Indonesia Website Awards

Dari Laboratorium RSUD, Lab Swasta, dan Kini Menekuni Menulis, Inilah Curahan Hati seorang Ahli Tenaga Laboratorium Medik

Foto saat bekerja di Laboratorium swasta
Foto bareng rekan di Laboratorium,
via dokumentasi pribadi

Sejujurnya saya sedih sekali dengan pemberitaan sekarang ini. Baik Tenaga medis maupun paramedis seperti rekan saya yang bertugas sebagai Ahli Tenaga Laboratorium Medik berjuang melawan Corona.

Bahkan, diantara mereka ada yang
meninggal karena kasus Corona, contohnya saja beberapa dokter yang meninggal karena menangani kasus Covid-19.

Sebagai salah seorang paramedis, saya punya beragam curhatan hati semenjak dulu bekerja di balik layar, yaitu di laboratorium rumah sakit maupun swasta.

Saya pernah melanjutkan kuliah dari d3 ke d4 jurusan Analis Kesehatan yang sekarang berganti nama menjadi ATLM atau Ahli Tenaga Laboratorium Medik di tahun 2012 dan lulus di tahun berikutnya sebagai S.ST alias sarjana sains terapan.

Moment wisuda D4 Analis Kesehatan 2013
Saat wisuda sarjana Sains Terapan with my lovely Mom, via dokumentasi pribadi

Meski gelar ini tersimpan rapi di rumah, dulu saya pernah juga jadi salah satu asisten dosen di salah satu kampus kesehatan swasta di Bandung. Rasanya jadi kangen ke masa itu.

Awalnya saat saya lulus kuliah di tahun 2006 setelah mengenyam pendidikan selama tiga tahun di Poltekkes Depkes atau sekarang berganti nama jadi Poltekkes Kemenkes Bandung. Saya sempat enggak kerja selama tiga bulan dan atas saran saudara yang tinggal di  Pandeglang saya coba melamar kerja di  salah satu RSUD Banten.

Wisuda D3 Analis Kesehatan 2006
Wisuda D3 Analis Kesehatan atau ATLM,
via dokumentasi pribadi

Saya hanya beberapa bulan kerja di sini karena sedihnya gaji saya di sini hanya sebesar dua ratus lima puluh ribu rupiah di tahun 2006 sebagai tenaga kerja kontrak. Padahal gaji art aja udah tiga ratus lima puluh ribu rupiah saat itu. Sedihnya ...

Kasihan banget mama saya yang tiap bulan masih ngirim uang buat kebutuhan hidup saya. Saya akhirnya melepas pekerjaan di RSUD dan akhirnya dapat kerjaan di Lab Swasta di Bandung. Gajinya lumayanlah dapat delapan ratus ribu rupiah di tahun 2006 yang lalu.

Saya pun tetap mencari-cari pekerjaan baru dan melamar ke salah satu laboratorium swasta terbesar di Bandung. Tepat   di Bulan Juli 2007, saya akhirnya diterima di salah satu Lab Klinik Utama Swasta yang ada di Jalan Riau, Bandung.

Hampir lima tahun berkerja di sini, banyak banget kenangan yang tersimpan selama berkerja di lab yang satu ini. Keuntungan pertama kerja di tempat baru dan jadi Salah satu laboratorium swasta yang cukup dikenal di Bandung adalah saya bisa mandiri secara finansial.

Saya bahkan bisa langsung ngebeliin mama mesin cuci dari hasil kerja saya, alhamdulillah dari gaji pertama saya bisa ngasih sesuatu buat Mama.

Saya pas lagi kerja di sana mungkin kurang sabar aja sama lingkungan kerja, hehe ... cepet jenuh dan kadang suka kesiangan karena harus masuk jam 06.00 Wib teng. Telat dikit aja potong gaji kalau udah tiga kali berturut-turut.

Saya juga ketemu banyak temen, kakak kelas yang baik-baik. Saya inget dulu pernah ditegur karena jarang dandan, padahal penampilan is a must di sana. Soalnya make up saya paling hanya bedak sama lip balm aja dulu. Polos banget pokoknya.

Kangennya saya saat kerja di lab itu adalah pas kerja bareng sesama rekan analis Kesehatan atau ATLM yang punya rasa care tinggi antara satu dengan yang lain. Sejak saya kerja sift siang selama setahun lebih, pas pulang malam selalu ditawarin jemputan sama temen yang searah ke rumah saya di Gunung Batu.

Foto bersama rekan kerja
Bersama rekan Perawat, Fo, Radiologist, Keuangan dan Kacab lab, via dokumentasi pribadi

Saya inget juga pas pindah kerja ke salah satu cabang di Pajajaran ada medical cek up yang luar biasa banget ngerjain orang lab. Maksudnya sampai petugas lab mesti ngerjain sampel hingga jam 3 pagi.

Saat itu kebetulan saya lagi enggak fit dan lagi istirahat di rumah tapi kasian juga temen saya yang kudu lembur hingga jelang subuh berhubung medical cek up ada di luar kota dan petugas lab harus standby ngerjain sampel medis di hari itu juga.

Mungkin yang enggak tahu dalemnya kerja di lab swasta terkenal pasti lihatnya yang enak-enak aja, gaji besar, pakaian rapi, kerjaan nyaman, ... bener juga sih tapi di balik suka, ada dukanya juga.

Itulah warna warni kehidupan. Sekarang kalau inget itu malah kangen kerja lagi, tapi sekarang dunianya udah beda.

Setelah saya memilih resign di lab tadi yang udah nemenin saya selama hampir lima tahun, saya melanjutkan kuliah D4 dan pernah kerja jadi asisten dosen di salah satu kampus kesehatan swasta di Bandung.

Foto Angkatan Analis  Kesehatan D47
Foto Angkatan Analis D47,
 via dokumentasi pribadi

Wisuda Sarjana Analis Kesehatan
Wisuda D4 Analis Kesehatan atau ATLM,
via dokumentasi pribadi

Seru banget punya kesempatan berbagi ilmu sama mahasiswa kesehatan. Beginilah  dunia Kami, para asdos pas lagi off ngajar.

Seru-seruan bersama asdos stikes
Seru-seruan di luar jam kuliah mahasiswa,
via dokumentasi pribadi

Seneng, sih, sebenarnya bisa nemu dunia baru di bidang pendidikan. Saya senang berbagi ilmu sama mereka. Dulu pas saya memutuskan nikah saya skip dulu kuliah S2 dari kampus.

Saya juga sempat kerja di lab pratama punyanya adik kelas tapi enggak lama juga, soalnya habis itu saya nikah di tahun 2014.

Saya juga pernah kerja part time di laboratorium swasta di Cimahi. Ini adalah tempat ternyaman buat saya Karena kekeluargaannya lekat banget, kerjaan juga enggak terlalu hectic, pokoknya tempat ternyaman selama kerja, ya, di Lab Cimahi ini.

Akhirnya saya memutuskan buat full time di rumah. Menekuni dunia literasi atau menulis kayak sekarang yang saya lakukan adalah dengan sounding via blogging.

Kayak sekarang stay at home memang udah jadi hal biasa buat saya. Sejujurnya saya udah pengen jalan-jalan tapi tetep ikutin anjuran social distancing dan stay at home.

Baca juga : Realitas Stay at Home setelah Dua Pekan diberlakukannya Social Distancing

Buat rekan saya para Ahli Tenaga Laboratorium Medik, saya paham kondisi APD yang menipis di Lab RS atau Puskesmas.

Rekan ATLM, tenaga kesehatan siaga
Foto dari rekan ATLM, via dokumentasi bersama

Di tengah kondisi penyebaran virus Corona sekarang ini. Semoga kalian tetep semangat bertugas dan menjalankan peran mulia sebagai tenaga kesehatan.

Proud to be ATLM
Save ATLM, via dokumentasi bersama

Doa saya buat kalian, semoga sehat selalu, ya. Saya bantu via tulisan dan doa saja.

Dukungan untuk ATLM
Selamat bertugas para ATLM Indonesia,
via dokumentasi bersama

Itulah sepenggal memori saya sebagai seorang paramedis atau Ahli Tenaga Laborarium Medik, yang dulu pernah berkerja di Lab RSUD, lab swasta, ngajar di kampus juga dan kini  mau serius menekuni passion menulis. Semoga Allah SWT menjaga Kita semua. Aamiin.



Salam,




113 comments

  1. Baca ceritamu seru kak, sempet pindah-pindah kerja, tapi konsisten ya di labolatorium dan mayoritas di bidang kesehatan... Apa pun alasan kamu memutuskan full time di rumah, semoga berkah ya mba... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lika-liku kehidupan, Mbak. Hehe ... makasih udah mampir.

      Delete
    2. Kak izin bertanya, dan jika berkenan mohon jawabannya. Saya berkuliah di D4 TLM salah satu Poltekkes negri, tetapi saya selalu dikhawatirkan dengan masa depan prospek analis kesehatan. Karena jujur saya mengharapkan kehidupan yang sejahtera, dengan kata lain berpendapatan tinggi setelah lulus, karena latar belakang saya bukan keluarga upper class, orang tua saya untuk membiayai saya kuliah saja sangat pas" an, jadi rasanya kurang realistis jika masa depan saya di analis kes hanya sebatas "tugas kemanusiaan" tanpa bisa membantu orang tua dalam hal finansial. Ada beberapa pernyataan yang saya harap kaka bantu jawab secara objektif:

      1. Apakah rata-rata pendapatan seorang Analis kesehatan hanya sebatas UMR?

      2. Apakah resiko dan tanggung jawab (tuntutan kerja) analis kes dengan pendapatannya tidak sebanding? (Tolong kesampingkan dulu term "tugas kemanusiaan")

      Delete
  2. Salut sama para tenaga media yang saat ini bekerja keras untuk mengatasi wabah corona. Semoga mereka selalu diberi kesehatan dan kekuatan untuk menghadapinya. Dan semoga wabah ini bisa segera cepat berlalu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, mereka itu punya risiko tinggi tertular penyakit, enggak pernah libur kalau pas kebagian kerja di RS. Salut.

      Delete
  3. wah keren ini, semoga selalu sukses

    ReplyDelete
  4. Salut sekaligus sedih melihat apa yang dilakukan para nakes yang bertindak di garda depan menghadapi wabah virus ini. Semoga wabah ini segera berakhir dan para nakes senantiasa diberi kesehatan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kusedih pas tahu ada nakes yang meninggal karena Corona. Meski engga ikut kerja lagi tapi ikut empati banget

      Delete
  5. Aku baru tahu kalau dirimu tenaga medis mba. Salut buat tenaga medis. Semoga semua lelah jadi jalan menuju surga, aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyes, Mbak Litha. Dulu pas sebelum nikah dan punya anak masih kerja di Lab. Aamiin

      Delete
  6. salut buat tenaga medis ya, mbak. Semoga mereka selalu diberi kesehatan, dan apa yang mereka korbankan mendapata ganjaran terbaik dari Allah SWT.

    Klo masalah kerja, emang semakin tinggi gaji biasanya semakin banyak tantangannya. Kalau bisa itu dapat kerja yang bosnya ngayomi, lingkungan kerja kekeluargaannya bagus, kerjaannya kita sukai ataus esuai passion, dan dapat gaji nya sesuailah (besar), itu juga seperti surganya dunia. hehehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, iya, Mbak namanya juga kerja, ya. Sekarang malah kadang kangen pakai jas lab.

      Delete
  7. Waahh si ahli lab ternyata.
    Btw saya dulu waktu mau lahiran kan diambil darahnya ama suster, sakit banget.
    Pas berikutnya orang lab yang ambil sendiri ke kamar, daaann suprised nggak kerasa ambil darahnya, saking udah ahlinya kali ya :D

    Salut deh ama petugas lab yang tiap hari berkutat dengan sample :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau pas di lab utama swasta, yang harus sampling atau ambil darah pasien, ya, perawat. Petugas lab hanya sesekali. Emang kalau ada yang bilang orang lab ngambil darah enggak sakit, sebenarnya ada triknya, tergantung mood petugas, sama kondisi pembuluh darah pasien. Jadi memang petugas lab itu atau ATLM kerjanya di balik layar, mereka yang membantu dokter menegakkan diagnosis atau penyakit berdasarkan hasil pemeriksaan lab.

      Delete
    2. Oalahhh gitu ya, soalnya saya di RS pemerintah sih, memang di lab tersebut ada petugasnya sendiri yang ambil darah, entah itu perawat atau memang petugas di lab tersebut.

      Tapi memang beda banget orang yang udah terbiasa sama yang jarang-jarang lakuin.
      Apalagi tergantung mood, waduhh gawat juga kalau moodnya lagi buruk, bisa asal tusuk hahahaha

      Delete
    3. Mood di sini bergantung sih tiap orang ada nakes yang ramah ada juga yang jutek, hehe ... biasanya mereka udah punya beban kerja yang berat. Enggak akan asal tusuk tapi kalau ambil darah kan tergantung posisi pembuluh darah pasien, kalau pembuluh darahnya kecil atau sulit teraba, kadang bisa meleset atau gagal diambil darahnya

      Delete
  8. Wah... aku jadi mbak gak bisa membayangkan kl hrs pindah2 kerja. Kudu beradabtasi lagi di tempat baru ya. Apa ada keinginan untuk kerja kantoran lagikah mbak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pindah kerja cari pengalaman dan suasana baru. Kangen sih masa-masa pas kerja dulu, meski bukan kerja kantoran, Karena kerjaannya di balik layar. Kerja di Laboratorium klinik

      Delete
  9. Wah mbak tenaga medis ya,, bloggingnya sering nulis medis juga g mbak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sesekali nulis tentang kesehatan, sih,seringnya sih nulis gado-gado

      Delete
    2. Its okay mbak. Blog saya juga gado-gado isinya, hehe

      Delete
  10. Sedih juga ya Mba liat tenaga medis yang sedang berjuang sementara kita stay at home. Tapi kesel sih sama yang bandel tetep aja kemana-mana.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, memang kadang ada yang menyepelekan juga sih

      Delete
  11. wah aku baru teteh pernah ngelab, keren teh! Dan pernah d Cimahi pulaa, tau Cimareme kan teh? Aku kerja d Medion btw udah hampir 4 tahun lebih dan resign juga, terlebih pada kesehatan mental dan juga psikis sih wkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyes, dulu Di Lab klinik Swasta daerah Jl.Riau. Pernah kerja di Lab Cimahi yang ada Apotek Serumpun Bambu. Oh, Cimareme jauh, ya? Hehe ... jauh dari rumahku yang di Gn Batu. Memang kalau kerjaan udah enggak nyaman ya enggak apa-apa resign, cari yang lebih baik.

      Delete
  12. Inspiratif sekali kisahnya, Mbak. Juga pas dengan kondisi kekinian. Dan tentang profesi ATLM yg Mbak Lia sebut, memang sepertinya jarang yang tau. Boleh usul nggak? Jadiin novel aja, Mbak. Tokoh utamanya ATLM, gitu. Pasti banyak yg kepo. Secara novel yg menceritakan profesi seseorang secara detil itu banyak yg nyari, lho :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, ide bagus. Memang saya juga kepengen sih punya novel sendiri sekalian memperkenalin profesi ATLM ke masyarakat

      Delete
  13. Semoga makin sukses jadi IRT n penulis ya mba. Saya nulis masih banyak bolongnya. heuu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak Dyah. Aamiin. Yang penting tetap semangat dan menikmati proses menulis

      Delete
  14. Ternyata mb Lia ini tenaga medis ya 😊 Aku salut dan sangat menghormati segala usaha dan pengorbanan yg telah dilakukan tim dokter dan tenaga medis dlm mengatasi pasien covid19 dll. Take good care of you. Peluk dari jauh 🤗🤗

    ReplyDelete
  15. Kalau ingat masa kuliah rasanya gimana gitu ya Mbak. Seru dan menyenangkan, bahkan sekarang jadi kangen, hihi.

    Salam semangat untuk semua tim medis yang menjadi garda terdepan codid-19. Semoga kondisinya terus mendapatkan perlindungan Allah SWT.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku pun lagi nulis ini karena kangen masa-masa kuliah dan kerja.

      Delete
  16. Bismillah ya semoga selalu dilindungi Allah SWT selama menjadi garda depan saat pandemik Covid 19. Salam untuk teman teman ya mba

    ReplyDelete
  17. Antara passion dan pendidikan yang ditempuh terkadang tidak satu garis lurus ya Teh, hehe. Itu akan jadi pengalaman yang berkesan dan jadi guru yang terbaik

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, hehe ... rasanya kalau gini mending dulu kuliah jurusan bahasa atau jurnalistik sekalian

      Delete
  18. Semangat terus ya Mba. Dimana pun kita berkiprah semoga selalu menginspirasi dan memberi manfaat bagi sesama. Aamiin.

    ReplyDelete
  19. Wah pengalamannya seru juga ya mbak apalagi saat kerja di lab. Saat ini tenaga medis menjadi garda terdepan yang memberantas wabah ini, semoga diberikan kesehatan untuk semua pahlawan bangsa ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyes, Mbak. Hopely. Pastinya itu jadi harapan semua orang.

      Delete
  20. keep it up mbaa! kadang kala memang ada rasa-rasa yg terlintas dengan bagaimanapun kita pernah berikprah di background pendidikan kita ya mba, apapun itu tetap memberikan manfaatlah yang membuat kita merasa tentram :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak. Lagi terkenang ke masa itu. Masyaallah

      Delete
  21. Kereeen... Saya juga sama mbak memutuskan full di rumah setelah sebelumnya ngajar di STIKES. Lebih nyaman sih bagi saya hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbak Yeti ngajar Stikes juga, dulu pas kuliahnya di mana?

      Delete
  22. Semoga teman-teman yang masih bertugas selalu dilindungi Allah, ya, Mbak..perjuanganmu nggak mudah, Masya Allah. Baca ceritanya sampai pindah-pindah kerja juga, memang benar hidup begini adanya, ya. Ada suka dukanya, tapi itulah yang melengkapi dan membuat kita selalu ingat dan penuh syukur...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pengalaman hidup, Mbak. Hehe penuh lika-liku dan perjuangan

      Delete
  23. Saya kaget sama gajinya mbak. Bisa sekecil itu ya? Kalah sama ART.
    Rasanya gaji dosen tuh udah kecil, ini masih ada yang lebih kecil ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau jadi tenaga kerja kontrak di RSUD memang kecil gajinya, tergantung daerahnya juga, dulu kerja di Banten segitu. Kalau di Bandung mungkin lebih gede dikit kali, ya. Kerja di lab swasta yang besar sih mending, ya, setara umr saat itu

      Delete
  24. Maaya Allah tabarakallah Mbak. Pengalaman tak terlupakan. Akupun baru tahu istilah pekerjaan ini padahal tanteku bekerja di lab juga Dan sejak kecil aku sering banget ikut tanteku

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dulu namanya Analis Kesehatan, Mbak buat yang kerja di Laboratorium Klinik, tapi sekarang berubah namanya jadi Ahli Tenaga Laboratorium Medik atau ATLM

      Delete
  25. Wah ternyata latar belakangnya medis ya mbak? Bisa nih konten2nya nanti berbau2 tema itu ya :D
    Turut mendoakan teman2 nakes yang sedang berjuang di garda depan supaya selamat semua gak ada yang sakit aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, terima kasih Mbak April. Iya, boleh, nanti saya tuliskan tentang kesehatan.

      Delete
  26. Doa selalu terkirimkan untuk tenaga medis yang luar biasaa.
    Mereka berjuang dgn sekuat tenaga, sampai ngga pulang ke rumah berhari-hari.
    Sejumlah nakes harus menghembuskan nafas terakhir, semoga husnul khotimah
    dan semoga corona segera hengkang!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sedih kalau tahu ada nakes yang meninggal. Iya, Aamiin, Mbak.

      Delete
  27. Saya baru tahu kalau Analis sekarang udah berganti nama jadi ATLM ya. Jasanya dalam menghadapi wabah virus corona juga tidak kalah dengan para dokter dan perawat. Yah kita doakan saja semoga mereka yang berada di garda terdepan bisa menjalankan tugasnya dengan baik dan tidak ikut menjadi korban.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dulu namanya Analis Kesehatan, sejak tahun 2014 berganti Nama jadi ATLM. Iya, Aamiin. Semoga keadaan cepat membaik dan kembali seperti sedia kala

      Delete
  28. Semoga seluruh rekan medis dan Kita semua diberikan kesehatan. Sedih tiap hari korban semakin banyak, cepat berlalu Dan lekas pulih Indonesia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Jadi doa dan harapan semua orang pastinya

      Delete
  29. Throw back itu emang bikin haru ya mbak. Semua pengalamab ada suka duka dan hikmahnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, bener banget. Saya jadi terkenang ketika menuliskan ini.

      Delete
  30. Pastinya pengalaman yang berharga ya Mbak, berkiprah sebagai analis lab medis. Kalau aku dulu di lab juga, tapi lab kimia. Semoga sukses di manapun beraktivitas ya Mbak. Turut berdoa juga buat para nakes yg sdg berjuang...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh, Analis kimia ternyata Teh Euis. Aamiin terima kasih doanya

      Delete
  31. Saya ada juga kawan orang lab, asik banget ya neliti benda-benda kecil gitu. Sekarang jadi suka share tentang pengetahuan virus covid-19. Sukses ya k semoga jalan yang dipilih selalu memberikan keberkahan aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau ATLM itu memeriksa spesimen pasien, Mbak. Nanti hasilnya bisa nentuin diagnosis pasien

      Delete
  32. Pasti menyimpan banyak kenangan indah ya Mbak selama masih bekerja dulu, yang penting kita masih bisa bermanfaat buat sesama, dimanapun dan dalam kondisi apapun kita yang sekarang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak. Penuh kenangan memang. Insyaallah aamiin

      Delete
  33. saya juga merasakan hal yang sama mba dirumah dan kangen sama temen2 dan suasana kerja, saya juga ikut prihatin akan wabah covid ini semoga semua yang bekerja pada pelayanan kesehatan tetap sehat sampai wabah ini menghilang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kondisi seperti ini memang enggak mudah,semoga keadaan cepat membaik. Aamiin saya pun hanya bisa mendoakan para nakes agar tetep sehat selalu

      Delete
  34. Saya lagi sekolah keperawatan, bisa jadi saya lanjut kerja di bidang ini nantinya... Semoga dapet yang terbaik apa pun profesinya, aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, dapat beasiswa ke luar negeri, ya, Mbak Alvianti. Semoga kuliahnya lancar dan ilmunya jad berkah.

      Delete
  35. Semoga para tenaga medis dan non medis selalu dapat kelimpahan nikmat sehat ya. aamiin


    Aku suka salut sama perempuan yg cerdas. Menginspirasi perempuan lainnya biar gak lemah.

    ReplyDelete
  36. Bismillah mba. Aku yakin ilmunya masih tetap bermanfaat hingga kini. Aamin atas segala doa baikny mba

    ReplyDelete
  37. Wiwin | pratiwanggini.netApril 8, 2020 at 10:09 AM

    Dalam kondisi sekarang ini tenaga medis ibaratnya prajurit yang maju perang. Sayangnya senjata mereka tidak cukup lengkap. Sedih sebenarnya, tapi saya tidak bisa bantu apa-apa. Hanya bisa bantu dengan tinggal di rumah saja. Semoga tim medis segera mendapatkan kebutuhan/perlengkapan utama mereka ya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kenyataannya begitu, memang mereka kekurangan APD. Memang Ada bantuan katanya tapi belum mengcover semuanya. Aamiin, hanya bisa kirim doa saja.

      Delete
  38. Tenaga medis saat ini sedang berjuang dalam perang. Semoga seluruh rekan medis diberi kekuatan yang besar hingga wabah ini selesai. Amiin..

    ReplyDelete
  39. wah berguna sekali loh ATLM di saat pandemi begini, berjasa bangeeet. Aku baru sadar ternyata mba Lia seorang ATLM yaa, kirain apoteker gitu, salah toh hihi. sehat selalu sekeluarga ya mbaa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan apiteker, hehe ... Aamiin makasih doanya

      Delete
  40. Wah, ternyata jadi tenaga kesehatan di laboratorium kesehatan itu banyak suka dukanya ya, Mbak. Semoga para nakes selalu diberi kesehatan dan keikhlasan dalam situasi melawan Covid19 seperti sekarang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, bener banget Mbak. Aamiin ,saya ikut mendoakan mereka dari jauh

      Delete
  41. aku pun bantu mendoakan agar kita diberikan kesehatan. Dan terutama, doa dan semangat untuk para medis. Semoga virus nakal ini segera minggat dari bumi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pengennya keadaan kembali membaik dan enggak khawatir me luar rumah lagi. Kita bantu doa aja untuk mereka

      Delete
  42. Saya punya kenalan di Bali. Beliau seorang dokter yang alih profesi menjadi pengusaha kopi. Sekarang dia sudah berhasil membesarkan brand kopinya. Mungkin mba pernah dengar, namanya Mangsi Coffee. Salah satu signature coffee di Bali.

    Dokter Windu namanya. Waktu kita ngobrol suatu hari, beliau cerita betapa mirisnya nasib paramedis di Indonesia. Kemudian beliau bilang, "Paramedis adalah profesi pengabdian, bukan profesi untuk mencari duit. Gajinya mungkin tidak besar di dunia, tapi di akhirat sudah lah pasti." Setelah baca cerita Mba Lia saya jadi teringat lagi beliau. Semoga Mba Lia tetap semangat dengan segala kegiatan yg Mba Lia jalani sekarang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, saya pernah ke Bali beberapa kali tapi belum pernah ngunjungin kedai kopi ini. Sharingnya bikin saya haru, Mbak. Makasih, ya. Memang benar profesi kesehatan itu lebih ke pengabdian masyarakat. Insyaallah semangat setah ketemu passion nulis

      Delete
  43. Saya, sptnya td salah kolom comment ke kolom pesan hehe
    Pengalaman hidup ya, sekolah kerja dan kerja. Saat skrg ini blogger sptnya sudah biasa dgn stay at home, kd lebih produktif hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya udah baca messagenya. It's oke, Kak. Iya semua ini jadi pengalaman hidup yang tak terlupakan.

      Delete
  44. Kalau mau jujur-jujuran, nggak sedikit ART dan buruh pabrik yang gajinya lebih besar dibandingkan profesi tertentu yang terlihat educated dan wah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener, Mbak. Memang begitu keadaannya. Sebagai tenaga kesehatan memang pekerjaan kami lebih banyak ke pengabdian, sih.

      Delete
  45. Lab klinik yang di jalan Riau kayanya saya tau deh
    Juga yang jalan Pajajaran :D
    Dulu, saya selalu berdoa agar punya satu aja anak yang jadi dokter
    Agar hidupnya bermanfaat bagi orang banyak
    Sayang harapan tsb pupus

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ibu tinggal di mana? Orang Bandung juga, kan, ya? Iya, kalau orang Bandung pasti familiar sama Lab yang di Jalan Riau. Anak ibu sekarang kerja di mana? Hehe ... duh, ini malah jadi nanya-nanya sama Bu Maria. Salam kenal, ya, Bu. Moga nanti bisa ketemu di event blogger kalau kondisi sudah membaik.

      Delete
  46. Tempat kerja bisa ibarat rumah ke-2 ya teh karena sebagian besar waktu kita dalam sehari dihabiskan di situ. Plus punya banyak teman rasa keluarga.

    ReplyDelete
  47. Nah ini, selain tenaga kesehatan, tim laboratorium juga merupakan golongan orang yang paling rentan terpapar virus corona ya. Sedikit kurang hati-hati, bias-bias kena deh. Jangan sampai ya. Hati-hati teman-teman semua. Sehat-sehat selalu :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget, risikonya tinggi, loh. Meski kadang APD pun tak memadai

      Delete
  48. Seru banget pengalamannya Teh. Semoga para tenaga medis dan tenaga lab tetap diberi sehat biar tangguh ya. Aamiin.

    Semoga pandemi ini lekas berlalu. Udah lama banget saya nggak ketemu Mama. Dilarang oleh beliau sebab takut jadi carrier karena turut menangani pasien Covid.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, oh mamanya tenaga media, kah? Dokter, Mbak?

      Delete
  49. MasyaAllah perjuangannya ya. Semoga selalu diberikan kesehatan ya.. Aku tiap melihat orang lab, selalu berpikir, "Wah ini orang cerdas nih, pakenya putih-putih" :D

    ReplyDelete
  50. semoga semua ini cpt berlalu ya..Semoga para pahlawan saat ini diberi kesehatan selalu serta keihlasan dalam berjuang saat ini..

    ReplyDelete
  51. betul mbak, aku juga sedih perihal para tenaga medis yang menjadi garda di depan menghadapi virus ini. apalagi masyarakat kita yang kebanyakan tidak mengindahkan kebijakan sosial distance.

    ReplyDelete
  52. Fighting para tenaga medis. Smoga Allah senantiasa melindungi kalian

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, moga mereka sehat selu biar bisa mengemban tugas kemanusiaan

      Delete
  53. Semoga para tenaga medis yang jadi garda depan, dilindungi Allah selalu. Dan semoga semua ini lekas berlalu ya, mbak..

    ReplyDelete
  54. Serasa ikut kangen juga dengan teman-teman sekerja mba. Tentu dalam kondisi kayak gini pastinya teringat teman-teman ahli ATLM yaaa... sedang berjibaku dengan banyak hal yang harus dicek.

    ReplyDelete
  55. Woow, Luar biasa... meninggalkan hal yang pasti demi yang nggak pasti begitulah komentar orang-orang yang nggak pernah tau nikmatnya jadi penulis. hahaha

    ReplyDelete

Terima kasih atas kunjungannya. Moderasi komentar saya aktifkan, ya. Komentar akan muncul setelah saya setujui. Mohon tidak berkomentar sebagai anonim atau menyertakan link hidup. Link hidup akan saya delete. Maaf jika ada komentar yang belum terbalas.