya apa?!" Sambil agak tinggi nadanya 
"Ada mules, enggak?" Masih galak juga nanyanya.
"Keluhannya yang kerasa banget sakit pinggang, mules paling dikit." Jawab saya 
"Berarti ada mules, dong! jawabnya lagi-lagi ketus.

'Ya Allah salah saya apa coba sampai dibentak-bentak perawat IGD Mitra Kasih ini.'

Sedih pake banget rasanya. Padahal hati udah geram dan panas sama sikapnya dia. Saya ngelihatin hasil USG sebelum dan terakhir saat di Klinik Handayani. Dia masih jutek juga sama saya.

"Saya enggak nanya yang sebelumnya, yang terakhir aja!"

 Ya Allah, sampai percakapan ini juga dia masih pakai nada tinggi. Dalam hati saya mikir berbagai kemungkinan.

'Teh, Kamu enggak lagi menstruasi, kan, ya?' 
'Beban kerja Kamu berat banget, ya, sampai pasien aja kamu marah-marahin?'

Pertanyaan itu berkelebat dalam pikiran saya. Hanya saja enggak saya tanyain langsung. Lagian sungkan juga nanyanya, nanti saya disemprot lagi sama dia.

Ya Allah, tapi perawat lain biasa aja, kok. Bahkan dokter jaga dari IGD Mitra Kasih masih memperkenalkan diri secara sopan dan bertanya dengan cara yang baik. Teteh perawat yang di IGD harusnya belajar dari dokter ini bagaimana cara berinteraksi dengan pasien.

Kamu ketemu sama seorang blogger, sih, jadi apa yang Kamu lakukan pastinya saya abadikan dalam tulisan saya ini.

Saya jelasin balik. Saya kasih yang sebelumnya biar enggak di diagnosis BO. Di USG sebelumnya udah ada janin ukuran 8cm. Itu kata dokter kandungannya.

Baru aja dia diem, Huft ... saya juga seorang nakes, tapi enggak gitu-gitu amat pas lagi kerja dulu. Saya memang kerja di Lab Swasta yang mengutamakan kenyamanan pasien, tapi pas saya kerja di RS juga enggak gitu juga, loh, ke pasien.

Pasien yang datang ke IGD pasti punya keluhan dan indikasi. Meski pasien umum atau pengguna BPJS punya hak  yang sama untuk diperlukan dengan baik.

Tenyata dari pihak  Mitra Kasih bilang kalau dokter buat nanganin kuret lagi cuti lebaran dan adanya tanggal 28 Mei. Sedangkan saya ke sana tanggal 21 Mei 2020

Kelamaan, deh, kalau ikutin prosedur di RS ini kalau infeksi atau pendarahan enggak berhenti-berhenti gimana?

Saya disarankan untuk ke RS lain. Ya sudahlah kalau gitu. Pasrah aja, deh.
Selanjutnya saya dan suami menuju RS Hermina Pasteur.

Sampai di bagian informasi RS, saya bertanya tentang prosedur kuret di RS kalau pakai BPJS. Saya disarankan dua opsi kalau oleh petugas bagian informasi di Hermina.

Pertama, masuk IGD tapi informasi terkini di IGD Hermina saat itu lagi ada pasien PDP sama ODP, kalau masuk sekarang bakal seruangan sama mereka. Shock bangetlah saya denger ini. Saya jadi enggak mau masuk ke IGD Hermina.  Parnoannya kambuh, deh.

Kedua, kontrol dulu ke poli kandungan, tapi enggak bisa sekarang dan harus besok pagi. Itu pun harus ada rujukan dari faskes satu.

Pilihan kedua juga susah berhubung dokter faskes satu juga enggak bersedia kasih rujukan ke saya. Alasannya langsung aja ke IGD RS. Saya berasa kaya bola ping-pong yang dilempar sana sini.

Akhirnya saya minta ke suami pulang aja. Rasanya lelah dua kali bolak-balik keliling RS, dari Cimahi ke Pasteur. Mending besok aja cari rumah sakit lain pikir saya.

Besok pagi saya ke dokter yang jadi faskes satu, lagi-lagi dia enggak ada di tempat, tapi tulisannya selalu Open di tempat kerjanya.

'Dok, kalau lagi enggak di tempat Closed aja tempat praktiknya. Nanti kalau dokter ada di rumah, baru open lagi. Biar pasien kaya saya enggak bolak-balik terus.'

Lagi-lagi kecewa karena dokternya enggak ada. Harus bolak-balik dong saya ke faskes satu ini. Suami akhirnya nelpon BPJS Kesehatan buat ngajuin keluhan dan minta dikembaliin ke faskes sebelumnya di Klinik Afifa Medika.

Petugas BPJS menyanggupi dan mengubah faskes satu keluarga kami ke faskes sebelumnya karena keluhan saya dan suami yang dari kemarin bolak-balik ke tempat praktik dokter tapi dia enggak ada di tempat selama dua hari ini. Dokternya juga agak sulit diminta rujukan. Padahal urgent banget menurut saya.

Ternyata begini prosedurnya kalau ubah faskes via online. Memang kalau report online dokter "R" jadi faskes satu keluarga Kami.

Setelah suami ubah faskes secara daring, sebenarnya baru aktif sebulan ke depan. Saya dan suami kan enggak paham soal ini. Di sistem BPJS, faskes keluarga kami masih di Klinik Kesehatan Afifa Medika, faskes sebelum minta diubah.

Akhirnya suami minta cancel ubah faskes Karena kurang nyamannya Kami di dokter "R" tadi. Setelah petugas BPJS menerima laporan saya, faskes 1 dikembalikan ke sebelumnya di Klinik Afifa Medika.

Saya pun langsung ke klinik Afifa Medika buat minta pengantar ke RS. Sayangnya begitu di depan klinik ada pemberitaan bahwa Klinik tutup sementara waktu dan baru buka kembali pada tanggal 01 Juni 2020.


Ya Allah ... gimana ini? Ke IGD kemarin-kemarin aja ditanyain mana rujukannya. Sedangkan faskes satunya tutup. Dilema lagi pandemi dan jelang lebaran harus ke RS buat kuret.

Akhirnya saya minta suami buat coba RS lain yaitu ke RS Melinda dan RS Santosa. Lagi-lagi ditolak RS Melinda bilang enggak mengcover BPJS buat kuret dan ke RS Santosa enggak bisa nanganin langsung harus ada rujukan dari faskes dan RS lain.

Harus gimana lagi saya? Udah keliling empat RS di Cimahi juga Bandung tapi belum ada hasil. Apa saya harus membiarkan keadaan ini?

Ya Allah ... tolong beri kemudahan bagi saya yang mau kuret saat jelang lebaran dan lagi pandemi seperti ini.

Jadi gimana ini, ya? Saya kan ngaktifin BPJS biar terpakai buat kuret, kalau nungguin faskes buka harus nunggu awal bulan, dong? Sedangkan saya harus segera di kuret, khawatir pendarahan terus dan takut ada infeksi juga.

Selanjutnya saya akan bercerita tentang proses kuret dan kontrol pasca kuret yang saya alami. Part selanjutnya setelah ini, ya.

Ternyata curhatan saya panjang juga, ya. Masyaallah kalau curhat, tenyata bisa  ngalir begini. Moga yang baca enggak bosen, ya.

Beginilah memang kondisi pelayanan kesehatan di negara Kita yang masih harus berbenah. Semoga ke depannya lebih baik lagi dan tak mengecewakan pasien seperti yang saya alami kemarin.



Salam,





Untukmu yang Pernah Singgah, meski Sekejap tetapi Selalu Kuingat

Untukmu yang pernah singgah
Untukmu yang pernah singgah,
Canva


Rasanya baru menuliskan judul ini saya udah membuat saya berkaca-kaca. Mendapatkan anugerah kehamilan kedua memang sesuatu yang begitu membahagiakan. Namun, ketika Allah mengambil kembali titipan-Nya, sebagai seorang hamba, saya hanya bisa pasrah.

Untuk calon buah hatiku yang selalu kusayang, Allah ternyata lebih sayang dirimu. Untukmu yang pernah singgah, meski sekejap, tetapi selalu kuingat. Kamu udah ada di tempat yang terindah, Nak. Ibu ikhlas melepasmu (Catatan Leannie)

Baru sekali usg, jelang usia 8 week, katanya kantung kehamilan sudah terbentuk dan ada janin kecil di dalamnya. Dokter bilang Kamu sehat-sehat aja, jadi ibumu ini enggak perlu khawatir meski saat itu ada flek.

Dulu pas hamil Dzaky pun keluar flek, tapi istirahat sehari udah enggak keluar lagi. Alhamdulillah sekarang anak saya udah mau lima tahun akhir september tahun ini.
Setelah usg semalam saya pun tenang, katanya kondisi calon bayi saya baik-baik saja, dia sehat kok.

Saya hanya khawatir saja berarti, ya. Itu yang ada di benak saya. Makanya tetap beraktivitas kaya biasa, ngurus anak, nyiapin menu buka dan sahur.

Ternyata saya keliru, selepas subuh habis nyiapin sahur keluar lagi darah yang lumayan banyak, malah kaya menstruasi. Saya udah deg-degan, khawatir kenapa-kenapa. Udah mikir enggak-enggak, sampai nangis-nangis sama suami.

Setelah agak tenang saya coba hubungi temen waktu kerja di stikes yang profesinya bidan atau perawat, mereka belum ada yang ngangkat telepon, bikin saya was-was, kenapa bisa kaya menstruasi, pendarahan di masa kehamilan, kan, bukan kondisi yang wajar.

Akhirnya saya minta suami nelpon bidan yang nanganin kelahiran anak pertama saya, suami bilang kronologis kejadiannya dan saran bidan buat bedrest selama lima hari, baru usg ulang buat memastikannya.

Entahlah berapa lama saya nangis, agak kenceng juga nangisnya. Suami juga kayaknya agak gimana gitu, mungkin enggak enak didenger tetangga. Setelah saya berhenti nangis, dia mendatangi saya dan bilang gini.

"Udahlah, enggak apa-apa, kalau belum rezeki Kita, ya udah mau gimana lagi. Mumpung masih kecil juga janinnya, kalau pun bukan rezeki kita, ya, enggak apa-apa. Sekarang kata Bidan disuruh bedrest aja, Jangan ke mana-mana dulu, Jangan beraktivitas berat dulu. Kamu istirahat aja. Nanti setelah lima hari baru Kita usg lagi." Ucap suami saya sambil menghibur istinya yang baru berhenti nangis.

Mendengar suami bilang begini, saya agak tenang dikit, sih. Meski memang saya udah mikir tentang ancaman keguguran karena pendarahan yang enggak biasa.

Lima hari rasanya begitu terasa, anak saya dititipin ke mama, berhubung rumahnya tetanggaan. Alhamdulillah terasa berkah banget rumah mama deket sama rumahku, jadi kalau ada apa-apa, mudah buat minta bantuan mama. Banyak banget hal baik yang saya rasakan saat setelah nikah, rumahnya berdekatan dengan rumah mama.

Hari demi hari terasa lama banget, bedrest ini bikin enggak tenang, tetep aja saya banyak berpikir ini dan itu. Saya masih agak tenang ketika masih merasakan mual, pusing, itu tandanya saya masih hamil. Itu aja yang ada dalam pikiran saya.

Toh, ternyata ada teman saya juga yang harus bedrest dan akhirnya janinnya terselamatkan. Saya pun berpikir positif seperti ini buat menenangkan hati, hanya tetap saja ketika tahu saya masih pendarahan terus dan enggak berhenti bikin saya agak was-was juga.

Tiba saatnya hari kelima setelah bedrest berakhir. Saya usg ke Rumah Bersalin atau Klinik Handayani yang letaknya di Jalan Gunung Batu, saya pilih tempat ini karena dekat dengan rumah saya.

Saya udah agak deg-degan juga, udah membayangkan kondisi yang enggak pengen saya rasakan. Begitu tiba giliran saya buat masuk dan Usg, saya udah bersiap-siap denger penjelasan dokter kandungan. Udah deg-degan aja dari pas masuk ruangan dokter.

Dokter bilang, ini masih ada kantung kehamilannya, tapi janinnya udah enggak ada. Saya denger ini aja udah berasa shock. Jadinya saat dokter bilang ke saya kalau saya harus dikuret. Saya cuman bengong aja. Udah speechless, enggak tahu harus ngomong apaan.

Meski dokter kandungan bilang kalau kondisi rahim saya masih sehat dan subur, saya masih bisa hamil kembali setelah tiga bulan setelah proses kuret. Saya masih enggak bisa ngomong apa pun. Sambil saya panggil suami biar ngobrol lagi sama dokternya.

Saya sendiri udah enggak bisa fokus. Rasanya lemes banget, saya juga sedih banget dan rasanya dada ini begitu sesak.

Dokter menyarankan saya buat kuret, begitu ditanya BPJS, saya agak sedih karena  BPJS saya udah off sejak dua tahun lalu, kalau pengen diaktifin saya sekeluarga perlu bayar denda sebanyak enam juta rupiah biar BPJS saya, suami dan anak bisa aktif.

Untunglah ada mama saya yang membantu kesulitan saya, mama bilang pakai aja uang mama, alhamdulillah sertifikasi mama udah cair. Memang kalau guru tiap tiga bulan sekali dapet sertifikasi, hanya saja beberapa waktu yang lalu karena pandemi, sempat tertahan dulu sertifikasinya.

Setelah ini saya mau menuliskan pengalaman ketika kuret di RSKIA Kopo atau RSKIA Kota Bandung. Sedih rasanya hati saya ketika suami bilang kangen tangisan bayi dan saat Dzaky, anak pertama saya menanyakan mana dedenya Dzaky?

Meski sedih, saya harus bisa melewati semua ini. Meski enggak mudah, karena kehamilan kedua ini begitu Kami nantikan. Mungkin inilah yang terbaik menurut-Nya untuk saat ini. Kami semua sayang Dede, tapi Allah lebih sayang dirimu. Surga adalah tempatmu kembali, ya, sayang.

Pengalaman Kuret kemarin di RSIA Kopo jadi hal yang takkan terlupakan karena kuretnya dilakukan di tengah pandemi dan jelang lebaran juga. Penuh perjuangan soalnya. Untuk lebih jelasnya lagi, akan saya tuliskan di blog post selanjutnya.

Buat Sahabat Catatan Leannie, saya mau ucapkan Taqobalallahu Minna Wa Minkum, Maaf lahir batin buat semuanya. Selamat Idul fitri 1441 H.



Salam,













Menggapai Lailatul Qadar, Melangitkan Doa dan Asa di Akhir Ramadan

Doa akhir Ramadan
Menggapai Lailatul Qadar,
Freepik.com/prostooleh


Ramadan sudah di penghujungnya, memasuki fase sepuluh hari terakhir di bulan suci ini, ada satu moment Istimewa yang dinanti, yaitu Lailatul Qadar, satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Di akhir Ramadan ini, saya melangitkan doa dan secercah asa, semoga Allah senantiasa mengabulkan doa terbaik bagi umatnya.

Memasuki akhir Ramadan di sepuluh hari terakhir Ramadan, Allah memberikan jaminan bagi muslim yang berpuasa dan bertakwa dari siksaan api neraka. Sungguh Ramadan bulan penuh berkah.


Menggapai Lailatul Qadar


Kehadiran malam Lailatul Qadar begitu dinantikan. Ada beberapa tanda malam Lailatul Qadar, sesuai dengan hadits di bawah ini

“…Sesungguhnya tanda Lailatul Qadar adalah malam cerah, terang, seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tentram, tidak dingin dan tidak pula panas. Pada malam itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya. Dan sesungguhnya, tanda Lailatul Qadar adalah, matahari di pagi harinya terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan tidak pula dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama matahari pagi itu.” (HR. Ahmad)

Aisyah r.a. berkata,

“Rasulullah ber’itikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, dan beliau bersabda, ‘Carilah malam qadar pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan. (HR Bukhari dan HR Muslim)

Sepuluh hari terakhir di Bulan Ramadan ini jangan sampai dilalaikan, manfaatkan dengan banyak melakukan amal ibadah harian. Anggap saja Bulan ini Ramadan terkahir Kita, agar semakin makasimal dalam beribadah.

Menggapai Lailatul Qadar bisa diusahakan, lakukan semua amal ibadah agar semuanya berkah. Semoga Allah SWT menerima amalan puasa kita selama Ramadan.


Lantunan Doa dan Secercah Asa di Akhir Ramadan


Ada beberapa doa yang dianjurkan dibaca ketika ingin menggapai malam Lailatul Qadar, diantaranya :

1. Doa minta pengampunan dosa


ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇﻧَّﻚ ﻋَﻔُﻮٌّ ﺗُﺤِﺐُّ ﺍﻟْﻌَﻔْﻮَ ﻓَﺎﻋْﻒُ ﻋَﻨِّﻲ
Allahumma Innaka 'Afuwwun, Tuhibbul 'Afwa, Fa'fu 'Anni

Artinya :
"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi ampunan dan menyukai orang yang memohon ampunan, maka ampunilah aku." (HR: At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)


2. Doa untuk kebaikan dunia dan akhirat


"Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah wa qina ‘adzabannar.'

Artinya: Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa api neraka.

Kedua doa ini dianjurkan untuk dibaca saat malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadan. Doa yang jadi reminder buat saya meminta pengampunan dosa dan kebaikan dunia akhirat.

Ucapan adalah doa. Doa itu berisi harapan yang tersimpan dalam hati.
Saya sendiri punya banyak harapan atau asa di akhir Ramadan ini, yang paling utama dikasih kesehatan buat semua keluarga. Semoga diberikan kesempatan untuk bertemu kembali bulan Ramadan selanjutnya. Ada banyak harapan jika saya masih diberikan kesempatan berjumpa Ramadan tahun depan.


Baca juga : Seuntai Harapan saat Bertemu Ramadan Tahun Depan


Satu lagi harapan saya, mungkin jadi harapan semua orang, rasanya pengen banget pandemi ini cepat berakhir biar bisa beraktivitas normal seperti sedia kala.

Kadang kangen ingin mengunjungi berbagai tempat selepas pandemi berakhir. Banyak tempat yang sebenarnya biasa saja, seperti taman dekat rumah yang saya kangenin buat dikunjungin sama anak saya.

Ada juga berbagai tempat di Bandung yang belum saya jelajahi. Sementara jadi rencana atau itinerary saja dahulu.


Baca juga : Serunya Mengunjungi 7 Tempat ini setelah Pandemi Berlalu


Semoga Kita mempu meraih malam Lailatul Qadar yang labih baik dari seribu bulan. Moga seluruh doa, harapan atau asa dikabulkan Allah SWT. Aaamiin Ya Rabb ...  Sharing, dong, Sahabat Catatan Leannie, doa dan harapan apa yang Kamu punya di akhir Ramadan ini?





Salam,




#BPNRamadan2020
#BPNChallengeday28





Lebaran di Rumah Tetap Istimewa dengan Menyelami Makna Idulfitri

Lebaran dan makna idulfitri
Idulfitri, freepik.com/starline


Idulfitri selalu dinanti, istimewa, dan lekat di dalam hati. Meski di tengah pandemi seperti sekarang, lebaran atau Idulfitri tetap jadi moment yang istimewa bagi saya terutama setelah menyelami makna dan hikmah Idulfitri.

Meski di tengah pandemi merasakan suasana Ramadan yang berbeda tanpa salat tarawih di Masjid. Ada larangan mudik juga, Idulfitri tahun ini kemungkinan enggak ada salat Ied berjamaah di masjid.

Apa, sih, makna dan hikmah Idulfitri bagi Sahabat Catatan Leannie?

Ternyata Idulfitri bukan hanya sekadar kembali suci, tetapi sebagai ungkapan syukur pada Allah SWT setelah menjalankan ibadah puasa ramadan sebulan penuh. Hari kemenangan bagi mereka yang berpuasa dan mampu meredam hawa nafsu, serta bagi hamba-Nya yang bertakwa.

Idul fitri berasal dari kata "Id" dan "Al-fitri". Id secara bahasa berasal dari aada – ya’uudu, yang artinya kembali. Sedangkan Kata fitri punya dua makna menurut beberapa pendapat, bisa berarti "berbuka puasa" dan "suci."

Idul fitri berarti kembalinya seseorang dalam kondiai yang suci, atau bebas dari segala dosa, kesalahan, kejelekan, dan keburukan sehingga tetap berada dalam kesucian atau fitrahnya.

Berdasarkan hadits Rasulullah SAW yang artinya:

“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan didasari iman dan semata-mata karena mengharap ridho Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (Muttafaq ‘alayh). Barangsiapa yang shalat malam di bulan Ramadhan dengan didasari iman dan semata-mata karena mengharap ridho Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq ‘alayh).


Disebut juga hari raya Id karena terjadi  berulang dan dirayakan setiap tahun pada waktu yang sama. Idul fitri disebut juga hari kemenangan, saat umat muslim merayakan hari raya dengan kembali "buka puasa" atau makan.

Makan dan minum walaupun sedikit merupakan sunnah sebelum salat Ied yang dianjurkan pada umat muslim sehingga pada hari raya Idul Fitri 1 syawal tidak diperbolehkan berpuasa.

Seorang muslim yang merayakan hari kemenangan dan kembali ke fitrahnya akan memiliki sikap istiqamah, jujur, dan taat pada perintah-Nya. Inilah hikmah Idulfitri.

Meski kebanyakan orang tak bisa mudik, namun moment Idulfitri bisa dilakukan dengan beragam cara. Meski jarak memisahkan, tetapi silaturahmi tetep terjalin meski lewat daring.

Baca juga : Menjalani Idulfitri tanpa mudik, begini Cara Memaknai Hari Kemenangan

Meski Idulfitri tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena pandemi COVID-19 membuat jarak semakin terasa, ada larangan mudik, salat tarawih bahkan salat Ied ditiadakan.

Baca juga : Lebaran segera tiba, Ini 7 Hal yang dirindukan saat Idulfitri

Hari raya Idulfitri atau Lebaran tetap istimewa dan selalu di hati. Meski hanya di rumah saja, hari raya kemenangan selalu istimewa dan menyelami makna idulfitri semoga membuat kita bisa kembali fitri. Bagaimana dengan Sahabat Catatan Leannie, apa makna idulfitri bagimu?




Salam,






#BPNRAmadan2020
#BPNChallengeday26





Menjalani Moment Idulfitri tanpa Mudik, Begini Cara Memaknai Hari Kemenangan

Silaturahmi keluarga
Moment Idulfitri,
Pexels.com/mentatdgt

Moment Idulfitri atau hari kemenangan identik dengan kebersamaan keluarga dan banyak yang rela menembus jarak jauh demi silaturahmi keluarga dengan mudik ke kampung halamannya. Namun, sebagian orang seperti saya yang setelah menikah tidak pernah merasakan mudik.

Menjalani hari kemenangan dengan suka cita, merasakan kehangatan keluarga, dan dan sajian khas lebaran yang lezat mewarnai hari Idulfitri.

Meski sekarang masih dalam masa pandemi, hari lebaran tetap jadi moment yang membahagiakan buat saya. Alhamdulillah meski tak pernah merasakan mudik, saya masih bisa terus bersilaturahmi dengan keluarga, baik orang tua atau mertua karena rumah Kami berdekatan satu sama lain. Masyaallah ...

Beginilah menikah dengan tetangga sendiri, suami dulunya kakak kelas waktu SD. Jadi, ya, saya sama dia bisa mengunjungi kedua orang tua tanpa harus mudik. Tinggal jalan aja ke depan, masih satu RW, cuman beda RT aja, sih.

Saya jadi membayangkan bagaimana jadinya kayak yang lain, tinggal berjauhan dengan orang tua juga mertua, karena berbagai keterbatasan jadi tidak pulang ke kampung halaman dan enggak bisa berkumpul bareng keluarga. Bahkan ada yang sudah bertahun-tahun belum bisa pulang mengunjungi orang tua.

Tenyata silaturahmi ini punya beragam keutamaan dan bermanfaat juga untuk kesehatan jiwa, loh, Sahabat Catatan Leannie.


Baca juga : 5 Manfaat Silaturahmi bagi Kesehatan Jiwa


Semua pasti berharap pandemi ini cepat berlalu. Sudah semenjak dua bulan masa quarantine, pastinya sudah banyak yang ingin beraktivitas seperti biasanya, menjalani hari tanpa kekhawatiran.

Mudik atau tidak mudik sebenarnya pilihan masing-masing, karena silaturahmi tak hanya sebatas moment lebaran saja. Banyak yang memanfaatkan moment Idulfitri dengan mudik dan silaturahmi bareng keluarga dan ada pula yang tidak mudik seperti saya.


Baca juga : Cerita Idulfitri bagi Kami yang Tak Pernah Mudik


Biasanya keluarga Kami menjalani moment lebaran dengan saling berkeliling dan berkunjung satu sama lain, ziarah makam nenek dan kakek, kadang silaturahmi bareng temen juga.

Selama masa pandemi ini, sudah ada imbauan untuk tidak mudik. Semoga masyarakat memahami upaya ini sebagai pencegahan agar Covid-19 tidak meluas ke berbagai daerah.

Silaturahmi itu penting, mudik jadi tradisi masyarakat selama ini, namun Kita masih bisa melakukan silaturahmi dalam bentuk rak langsung. Misalnya dengan telepon, Video Call WA, Google Duo, atau Zoom yang lagi ngehits saat ini.

Alhamdulillah saya masih diberi kesempatan silaturahmi kapan saja ke rumah orang tua karena rumah Kami berdekatan satu sama lainnya.

Bagi saya sendiri, makna hari kemenangan adalah hati yang kembali fitri, menghilangkan rasa benci dengan saling memafkan satu sama lain, dan membuat diri saya merasa lebih dekat dengan-Nya. 

Meski tak pernah mudik, beginilah cara Kami menjalani moment Idulfitri dan memaknai hari kemenangan. Bagaimana moment lebaranmu di tengah pandemi, Kamu pilih tetap mudik atau enggak?




Salam,




#BPNRamadan2020
#BPNChallengeday25

Baju Baru vs Baju Lama, Apalah Arti Sebuah Pakaian?

Baju baru vs baju lama
Pexels.com/ Artem Beliakin

"Baju baru ... alhamdulillah, untuk dipakai di hari raya. Tak punya pun tak apa-apa, masih ada baju yang lama."Lagi-lagi anakku menyanyikan lagu ini.

Sebenarnya apa, sih, arti sebuah pakaian? Baju lama vs baju baru, Kamu pilih yang mana buat nanti dipakai di lebaran atau idulfitri?

Memang kalau udah jelang lebaran, biasanya pusat pertokoan, pasar juga diserbu pembeli. Entahlah, tahun ini enggak ke luar rumah juga buat beli baju baru. Lagi pandemi begini, banyak mall juga yang tutup.

Kebutuhan pokok itu meliputi sandang, pangan, dan papan. Jadi bagi kebanyakan orang, bisa makan aja tiap hari udah cukup, kok. Soal pakaian, bisa pakai yang lama asal masih layak dan bersih.

Masalah tempat tinggal? Beruntung saya udah punya rumah sendiri, banyak yang enggak seberuntung saya, yang masih harus tinggal bareng ortu, mertua atau bahkan ngekost juga ngontrak. Alhamdulillah bersyukur dulu, aja. Moga yang belum punya rumah, suatu saat diberikan jalan dan dimampukan juga, ya.

Baju lama vs baju baru? Kayaknya ini hanya sebatas tradisi aja, ya. Kebiasaan masa kecil yang masih melekat erat dan terbawa hingga dewasa.

Bagi anak-anak, ada sebagian orang tua yang menjanjikan baju baru bagi anaknya yang mampu berpuasa penuh  selama sebulan. Mungkin tujuan orang tua seperti ini untuk memotivasi anak berpuasa, lebih baik lagi jika sang anak berpuasa sesuai kesadarannya sendiri.

Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik.” (QS. Al-A’raf: 26).

Berdasarkan firman Allah dalam Surat Al-A'raf ayat 26 di atas, pakaian takwa adalah yang terbaik bagi seorang muslim.

Pakaian terdiri dari dua bagian, yaitu pakaian lahiriyah dan pakaian batin. Pakaian lahiriyah ini adalah pakaian yang nampak dan terlihat dari luar. Sedangkan pakaian batin adalah takwa. Inilah yang paling baik menurut Alquran.

Hendaklah seseorang memperhatikan keduanya. Pakaian lahiriyah memang penting, tapi jangan lupakan pakaian takwa. Carilah bekal untuk kehidupan di hari akhir kelak dengan ketakwaan.

Tak masalah jika ingin menggunakan baju baru saat lebaran, asalkan tidak membuat yang memakai baju baru jadi memamerkan diri. Membanding-bandingkan yang dipakai sendiri dengan pakaian orang lain yang jauh di bawahnya, ini yang tidak diperbolehkan.

Menggunakan baju baru saat lebaran pun tidak dilarang, jika itu akan meningkatkan rasa syukur terhadap semua karunia-Nya.

Baju lama vs baju baru tidak perlu diperdebatkan lebih jauh. Jika belum mampu membeli baju baru, baju lama pun bisa dipergunakan lagi asal rapi dan bersih.

Apalah arti sebuah pakaian yang melekat dalam diri pemakainya, karena yang terpenting adalah pakaian takwa. Baju lama vs baju baru, Sahabat Catatan Leannie mau pakai yang mana saat Iedul fitri nanti?





Salam,





#BPNRamadan2020
#BPNChallengeday22



Seuntai Harapan saat Bertemu Ramadan Tahun Depan versi Catatan Leannie

Harapan Ramadan tahun depan
Harapan Ramadan tahun depan,
Pexels.com/mohamed


Merasakan Ramadan yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, membuat saya menyimpan seuntai harapan ketika bertemu kembali dengan bulan suci Ramadan tahun depan. Kadang kalau udah sampai di penghujung Ramadan agak sedih juga karena rasanya saya  belum bisa mengoptimalkan ibadah di bulan ini.

Sepertinya bukan cuman saya aja yang punya seuntai asa jika tahun depan diberi kesempatan sampai di bulan penuh berkah. Ada berbagai harapan yang tersemat untuk Ramadan tahun depan versi Catatan Leannie. Simak, yuk, di bawah ini!


1. Indonesia dan dunia bebas dari virus Corona


Sepertinya Covid-19 segera berlalu jadi harapan semua orang, enggak pengen nunggu sampai Ramadan tahun depan juga sih. Saya berharapnya virus Corona ini segera pergi dalam bulan ini atau bulan depan. Semoga indonesia dan dunia bisa melawan Covid-19.


2. Bisa salat tarawih dan salat Ied di Masjid


Bisa salat tarawih dan salat Ied di masjid adalah hal yang saya rindukan dan semoga tahun depan bisa meraskan kembali moment ini.

Anak saya yang masih balita sebelumnya udah saya edukasi mengenai salat tarawih di Masjid terus bertanya tentang ini.

"Kok, Kita enggak ke Masjid?"

"Kenapa masjidnya digembok, sih, kan enggak bisa masuk?"

"Kapan salat Tarawih? Mau ke Masjid, Ma!"

Saya pun harus memberikan penjelasan panjang lebar sampai ia berhenti bertanya. Lol ...


3. Menjalankan ibadah puasa lebih baik lagi


Harapan saya ketika mendapatkan kesempatan bertemu Bulan Ramadan tahun depan adalah bisa menjalankan berbagai amalan ibadah secara konsisten dan lebih dekat dengan-Nya.  Selalu berharap mampu menjalankan ibadah puasa lebih baik dari sebelumnya.



4. Bisa beraktivitas tanpa rasa khawatir


Nah, ini jadi hal yang diharapkan banget di masa pandemi ini. Sampai-sampai masyarakat di sekitar saya, mungkin udah jenuh sama Covid-19. Mereka banyak yang melakukan aktivitas kayak biasanya seperti ngobrol ama tetangga, ngebiarin anak main di luar. Sebagian ada yang masih pakai masker dan ada juga yang enggak.



5. Mempererat silaturahmi dengan keluarga dan teman 


Kadang moment buka puasa bersama pun jadi hal yang dinantikan. Enggak semua ajakan diiyain sih, yang sekiranya pas aja dengan kondisi Kami sekeluarga baru ikutan bukber.

Seperti buka bersama dengan rekan kerja  suami atau reuni teman sekolah semasa SMP yang pernah saya lakukan di Treehouse Cafe Bandung.

Baca juga : Serunya Buka Puasa di Treehouse Cafe dengan Playground yang disukai Anak


 6. Bisa tetap menjaga kebiasaan baik dalam hal kesehatan dan etika pergaulan


Harapan yang lain pada keluarga dan masyarakat setelah pandemi dan di Ramadan tahun depan adalah menjaga kebiasaan baik dalam hal kesehatan, seperti mencuci tangan dengan benar dan gunakan masker ketika sakit.

Saya juga berharap etika pergaulan seperti masa pandemi dengan menjaga jarak apalagi dengan non muhrim. Ada etika yang perlu dijaga juga soalnya apalagi sedang di tempat umum. Semoge kebiasaan menjaga jarak bisa terus berlanjut sampai Ramadan tahun depan.


7. Angka pengangguran dan kemiskinan di Indonesia menurun


Harapan saya untuk Indonesia adalah kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat. Semoga angka pengangguran, kejahatan, juga kemiskinan di Indonesia menurun. Rasanya bahagia jika semua ini bisa terjadi di Indonesia.

Meski realitas kadang berbanding terbalik dengan  harapan. Saya pikir menuliskan tentang  asa di masa depan tak ada salahnya. Siapa tahu nanti apa yang Kamu harapkan bisa menjadi kenyaaan. Hal ini harus dibarengi dengan usaha nyata tentunya.

Baca juga : Melukis Harapan saat Pandemi Berlalu

Itulah seuntai harapan versi Catatan Leannie ketika bertemu Ramadan tahun depan. Bagaimana dengan Sahabat, apa harapan yang ingin dicapai saat memasuki Ramadan tahun depan?





Salam, 



#BPNRamadan2020
#BPNChallengeday21


Sepenggal Memori Ramadan dan 5 Hal yang dirindukan saat Puasa di Masa Kecil

Puasa di masa kecil
Hal yang dirindukan saat puasa di masa kecil,
freepik.com/starline 


Ramadan tiba ... Ramadan tiba, Marhaban, Ya ... Ramadan ... Ini adalah lagu yang sering kali dinyanyiin anakku. Ngomong-ngomong soal masa kecil, saya jadinya flashback dan mengingat 5 hal yang dirindukan saat puasa.

Meski sekarang udah punya anak balita dan insyaallah bakal punya adik buat kakaknya, saya masih mengingat kenangan masa kecil dan kadang kangen dengan banyak hal.

Apa sih kegiatan di masa kecil yang dikangenin sampai sekarang? Saya jadi nostalgia ke masa kecil dan ngangenin beberapa hal, seperti ini!


1. Tarawih bareng Sahabat


Saya punya Sahabat dekat sewaktu masih Sekolah Dasar, ke mana-mana selalu barengan. Pas SD, taraweh suka disamper temen dan kita jalan bareng ke masjid.
Sampai SMP udah beda sekolah, jarang ketemu apalagi pas SMU. Kuliah dan kerja pun dia di luar kota.

Pas nikah sama orang Bandung dan balik lagi ke sini. Kangennya saya sama dia, pernah sekali meet up di pasar minggu dekat rumah.



2. Nulis ceramah saat tarawih


Nulis ceramah saat tarawih memang tugas dari sekolah, tugas dari guru agama dan dikasih buku khusus. Hal yang dikangenin juga saat nungguin antrian buku ceramah dicap sama DKM Masjid.

Secara enggak langsung, bakal bener-bener menyimak tausiah dari ustaznya setelah isya jelang tarawih. Sekarang di masa pandemi, tarawih cukup di rumah aja. Padahal tarawih di masjid tiap tahun adalah hal yang saya rindukan ketika Ramadan tiba.


3. Ngabuburit, jalan-jalan sore cari cemilan


Rasanya jadi anak kecil happy banget, ya. Pas masih SD bareng  sahabat saya sering banget ngabuburit bareng, cuman jalan-jalan aja ke kompleks dekat rumah sambil cari cemilan buat buka, meski mama juga suka masakin takjil di rumah.

Tetep aja ngabuburit bareng sahabat jadi hal yang dirindukan saat puasa di Bulan Ramadan. Sekarang udah enggak pernah ngabuburit, aktivitasnya diganti masak buat keluarga dan nyiapin takjil.


4. Main monopoli, bola beklen, congklak, dan boneka kertas


Happy banget kalau inget ini. Rasanya main sama sahabat jadi hal yang dikangenin juga. Main monopoli, bola beklen, congklak, juga main boneka kertas adalah mainan khas anak perempuan yang bisa bikin mager. Lol ...

Aslinya ngangenin banget melakukan berbagai jenis permainan ini. Sayangnya anak sekarang mainannya beralih ke gawai. Hiks miris sebenarnya.


5. Baca buku sampai tamat dan rutin menghapal Alquran


Rasanya kangenin baca buku baik komik atau novel sampai tamat, sekarang semenjak jadi ibu rasanya baca buku sampai tamat pun udah jadi hal yang mewah.

Sejak SD saya rutinin menghapal Alquran bahkan pernah sampai hatam Alquran dalam sebulan, yang sekarang jarang banget bisa tercapai. Jadi pe er banget buat saya.

Nostalgia ke masa lalu kadang jadi hal yang membahagiakan, ya. Banyak mengucap syukur masih diberikan nikmat sehat sampai sekarang. Saya  terkenang banyak hal saat Ramadan, nostalgia masa kecil dan mengingat arti persahabatan juga.


Itulah sepenggal memori masa kecil dengan melakukan 5 hal yang dirindukan saat puasa selama Ramadan. Bagaimana dengan Sahabat Catatan Leannie, apa aja nih kenangan berkesan saat Ramadan di masa kecil?




Salam, 




#BPNRamadan2020
#BPNChallengeday18


5 Pelajaran Kehidupan dan Keterampilan Diri yang Berkembang saat Diam di Rumah

Pelajaran saat diam di rumah, freepik.com

Anjuran Stay at home sudah dilakukan sejak Bulan Maret yang lalu, meski kenyataannya masih banyak warga yang berkeliaran di luar rumah tanpa keperluan mendesak. Namun, dengan diam di rumah, membuat saya mempelajari banyak hal bermakna dalam hidup.

Saya percaya bahwa tak ada hal yang sia-sia, semua pasti ada hikmahnya. Pandemi Covid-19 yang berdampak besar terhadap kehidupan banyak orang di dunia menjadi reminder juga buat saya. Setidaknya ada lima pelajaran kehidupan saat stay at home, diantaranya:


1. Mengatur waktu dengan baik


Saya dan suami sudah merintis bisnis kuliner, alhamdulillah progresnya baik. Setidaknya dari hari ke hari ada aja yang pesan produknya. Ada yang pesan donat, baso aci, puding, risoles, kue kering bahkan cake untuk ulang tahun.

Meskipun banyak orderan, tetap saja saya harus bisa mengatur waktu kapan harus mengerjakan pekerjaan rumah, mengurus anak, mendampingi anak belajar, menyiapkan menu buka juga sahur, dan meluangkan waktu untuk menulis. Keterampilan memanage waktu memang penting dan biasanya seorang ibu perlu banget bisa mengatur waktu dengan baik.


2. Belajar resep makanan yang baru


Jujur, saat sebelum nikah, saya keitung jarang masak karena kerja pagi dan sering lembur sampai harus pulang malam ,tapi sekarang tiap hari memasak untuk keluarga.

Sekarang zaman udah canggih mau cari tahu resep masakan bisa buka Cookpad atau YouTube, jadi bisa belajar masak berbagai resep baru.

Belakangan ini saya belajar bikin donat, ternyata proses membuat adonan cukup menyita waktu, tenaga dan perasaan, lol. Biar pengen adonan bagus, butuh belajar beberapa kali sampai terbiasa bikinnya.

Sepertinya keterampilan memasak juga banyak yang ikut berkembang seiring pandemi COVID-19 dan diberlakukannya stay at home serta  social distancing.

Baca juga : Melukis harapan setelah pandemi berlalu


3. Mengasah keterampilan menulis dengan konsisten dan berbagi hal baik pada pembaca 


Selama masa pandemi dan Ramadan ini, saya jadi punya banyak hal yang ingin saya bagikan pada pembaca. Mengikuti tantangan menulis tiap hari ternyata bisa membuat Kita lebih konsisten, kalau ada kemauan pasti bisa nulis tiap hari dan menyelesaikan challenge menulis.

Menulis tiap hari mengasah keterampilan menulis bagi saya dan  belajar menyempatkan diri meski aktivitas sehari-hari pun cukup padat.


4. Mendongeng untuk anak dan mempererat bonding


Anak saya kadang sering banget merasa bosan saat disuruh seharian di rumah. Setelah saya amati, anak saya suka mendengar saat saya bercerita. Meski kadang diulang-ulang cerita yang saya dongengin ke dianya.

Untung ada aplikasi Let's Read yang bisa diunduh di smartphone android dan iOS. Ini tentang cerita anak dari berbagai negara juga penulisnya tapi bisa dikonversi ke Bahasa Indonesia.

Keterampilan bercerita atau mendongeng ternyata disukai anak dan dia selalu pengen minta diceritain berbagai hal. Selain itu, mendongeng bisa mempererat bonding antara ibu dan anak.


5. Mengelola emosi lebih stabil dengan bersabar


Poin nomor lima ini jadi hal terbesar yang harus saya pelajari. Keterampilan mengelola emosi bisa dilakukan dengan pausing atau jeda sejenak atau melakukan teknik relaksasi. Tarik napas sejenak lalu embuskan. Lakukan berkali-kali sampai lebih tenang.

Keterampilan mengelola emosi agar bisa lebih stabil ke jiwa ini memang butuh dibiasakan. Kenali pemicunya lalu tarik napas sejenak biar lebih tenang. Menerima keadaan pun jadi poin penting bagi saya.
Secara teori, sih, begitu, kenyataannya saya juga kadang masih harus belajar buat lebih bersabar.  Bagaimana dengan Sahabat Catatan Leannie? 

Selalu ada hal baik di tengah pandemi COVID-19 sekali pun. Itulah lima hal yang menjadikan pelajaran kehidupan dan mengembangkan keterampilan diri ketika harus #diamdirumah karena COVID-19. Semoga Kita bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian.  


Salam,




#BPNRamadan2020
#BPNChallengeday11





Dari Laboratorium RSUD, Lab Swasta, dan Kini Menekuni Menulis, Inilah Curahan Hati seorang Ahli Tenaga Laboratorium Medik

Foto saat bekerja di Laboratorium swasta
Foto bareng rekan di Laboratorium,
via dokumentasi pribadi

Sejujurnya saya sedih sekali dengan pemberitaan sekarang ini. Baik Tenaga medis maupun paramedis seperti rekan saya yang bertugas sebagai Ahli Tenaga Laboratorium Medik berjuang melawan Corona.

Bahkan, diantara mereka ada yang
meninggal karena kasus Corona, contohnya saja beberapa dokter yang meninggal karena menangani kasus Covid-19.

Sebagai salah seorang paramedis, saya punya beragam curhatan hati semenjak dulu bekerja di balik layar, yaitu di laboratorium rumah sakit maupun swasta.

Saya pernah melanjutkan kuliah dari d3 ke d4 jurusan Analis Kesehatan yang sekarang berganti nama menjadi ATLM atau Ahli Tenaga Laboratorium Medik di tahun 2012 dan lulus di tahun berikutnya sebagai S.ST alias sarjana sains terapan.

Moment wisuda D4 Analis Kesehatan 2013
Saat wisuda sarjana Sains Terapan with my lovely Mom, via dokumentasi pribadi

Meski gelar ini tersimpan rapi di rumah, dulu saya pernah juga jadi salah satu asisten dosen di salah satu kampus kesehatan swasta di Bandung. Rasanya jadi kangen ke masa itu.

Awalnya saat saya lulus kuliah di tahun 2006 setelah mengenyam pendidikan selama tiga tahun di Poltekkes Depkes atau sekarang berganti nama jadi Poltekkes Kemenkes Bandung. Saya sempat enggak kerja selama tiga bulan dan atas saran saudara yang tinggal di  Pandeglang saya coba melamar kerja di  salah satu RSUD Banten.

Wisuda D3 Analis Kesehatan 2006
Wisuda D3 Analis Kesehatan atau ATLM,
via dokumentasi pribadi

Saya hanya beberapa bulan kerja di sini karena sedihnya gaji saya di sini hanya sebesar dua ratus lima puluh ribu rupiah di tahun 2006 sebagai tenaga kerja kontrak. Padahal gaji art aja udah tiga ratus lima puluh ribu rupiah saat itu. Sedihnya ...

Kasihan banget mama saya yang tiap bulan masih ngirim uang buat kebutuhan hidup saya. Saya akhirnya melepas pekerjaan di RSUD dan akhirnya dapat kerjaan di Lab Swasta di Bandung. Gajinya lumayanlah dapat delapan ratus ribu rupiah di tahun 2006 yang lalu.

Saya pun tetap mencari-cari pekerjaan baru dan melamar ke salah satu laboratorium swasta terbesar di Bandung. Tepat   di Bulan Juli 2007, saya akhirnya diterima di salah satu Lab Klinik Utama Swasta yang ada di Jalan Riau, Bandung.

Hampir lima tahun berkerja di sini, banyak banget kenangan yang tersimpan selama berkerja di lab yang satu ini. Keuntungan pertama kerja di tempat baru dan jadi Salah satu laboratorium swasta yang cukup dikenal di Bandung adalah saya bisa mandiri secara finansial.

Saya bahkan bisa langsung ngebeliin mama mesin cuci dari hasil kerja saya, alhamdulillah dari gaji pertama saya bisa ngasih sesuatu buat Mama.

Saya pas lagi kerja di sana mungkin kurang sabar aja sama lingkungan kerja, hehe ... cepet jenuh dan kadang suka kesiangan karena harus masuk jam 06.00 Wib teng. Telat dikit aja potong gaji kalau udah tiga kali berturut-turut.

Saya juga ketemu banyak temen, kakak kelas yang baik-baik. Saya inget dulu pernah ditegur karena jarang dandan, padahal penampilan is a must di sana. Soalnya make up saya paling hanya bedak sama lip balm aja dulu. Polos banget pokoknya.

Kangennya saya saat kerja di lab itu adalah pas kerja bareng sesama rekan analis Kesehatan atau ATLM yang punya rasa care tinggi antara satu dengan yang lain. Sejak saya kerja sift siang selama setahun lebih, pas pulang malam selalu ditawarin jemputan sama temen yang searah ke rumah saya di Gunung Batu.

Foto bersama rekan kerja
Bersama rekan Perawat, Fo, Radiologist, Keuangan dan Kacab lab, via dokumentasi pribadi

Saya inget juga pas pindah kerja ke salah satu cabang di Pajajaran ada medical cek up yang luar biasa banget ngerjain orang lab. Maksudnya sampai petugas lab mesti ngerjain sampel hingga jam 3 pagi.

Saat itu kebetulan saya lagi enggak fit dan lagi istirahat di rumah tapi kasian juga temen saya yang kudu lembur hingga jelang subuh berhubung medical cek up ada di luar kota dan petugas lab harus standby ngerjain sampel medis di hari itu juga.

Mungkin yang enggak tahu dalemnya kerja di lab swasta terkenal pasti lihatnya yang enak-enak aja, gaji besar, pakaian rapi, kerjaan nyaman, ... bener juga sih tapi di balik suka, ada dukanya juga.

Itulah warna warni kehidupan. Sekarang kalau inget itu malah kangen kerja lagi, tapi sekarang dunianya udah beda.

Setelah saya memilih resign di lab tadi yang udah nemenin saya selama hampir lima tahun, saya melanjutkan kuliah D4 dan pernah kerja jadi asisten dosen di salah satu kampus kesehatan swasta di Bandung.

Foto Angkatan Analis  Kesehatan D47
Foto Angkatan Analis D47,
 via dokumentasi pribadi

Wisuda Sarjana Analis Kesehatan
Wisuda D4 Analis Kesehatan atau ATLM,
via dokumentasi pribadi

Seru banget punya kesempatan berbagi ilmu sama mahasiswa kesehatan. Beginilah  dunia Kami, para asdos pas lagi off ngajar.

Seru-seruan bersama asdos stikes
Seru-seruan di luar jam kuliah mahasiswa,
via dokumentasi pribadi

Seneng, sih, sebenarnya bisa nemu dunia baru di bidang pendidikan. Saya senang berbagi ilmu sama mereka. Dulu pas saya memutuskan nikah saya skip dulu kuliah S2 dari kampus.

Saya juga sempat kerja di lab pratama punyanya adik kelas tapi enggak lama juga, soalnya habis itu saya nikah di tahun 2014.

Saya juga pernah kerja part time di laboratorium swasta di Cimahi. Ini adalah tempat ternyaman buat saya Karena kekeluargaannya lekat banget, kerjaan juga enggak terlalu hectic, pokoknya tempat ternyaman selama kerja, ya, di Lab Cimahi ini.

Akhirnya saya memutuskan buat full time di rumah. Menekuni dunia literasi atau menulis kayak sekarang yang saya lakukan adalah dengan sounding via blogging.

Kayak sekarang stay at home memang udah jadi hal biasa buat saya. Sejujurnya saya udah pengen jalan-jalan tapi tetep ikutin anjuran social distancing dan stay at home.

Baca juga : Realitas Stay at Home setelah Dua Pekan diberlakukannya Social Distancing

Buat rekan saya para Ahli Tenaga Laboratorium Medik, saya paham kondisi APD yang menipis di Lab RS atau Puskesmas.

Rekan ATLM, tenaga kesehatan siaga
Foto dari rekan ATLM, via dokumentasi bersama

Di tengah kondisi penyebaran virus Corona sekarang ini. Semoga kalian tetep semangat bertugas dan menjalankan peran mulia sebagai tenaga kesehatan.

Proud to be ATLM
Save ATLM, via dokumentasi bersama

Doa saya buat kalian, semoga sehat selalu, ya. Saya bantu via tulisan dan doa saja.

Dukungan untuk ATLM
Selamat bertugas para ATLM Indonesia,
via dokumentasi bersama

Itulah sepenggal memori saya sebagai seorang paramedis atau Ahli Tenaga Laborarium Medik, yang dulu pernah berkerja di Lab RSUD, lab swasta, ngajar di kampus juga dan kini  mau serius menekuni passion menulis. Semoga Allah SWT menjaga Kita semua. Aamiin.



Salam,




Setahun Usia TLD Catatan Leannie, Memaknai Alasan dan Tujuan Ngeblog

Alasan dan tujuan ngeblog Catatan Leannie
Setahun usia TLD Catatan Leannie

Catatan Leannie diambil sebagai nama blog karena menggunakan nama pena saya. Leannie Azalea adalah nama pena yang saya gunakan ketika menulis fiksi. Bulan Oktober lalu tepatnya setahun sudah usia blog ini setelah migrasi ke Top Level Domain (TLD).

Catatan Leannie sebenarnya diambil dari nama saya sendiri, hanya versi ringkas, kalau Lia Yuliani berasa kepanjangan. Hehe udah gitu  kalau googling keluar nama yang sama cukup banyak. Apakah nama saya pasaran? Oops ... 

Jadi Catatan Leannie ini tadinya dokumentasi berbagai hal yang ingin saya  sampaikan, meski bukan lewat lisan, tetapi bisa saya ungkapkan lewat tulisan.

Setahun lebih usia blog Catatan Leannie, kalau bayi mungkin lagi belajar berjalan. Seperti itu juga blog ini, sedang berusaha  terus melangkah dan mengembangkan diri. Saya juga kembali melakukan perenungan, tentang makna dan alasan saya ngeblog.

Setahun ngeblog dengan TLD, pencapaian apa saja yang telah saya raih selama ini? Beberapa job blogger saya dapatkan dari review buku, pernah sekali ikut lomba blog, dan terpilih masuk ke dalam pemenang. 

Meski jarang bisa dapat job karena kendala follower Ig yang kurang banyak ternyata tak menyurutkan niat saya ngeblog.  Saya anggap bukan rezeki, karena untuk tambah follower dengan ikut follow loop seperti yang kebanyakan blogger lain lakukan, saya merasa kurang  bisa membagi waktu dan fokus. 

Saya membagi fokus untuk menulis, karena jauh sebelum ngeblog saya udah suka nulis artikel dan mengirimkan ke berbagai media online. Saya juga suka nulis puisi, pernah ikutan lomba nulis puisi dan ada beberapa antologi puisi di rumah.  Saya juga pernah punya mimpi menerbitkan novel sendiri. Intinya saya juga mau tetap nulis buku. Buku solo kalau bisa. Aamiin

Jangan tanya Domain Authority atau DA blog saya, amatlah minimalis. Dulu sewaktu masih ada Gplus nilainya belasan, sekarang minimalis banget sudah angkanya.

Mencari tahu tentang DA dengan bertanya atau share bareng blogger lain, kadang blogwalking, atau nanya ke Mbah "Google" ada yang bilang harus nyebar banyak backlink dari web dengan DA tinggi, ada yang bilang  beraihkan blog dari brokenlink.

Selain itu, ada juga yang saranin guest post dari blogger lain, nitip backlink ke blogger yang DA tinggi, banyak banget masukannya. Sampai ada blogger yang enggan balas komentar blogwalking kalau DA blogger yang komen ke dia lebih rendah. Ya sudahlah biarlah itu pilihan mereka.

Berbagai hal membuat saya kembali ke tujuan awal ngeblog. Saya suka menulis inilah salah satu alasan saya memutuskan untuk ngeblog.  Setidaknya ada tiga poin yang perlu dipertimbangkan dalam ngeblog.

Baca juga : 3 Poin Penting yang Perlu diperhatikan untuk Memulai Ngeblog

Mendokumentasikan apa yang ingin saya tuliskan. Saya suka jalan-jalan atau traveling, saya ingin berbagi keseruan mengunjungi berbagai tempat baru, bahwa ternyata traveling itu menyenangkan dan bisa meningkatkan bonding satu sama lain.

Intinya dengan ngeblog, saya bisa bebas menulis sesuai dengan apa yang saya inginkan, agak berbeda dengan menulis di media online ada ketentuan atau kaidah yang memang perlu saya perhatikan ketika mengirimkan artikel ke media.

Seperti halnya blogger lain, saya juga berpikir untuk memonetisasi blog. Salah satunya memutuskan untuk migrasi dari blogspot ke TLD bukan TDL, ya, ini sih tarif dasar listrik. Lol ...

Saya juga tertarik pasang adsense di blog meski berbagai pendapat menganai pemasangan iklan di blog ini. Baru setelah setahun TLD blog saya di ACC adsense, setelah sebelumnya di tolak, loh.

Alasan ditolak adsense di tahun 2019 kemarin karena ada settingan blog yang belum saya lakukan, jadi redirectnya belum aktif. Sempet pusing mikrinya kenapa? 

Perbaiki masalah Anda!
Situs Anda tidak terjangkau. 

Notifnya begitu terus. Enggak tahu mesti diapain. Maklum dulu pas bikin blog modal googling doang, saya belum ikut training berbayar soalnya.

Dulu saya pikir selama bisa saya coba, ya, saya akan coba sendiri. Usaha sendiri dulu aja istilahnya, uang training buat beli berbagai keperluan rumah tangga lain atau ditabung aja. Gitu pikiran saya saat itu. Maklum emak-emak mah gitu. 

Setelah itu saya juga pasang tema sendiri juga, lihat tutorial aja di blog orang lain. Meski ada settingan yang bikin bingung dengan kodingan di blog yang harus edit html. Agak rumit kadang, malah bikin tampilan jadi error kalau salah pasang kode soalnya. 

Kolom delete komentar saya di tema terdahulu enggak muncul jadi susah buat hapus brokenlink yang katanya ngaruh ke DA. Setelah itu jadi pertimbangan buat jasa percantik atau reparasi blog.

Lika liku perjalanan ngeblog selama setahun ini, ikut training bareng komunitas jadi titik awal saya buat konsisten nulis. Saya ikut odop, rutin bw juga. Odop atau one day one post blog ternyata banyak juga manfaatnya.

Baca juga : One Day One Post Blogging, Menaklukan Diri Sendiri untuk Konsisten Menulis 

Meski ada yang bilang untuk menaikkan DA odop kurang efektif atau bw pun kadang enggak berpengaruh kecuali Kita nitip backlink di web lain dengan DA tinggi. Ya oke lah kalau bicara soal teori.
Buat saya,  dengan BW kadang saya silaturahmi dan mengenal blogger lain, banyak belajar ilmu baru juga. Nulis Odop dulu lumayan blognya keisi. 

Ngeblog enggak sekadar ngurusin DA aja, kudu banyakin follower biar dapat job. Enggak cuman ini, loh, makna dan tujuan saya ngeblog. Anggaplah job blogger adalah bonus dan rezeki lain dari menulis. Tujuan saya jauh lebih dari hanya sekadar mendapatkan job, jauh lebih besar dari ini.

Saya mau apa yang saya tulis itu ada manfaatnya buat orang lain, khususnya buat pembaca Catatan Leannie. Saya kadang menulis tentang kisah inspiratif, catatan perjalanan, cerita penuh makna seputar pernikahan atau parenting. Yang terpenting bisa menulis berbagai hal yang bermanfaat dan membawa kebaikan buat penulis dan pembacanya.

Satu hal yang saya harapkan adalah tulisan saya bisa menjadi jalan kebaikan buat orang lain, selain itu bisa jadi amalan yang memberatkan timbangan kebaikan di hari akhir kelak. (Catatan Leannie)

Enggak cuman dari ngeblog, saya pun suka menulis artikel dan menulis buku juga. Ketiganya masih saya jalankan sampai sekarang. Sekadar sharing saja, buat yang baru memulai ngeblog atau mungkin udah lebih lama dari saya, terus semangat dan jangan lupa alasan dan tujuan awal ngeblog.


Salam,