Showing posts with label My Story. Show all posts
Showing posts with label My Story. Show all posts

Mengukir Asa yang Baru di Tahun 2023

 

Mengukir asa di tahun 2023,
Ilustrasi dari canva.com

Tahun 2022 sudah usai, selamat datang tahun yang baru. Mari mengukir asa yang baru di tahun 2023. Ucapkan alhamdulillah untuk tahun 2022 yang sudah dilewati dan bismillah untuk menyambut hari baru di tahun 2023. Tahun 2022 penuh cerita, terlewati juga berbagai momen dalam hidup.


Sepanjang tahun 2022 sudah melewati banyak hal. Ada suka, sedih, senang, bahagia, terluka, tertawa, menangis, pokoknya udah kaya nano-nano, ramai rasanya. Meski begitu akhirnya bisa melewati tahun 2022 dan kini sudah memasuki tahun 2023. Ada banyak harapan di tahun baru ini. Meski banyak juga reminder atau renungan setelah mengalami berbagai hal di tahun 2022.



Flashback, berbagai peristiwa dan renungan untuk diri 


Awal tahun 2022 di Bulan Januari, saya masih berobat jalan setelah akhir Bulan Desember dirawat di RS daerah Cimahi karena sesak napas. 


Tadinya saya khawatir kena Covid-19, karena sebelumnya sempat flu berat. Awalnya anak saya yang sakit, setelah berobat ke dokter anak membaik dan saya yang sakit. Beberapa hari flu, saya sempat kehilangan penciuman tapi masih bisa mengecap rasa.


Saat itu saya dikejar deadline beberapa tulisan yang harus segera tayang, membuat saya kekurangan waktu istirahat. Saya ingat saat subuh, cuaca dingin tiba-tiba saya merasa kesulitan bernapas. Saya juga menggigil saat itu. Kepala rasanya mau pecah. Akhirnya saya berobat ke UGD dan diberikan terapi uap agar tidak terlalu sulit bernapas.


Saya ingat di lakukan pemeriksaan EKG atau rekam kantung di UGD. Akhirnya saya boleh pulang. Setelah berobat, dua atau tiga Hari kemudian, kondisi saya masih belum membaik. Saya pun merasakan lemas dan kesulitan bernapas. Agak heran juga karena saya nggak punya Asma tapi rasanya sesak sekali.


Kali ini saya di bawa ke UGD yang berbeda dengan RS sebelumnya, hanya masih di daerah Cimahi juga. Akhirnya berbagai tes lab dan medis dilakukan, sebelum saya dirawat selama 3 hari di RS. Ternyata kadar kalium saya rendah sekali, selain itu saya juga kena Bronchitis Kronis. 


Selama ini saya memang ngerasa kalau kedinginan mudah batuk-batuk, dulu nyangkanya alergi cuaca, ternyata bukan alergi setelah dicek foto thorax atau rontgent dada. 


Setelah sekitar 2 bulan pasca dirawat, saya merasa sudah cukup membaik dan bisa beraktivitas seperti biasanya. Ketika dirawat di RS, sempat merasa kegiatan ngeblog perlu saya batasi, karena  saya sering bangun tengah malam, kurang tidur karena ngejar deadline tulisan sehingga membuat kondisi kesehatan saya ngedrop.


Hanya saja saya dapat notifikasi bahwa di akhir tahun kemarin tulisan saya terpilih menjadi salah satu pemenang hiburan ketika mengikuti lomba blog akhir tahun 2021 yang lalu. Saya yang jarang sekali ikutan lomba, nggak nyangka menang lomba blog meski hanya pemenang hiburan saja. Rasanya udah happy banget. 


Menang lomba blog itu berasa bahagia banget, merasa tulisan saya bisa dihargai dan diapresiasi membuat saya kembali bersemangat untuk ngeblog kembali. 


Di pertengahan tahun ketika anak masuk SD, perlu adaptasi ritme yang baru. Antar jemput anak, menemani anak belajar di rumah.  Antar jemput ngaji membuat saya agak lambat menulis, apalagi kalau ada job, satu blog post saja bisa selesai berhari-hari karena saya perlu membagi fokus di dunia maya maupun dunia nyata. 


Saat saya menjadi penulis artikel di tahun 2017-2018, saya terbiasa menulis artikel setiap hari. Dulu senang mengirimkan tulisan ke media online. Rasanya seneng sekali kalau tulisan saya bisa dimuat di media online. Di akhir tahun 2018 saya baru pasang TLD dan setelah itu saya fokus ngeblog sampai sekarang. 


Satu hal yang saya syukuri banyak sekali merasakan berkah menulis dari ngeblog, dimulai dengan terapi, bisa berbagi pemikiran, menuliskan berbagai informasi, sampai akhirnya merasakan berkah menulis dengan mendapatkan penghasilan dari menulis di blog atau menjadi influencer.


Akhir tahun ditutup dengan hal yang membuat saya perlu meluaskan penerimaan terhadap ketentuan atau takdir yang sudah ditetapkan oleh-Nya. Saya perlu belajar untuk rida menerima dan Ikhlas melepaskan titipan yang sekarang sudah tidak dalam genggaman saya lagi. 



Sebuah Harapan, mengukir asa baru di 2023

Ada yang datang dan pergi, menutup tahun 2022 dan menyambut tahun 2023 ada banyak asa yang terukir. Dalam doa dan harap, kita semua menuju hari baru di tahun 2023. Semua yang terjadi pasti ada hikmahnya.


Katakan Alhamdulillah untuk tahun 2022 dan Bismillah menyambut tahun 2023. Alhamdulillah masih diberikan kesempatan usia dan sampain ke tahun 2023. Bersyukur sudah melewati berbagai hal di tahun 2022. Tetap mengucap syukur meski ada hal yang tidak sesuai dengan keinginan dan harapan di tahun lalu.


Mengurai kejadian yang telah terjadi, mulailah sibuk memperbaiki diri. Jangan menyalahkan keadaan atau orang lain jika ada hal yang tidak sesuai harapan. Mulailah menata kembali langkah Kita di tahun yang baru. Mulai lebih peka dan peduli terhadap kesehatan sendiri, jangan menutup mata jika tubuh sudah menimbulkan tanda meminta jatah untuk rehat. 


Sejak jadi ibu biasanya kalau anak sakit, cepat diobati. Beda dengan diri sendiri yang sakit, kadang nggak dirasa karena menjadi ibu itu nggak boleh sakit lama-lama. Nanti gimana anak kalau ibunya sakit, siapa yang ngurusin coba? 


Setiap orang pasti punya cerita tersendiri di tahun 2022, seperti halnya rekan saya, Teh Okti penyuka traveling seperti saya dan suka  mendaki gunung. Blogger Cianjur  yang berbagi cerita mengenai pengalamannya menjadi relawan saat gempa Cianjur terjadi akhir tahun 2022 yang lalu. Saya berharap dan mendoakan para penduduk yang terkena gempa sehat selalu dan ada dalam lindungan-Nya 


Semoga ditahun yang baru ini Kita diberikan kesehatan, kemudahan dan kelancaran semua urusannya, dilancarkan rezeki dan selalu dalam penjagaan-Nya.  Semua yang terjadi ambil hikmahnya, jangan sampai mengulang kesalahan yang sama ditahun 2023. 


Mengukir asa baru di tahun 2023, harapannya semoga Kita bisa memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi. Bagaimana dengan Sahabat Catatan Leannie, apa nih harapan atau resolusi kalian di tahun ini?



Salam,





Cerita di balik Laboratorium Klinik, Antara Profesi dan Panggilan Hati

Antara Profesi dan Panggilan Hati
Cerita di balik Laboratorium,
via dokumentasi pribadi dan canva 


Saya menuliskan cerita di balik Laboratorium klinik,  antara profesi dan panggilan hati berdasarkan kisah saya sendiri.  Saya adalah lulusan Analis Kesehatan, kini dikenal dengan nama ATLM atau Ahli Tenaga Laboratorium Medik. 


Saya kuliah di Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung tahun 2003 yang lalu. Sudah mau 20 tahun lalu ternyata. Lulus D3 Analis Kesehatan atau punya gelar Amd, AK di tahun 2006. Sudah cukup lama banget, kan?


Jadi kalau nanya usia, ya usia saya juga udah di atas 30 plus. Plusnya juga lumayan banyak. Hehe ...  Sudah banyak sekali hal yang saya lewati selama ini. Sedikit berbagi kisah hidup saya di blog ini.


Setelah lulus kuliah, saya memasukkan banyak lamaran kerja tapi sampai tiga bulan nganggur belum dapat panggilan kerja juga sampai akhirnya saya mencoba melamar kerja di luar kota, yaitu di Pandeglang Banten. Berhubung ada keluarga ayah yang tinggal di sana. Saya menjadi TKK di RSUD Banten. 



Lika-liku mencari dan mendapatkan pekerjaan


Ketika bekerja pertama Kali di RSUD, gaji honorer yang saya terima hanya sekitar 350 ribu saja. Sedih rasanya ketika setiap bulan, ibu saya yang kirimin uang buat biaya hidup saya. 


Inginnya, sih, saya yang ngasih ke orang tua. Hanya sampai 2-3 bulan, saya kerja di RSUD. Setelah ini saya kembali ke Bandung dan mencoba peruntungan dengan melamar ke berbagai Lab atau RS di Bandung.


Saya pernah bekerja di Lab klikik swasta pratama atau lab swasta yang kecil, nggak apa-apalah gajinya kecil juga. Saya inget gaji pertama bekerja di Bandung adalah 850 ribu rupiah.


Sedangkan UMR udah sekitar 2,5 jutaan untuk UMR Kota Bandung Di tahun 2007. Jika dibandingkan dengan sekarang, yang pasti udah lebih besar dari ini soalnya ini udah beberapa belas tahun lalu. 


Saya bekerja di Klinik Swasta tersebut hanya beberapa bulan setelah itu saya diterima di sebuah Laboratorium Klinik Swasta Utama yang cukup terkemuka di Bandung. Pengalaman kerja di Laboratorium klinik ini Sekitar 4 tahunan lebih.


Inget dulu kerja jam 6 pagi pulang bisa sampai malam alias lembur kalau ada medical check up, bisa dari instansi atau penerimaan karyawan baru yang butuh tes kesehatan di Laboratorium. 


Kadang saya juga ikut tim sampling  untuk pengambilan sampel darah karena ada medical check up, baik dari Bandung atau pun dari luar kota. Banyak pengalaman yang saya dapatkan saat bekerja di lab ini.


Setelah hampir lima tahun bekerja di Lab Utama, saya melanjutkan kuliah D-4 satu tahun di Poltekkes Kemenkes Bandung jurusan ATLM atau Ahli Tenaga Laboratorium Medik. Salah satu pilihan hidup yang membuat saya belajar banyak hal.



Resign setelah menikah


Setelah beberapa tahun bekerja di Lab Klinik swasta saya memutuskan resign dan melanjutkan kuliah di tahun 2012 dan tahun 2013 saya lulus D-4 Analis Kesehatan. Akhirnya saya sempat menjadi asisten dosen di salah satu kampus swasta di Bandung setelah lulus kuliah D-4 Di tahun 2013. 


Hanya saja setelah ini saya menikah di tahun 2014 dan resign dari kampus. Satu keputusan yang berat saat itu antara menikah dan melanjutkan kuliah S-2 karena dibiayai pihak kampus. Saya memilih untuk menikah dan resign dari kerjaan. Itulah pilihan hidup yang saya ambil saat itu. 


Sudah bertahun-tahun saya bekerja dan resign setelah menikah, perlu adaptasi cukup lama untuk terbiasa. Saya yang biasanya bekerja di luaran sana, lalu diam di rumah sebagai IRT, jujur saja nggak mudah, apalagi dengan banyaknya omongan yang membandingkan Full Time Mom vs Working Mom. Namun, sekarang saya sudah tidak terlalu mengambil hati ucapan tersebut.


Namun, saya membiasakan diri, apalagi setahun setelah menikah dan memiliki anak, saya ingin fokus ke anak dan keluarga. Sebuah pepatah bilang "Bisa karena Terbiasa," menjadi orang tua terutama ibu adalah tanggung jawab besar bagi saya. 


Meski sejujurnya saya merasakan rasa rindu bekerja kembali seperti sebelum menikah. Untunglah saya menemukan passion menulis, awalnya saya ingin menulis novel tetapi malah nyemplung jadi penulis artikel dan akhirnya nyaman menjadi blogger.


Bersyukur setelah menjadi blogger, saya banyak merasakan berkah menulis. Dari mulai healing, bisa sharing ke banyak orang hingga bisa sedikitnya nambah penghasilan tambahan. Bonus dari ngeblog yang saya syukuri. Alhamdulillah senang sekali ketika hobi yang ditekuni menjadi profesi.



Kangen Kerja lagi, menerima kembali pekerjaan part time di Laboratorium Klinik 


Setelah nikah dan punya anak, saya menerima pekerjaan part time di Lab Cimahi. Saya bekerja jika ada yang berhalangan hadir. Jadi nggak tiap hari kerja. Namanya juga part time.


Sebenarnya sudah dua kali saya ditawari jadi pegawai tetap di sini hanya saja memikirkan anak saya nanti siapa yang ngurus, berhubung ibuku kerja, sih. Sebentar lagi ibuku juga akan pensiun, beliau bilang biar anakku sama Ibu saja. 


Saran beliau saya sebaiknya mencari kerja lagi dan ketika saya berpikir memang sebenarnya saya juga kangen kerja lagi di Lab, lalu ada tawaran kerjaan part time kembali di Lab tempat saya kerja dulu. 


Akhirnya saya ambil aja kesempatan ini. Jujur saja, faktor usia juga belum punya STR atau surat tanda registrasi alias surat izin bekerja, membuat saya agak kesulitan mencari kerja di tempat baru karena kedua hal tersebut.


Berhubung saya nggak bisa kalau hanya diam saja di rumah, selain menulis, saya juga berjualan baju anak dan dewasa. Semakin banyak kegiatan saya sekarang ini. Saya cukup enjoy terutama bisa bekerja di Laboratorium Klinik kembali. Saya jadi teringat gaji pertama dan hadiah yang saya berikan untuk ibu dari hasil kerja perdana saya di Lab 


Sebagai tenaga kesehatan, saya punya teman yang menuliskan tema kesehatan alias menjadi blogger kesehatan. Rekan saya ini seorang Blogger Semarang. Saya juga dulu pernah beberapa bulan tinggal di Ibu Kota Jawa Tengah ini. Semarang punya cerita, kota ini cukup punya kenangan spesial bagi saya.


Itulah cerita di balik laboratorium klinik, the journey of my life. Antara profesi dan panggilan hati. Menuliskan kisah sendiri,  melukiskan banyak memori di dalamnya. Nah, kalau Sahabat Catatan Leannie apa nih kisah yang paling berkesan di hidup kalian, sharing dong di kolom komentar!



Salam,






Sewindu Menikah denganmu, Happy 8th Anniversary

Sewindu pernikahan, via freepik


September ceria ... September ceria, milik Kita bersama. 7 September, sewindu menikah denganmu, happy 8th anniversary untuk kita. Sudah banyak pelajaran kehidupan selama 8 tahun pernikahan. 

Bukan waktu yang pendek untuk sebuah perjalanan selama berumah tangga, semoga masih dikasih umur dan kesempatan untuk terus bersama dan menemani tumbuh kembang anak hingga dewasa.

Pernah dengar kalau jodoh itu "jorok?" Bukan berarti jorok itu bisa ditemukan di tempat yang kotor, kumal atau nggak bersih, ya? Saya berpendapat kalau jorok di sini artinya berserakan, dalam artian bisa ditemukan di mana pun dan kapan pun. 

Saat berharap jodoh datang, malah nggak datang-datang. Eh, pas udah pasrah, nggak nungguin jodoh dia datang sendiri. Lagunya Afgan yang judulnya "Jodoh Pasti Bertemu" itu memang benar adanya. 

Buat yang belum ketemu jodohnya dan sedang dalam penantian, kadang ada rasa galau ketika jodoh belum tiba atau baper saat lihat pasangan yang 'uwu-uwu,' tenang aja dan nggak usah bersedih. Percaya aja deh kalau setiap manusia itu diciptakan berpasang-pasangan. 

Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat kebesaran Allah.’ (Adz-Zaariyat: 49)


Flash Back, Menemukanmu


Saya jadi teringat tepatnya 9 tahun saat pertama kali bertemu denganmu lagi. Jadi flashback di tahun 2014 saat Kita mengikat janji suci. Mengingat kembali moment sakral akad nikah yang terjadi tanggal delapan tahun silam. 

Siapa yang menyangka jodoh saya itu dekat sekali, rumahnya pun masih satu RT alias tetangga. Pertama kali bertemu kembali saat reunian zaman SMU atau awal-awal masuk kuliah, karena saya dan suami itu satu almamater saat SD. 

Dulu, kita sama-sama ikutan Paskibra di SD. Temen-temen saya, kakak kelas, bahkan kakak pembina Paskibra aja nggak nyangka kalau kita berjodoh. 

"Kalau tahu jodohnya deket, kenapa nggak nikah dari dulu aja?" Tanya salah satu tetanggaku.

Dulu ibuku bilang inginnya saya nikah dengan orang yang dekat saja, jangan sama yang jauh. Takut susah ketemu nanti katanya.

Eh, bener aja manjur banget ucapan ibuku, akhirnya saya nikah dengan orang yang rumahnya dekat. Tinggal jalan, nggak sampai lima menit juga udah sampe. Doa orang tua terutama ibu memang mustajab, ya. 

Jodoh itu memang misteri, pernah menargetkan menikah di usia 25 tapi setelah 27 tahun pun belum tahu kapan dan dengan siapa saya menikah.

Entah sudah berapa kali saya ditanya kapan nikah. Hanya saya senyumin saja, soalnya saya juga nggak tahu kapan nikah dan dengan siapa menikah. 

Akhirnya saya berserah dan pasrah saja. Saya menyibukkan diri dengan melanjutkan kuliah dari D3 ke D4 Analis Kesehatan atau sekarang dikenal dengan nama "Ahli Tenaga Laboratorium Medik," atau ATLM.

Teman-teman seumuran saya udah pada nikah duluan, mereka udah pada punya anak satu, dua bahkan tiga anak di usia saya saat itu. Ya sudahlah, saya nggak mau terlalu memikirkan hal itu. Lelah nantinya.

Siapa yang menyangka jodoh saya itu kakak kelas sewaktu SD dan rumahnya juga berdekatan. Cuman memang sejak lulus SD, saya nggak pernah ketemu lagi di SMP, SMU, atau kuliah. 

Zaman masih kerja juga paling ketemu saat lebaran Idulfitri atau Iduladha aja. Ketemunya pas salaman aja. Udah gitu aja, sejak SD juga nggak terlalu dekat paling hanya tahu namanya aja. Memang zaman SD saya juga jarang ngobrol sama dia.

Akhirnya kumenemukanmu ...
Saat hari ini mulai merapuh
Akhirnya kumenemukanmu
Saat raga ini ingin berlabuh  

Pas banget kalau denger lagu "Akhirnya Kumenemukanmu," yang dinyanyikan oleh Naff.  Siapa yang familiar lagu ini? Fix, Kita seangkatan.  Mendengar lagu ini, kok berasa saya banget gitu, loh. 

Akhirnya saya menemukan dia yang kini jadi jodoh saya. Dia yang sekarang jadi suami saya, pertama kali menghubungi lewat SMS. Dulu belum ada WA soalnya. Dia bilang mau datang untuk silaturahmi dan saya mempersilakan dia berkunjung ke rumah. 

Siapa sangka dia datang ke rumah dengan ibunya. Ibunya langsung bilang dong mau melamar saya. Dia bilang akan menikah tahun depan, karena butuh waktu baginya buat mempersiapkan pernikahan. 

Saya hampir nggak percaya sih, jodoh itu datangnya tiba-tiba. Takjub juga dengan jalan dipertemukan dengan jodoh. 

Jujur saja, saya memang agak risau tentang jodoh saat itu. Akhirnya nggak terlalu banyak berharap setelah pengalaman pahit menunggu seseorang dalam waktu lama dan berujung kecewa.

Memang benar kalau berjodoh itu jalannya dipermudah, ya. Nggak pakai galau lagi soal  penantian. Saya menerima lamarannya karena menurut saya dia itu baik dan datang di saat yang tepat. 

Yang terpenting, dia datang memberikan kepastian. Keluarga pun sama-sama saling merestui. Akhirnya saya dan dia menikah tanggal 7 September 2014, delapan tahun lalu.


Memetik hikmah dalam sewindu pernikahan 


Menuliskan kisah sendiri, flashback cerita saya dan suami setelah delapan tahun pernikahan. Sejujurnya saya merasakan naik turunnya hubungan kami. Sejak setelah menikah, lalu memiliki anak pasti banyak hal yang telah kami lalui bersama. 

Ada bahagia, sedih, tangis, tawa, kesal, jengkel, marah dan akhirnya kami bisa saling menerima satu sama lainnya. Menggenang anniversary kedelapan saya pun banyak bersyukur pada-Nya.

Alhamdulillah, Tuhan masih memberikan waktu dan kesempatan Kami bersama. Berlayar mengarungi samudra kehidupan. Kadang bertemu angin sepoi-sepoi, pernah juga bertemu angin kencang bahkan badai sekalipun.

Bersyukur apapun masalahnya, Kami bisa melewati semuanya bersama. Kebahagiaan yang dilihat orang lain saat ini, mereka belum tahu aja sudah banyak hal yang Kami lewati untuk sampai ke tahap sekarang ini.

Terima kasih Ya Rabb telah mengirimkan dia yang kini jadi suamiku. Keluarga kecil kami semakin lengkap dengan hadirnya buah hati tercinta. 

Satu hal pelajaran kehidupan yang saya ambil dalam berumah tangga adalah "Seni Mengalah." Mengalah bukan berarti kalah, tapi mengalah untuk saling menerima kekurangan pasangan. 

Mau dan bersedia memperbaiki diri tanpa harus menuntut pasangan seperti yang saya inginkan. Belajar untuk berkomunikasi secara positif dan saling memaklumi satu sama lain. Mau saling support dan mendoakan apa yang menjadi harapan masing-masing. 

Menuliskan kisah sendiri cukup melegakan karena menulis itu bisa jadi healing. Senang sekali saya menemukan passion saya di bidang menulis dan menjadi blogger

Seperti halnya teman lifestyle blogger Mba Syntako juga suka jalan-jalan seperti saya. Buat yang mencari rekomendasi tempat wisata dan liburan di Lembang bisa banget berkunjung ke Bandung.

Sewindu menikah denganmu, mengukir kisah Kita bersama. Bertemu dengan jodoh jadi satu cerita yang amazing buat saya. Nah, sharing juga dong, Sahabat Catatan Leannie tentang pengalaman paling berkesan di hidup kalian?


Ingin Punya Pertemanan yang Sehat, Kenali 7 Cirinya!

 

7 Ciri Pertemanan sehat
Ciri pertemanan sehat,
ilustrasi dari freepik.com dan canva.com


Sebelum menulis tentang ciri pertemanan sehat, saya pernah juga menuliskan tentang circle pertemanan yang kini semakin sempit. Sebelumnya saya pernah mengalami pengalaman buruk tentang masalah pertemanan. Jadi sejujurnya saya semakin selektif memilih teman. Bukan berarti saya nggak mau berteman dengan banyak orang, ya.


Sebelumnya, zaman saya masih sekolah rasanya nggak pernah menemukan drama pertemanan, deh. Zaman sekolah bahkan kuliah, alhamdulillah baik-baik temannya. Justru setelah bekerja atau menikah suka ketemu orang yang ternyata bisa baik di depan tapi belum tentu baik di belakang saya. Akhirnya ketahuan kok, siapa yang benar-benar layak dijadikan sahabat.



Pengalaman buruk tentang kepercayaan 


Ketika ada seseorang yang salah paham dengan ucapan saya, dia sampai menangis seolah-olah menjadi seorang korban yang tersakiti. Padahal setelah itu dia membicarakan keburukan tentang saya pada orang lain. Bukan hanya seorang, hampir ke semua orang yang dia temui.


Saya tahu masalah ini ketika Sahabat saya yang lain menceritakan tentang kelakuan orang tadi. Imbasnya lagi temen terdekat saya pun kena juga diomongin. Kadang saya berpikir kenapa, sih, dia seperti itu? Apa karena pengaruh inner child?


Agak susah ya, kalau orang udah punya prasangka buruk terhadap orang lain, yang terlihat hanya keburukan saja di matanya. Wah, ternyata saya membuat pilihan yang salah dengan menjadikan dia sebagai teman.


Sebenarnya saat seseorang membuka keburukan orang lain, dia sedang menampilkan citra dirinya. Saat Kita berkata atau berbuat baik, sebenarnya kebaikan itu untuk dirinya sendiri.


Jadi saya cukup mengelus dada aja ketemu orang yang dengan mudahnya menceritakan keburukan orang lain hampir pada tiap orang yang ditemuinya dan bersikap seperti dia korban yang tersakiti. Fix, orang tersebut sebaiknya dihindari saja. 


Pengalaman saya tentang kepercayaan membuat saya tidak mudah membuka diri, kecuali terhadap yang sudah saya anggap benar-benar bisa dipercaya.


Ada pepatah yang menyatakan bahwa pilihlah teman yang baik karena akan memberikan pengaruh yang baik pula. Seperti sebuah pepatah di bawah ini.


Bertemanlah dengan penjual minyak wangi. Dia mungkin akan memberimu minyak wangi, atau kau bisa membeli minyak wangi darinya. Jika tidak, kau pun tetap akan mendapatkan harum darinya. 



7 Ciri Pertemanan yang Sehat


Memang iya sih, mendapatkan seorang teman yang baik dan sefrekuensi itu nggak mudah. Makin ke sini makin ketahuan, siapa yang beneran tulus dan siapa yang modus. Bagaimana mengenali pertemanan yang sehat. Simak 7 cirinya di bawah ini!


1. Kamu bisa menjadi dirimu apa adanya

Satu poin pertemanan sehat adalah Kamu bisa menjadi dirimu apa adanya. Tanpa harus jaim saat bersama mereka. Teman yang baik bisa menerima semua kekuranganmu. Dia nggak bakalan nyinyirin  kamu. 


Aktivitas saya sebagai seorang penulis dan blogger terkadang membuat saya merasa nggak punya banyak waktu luang untuk pergi nongkrong bersama teman lainnya. Teman saya memang hanya berempat atau berlima yang sering barengan saat di lingkungan sekolah anak saya terdahulu. 


Mereka paham kok aktivitas saya. Kadang saya nggak bisa diajak ngobrol kalau lagi menyelesaikan deadline tulisan. Sering kali saya ngeblog via handphone, biar saya bisa menulis kapan pun saat saya punya waktu senggang, termasuk saat menunggu anak sekolah.


Profesi saya sebagai seorang blogger dan penulis buku membawa saya mengenal beberapa teman penulis di daerah lain contohnya saja Mba Aisyah Dian, seorang penulis Balikpapan. Mba Aisyah Dian juga senang traveling seperti saya, dia salah seorang Travel Blogger Balikpapan soalnya.


2. Teman baikmu menghargai batasan privasimu

Teman yang baikmu bisa menghargai batasan privasimu. Bukan seorang yang kepo banget ama masalah pribadimu. Mereka tahu kok ada saatnya kamu butuh privasi tersendiri.


Pertemanan pasca menikah memang tidak sama saat masih single. Seorang teman harus paham kalau silaturahmi atau mau pergi bersama teman yang sudah menikah harus tahu waktu.  Dia bisa mengerti bahwa setelah temannya berkeluarga, perlu menghargai privasimu. Setelah menikah, terkadang memang butuh waktu khusus untuk anak dan suami. 


3. Pertemanan bukanlah sebuah kompetisi

Poin ketiga adalah pertemanan bukan sebuah kompetisi yang mengharuskanmu untuk menang atau kalah. Saya sudah menghindari tipe orang yang seolah-olah ingin berkompetisi. Ia merasa dirinya, suaminya atau anaknya yang paling hebat. 


Bagi saya pertemanan bukan kompetisi. Nggak perlu nyinyirin orang lain karena pilihannya berbeda lantas mencari kekurangan atau kejelekan orang lain. Hindari juga membanggakan kemampuan anak sendiri dibandingkan anak orang lain.


Pasti semua orang tua sudah mengusahakan yang terbaik buat anaknya. Hanya saja sepatu orang lain kan berbeda, tidak perlu merasa lebih hebat dan memandang rendah orang lain. Kita perlu menghargai pilihan orang lain yang berbeda.


4. Bisa saling mendukung satu sama lain

Ciri pertemanan yang sehat adalah bisa saling mendukung pilihanmu. Bukan berarti membenarkan semua tindakanmu, dia juga bisa memberikan saran terbaik untuk dirimu.


5. Tidak perlu khawatir, teman bisa menjaga rahasiamu

Teman yang baik dan amanah nggak bakalan bocor, dia mampu menjaga kehormatanmu dan bisa menjaga rahasiamu. Tak perlu khawatir, rahasiamu aman bersamanya. Tenang saja mereka nggak akan menyebarluaskan keburukan atau masalahmu.


6. Kamu tidak merasa dihina atau direndahkan

Poin ini membuatmu merasa nyaman, karena teman sejati tidak memandang status. Tanpa harus melihat materi. Sahabat yang tulus bisa tidak merasa dihina atau direndahkan. Dia juga bisa berteman tanpa melihat status, jabatan, keturunan atau materi yang kamu punya. Teman yang baik nggak akan bikin insecure.


7. Kamu menikmati kebersamaan dengan temanmu

Salah satu ciri pertemanan sehat yang terakhir adalah rasa nyaman saat bersama mereka. Kamu bisa menikmati kebersamaan dengan temanmu. Rasanya selalu happy saat bersama mereka. 


Bersyukurlah Sahabat Catatan Leannie jika diberikan teman dengan ketujuh ciri diatas. Semoga bisa langgeng dan saling support satu sama lain ya. Rezeki itu tak hanya sebatas materi saja. Punya teman yang baik juga rezeki dari-Nya.


Ingin punya pertemanan yang sehat? Kenali 7 cirinya di atas ya. Saran saya jangan sampai keliru memilih teman, ya. Pilihlah Sahabat yang dengan keberadaan dirinya bisa membuatnya semakin dekat dengan-Nya dan membuatmu menjadi pribadi yang lebih baik. Bagaimana dengan Sahabat Catatan Leannie apakah pertemanan yang kalian miliki punya ketujuh ciri di atas? 



Salam,






Menjadi Blogger dan Memilih Catatan Leannie sebagai Nama Blog

 

Blogger, Catatan Leannie
 Catatan Leannie, 
via freepik dan canva


Saya memutuskan menjadi blogger dengan membuat personal blog di tahun 2017 dan mengubahnya menjadi Top Level Domain di tahun 2018. Ada alasan khusus mengapa saya memilih Catatan Leannie sebagai nama blog, soalnya ada history tersendiri bagi saya.


Menemukan passion menulis telah mengubah hidup saya menjadi lebih berarti. Saya yang dulunya fokus bekerja di laboratorium klinik sebagai Ahli Tenaga Laboratorium Medik , lalu melanjutkan kuliah dan sempat menjadi asisten dosen di salah satu stikes swasta di Bandung kemudian menikah. Akhirnya setelah punya anak, saya memutuskan full time di rumah saja.



Perjalanan menjadi Blogger


Perjalanan menjadi blogger,
via freepik.com/@rawpixel.com


Sebelum ngeblog, saya lebih dahulu jadi penulis artikel di beberapa media online di tahun 2017. Sebenarnya awal mula saya menulis karena saya senang menulis puisi dan ingin membuat sebuah novel. 


Saya sempat mengikuti berbagai lomba menulis puisi, alhamdulillah ada beberapa antologi puisi yang dibukukan. Buku antologi pertama saya juga berupa kumpulan puisi. Ada buku antologi cerita anak teenlit, dan antologi lainnya. 


Masih di tahun 2017, saya juga sempat ikut pelatihan menulis novel juga. Dulu ingetnya ada pelatihan menulis novel bareng sama novelis favorit saya, Asma Nadia.


Saya juga saat itu senang belajar hal baru, melihat seorang penulis yang hampir tiap hari share artikelnya, saya juga kepikiran pengen juga nulis artikel. Sempat waprian juga dengan dia, nanya bagaimana caranya nulis di media online


Saya memang belajar otodidak tentang bagaimana cara menulis artikel yang baik, akhirnya saya juga ikutan mengirim artikel ke media online dan senang banget ketika tulisan saya diterbitkan. Konsisten menulis artikel membuat saya pernah menjadi mentor kelas menulis artikel bersama salah satu komunitas nulis selama beberapa batch.


Saat menulis artikel ke media online, saya harus menunggu dan melewati proses approval dulu agar tulisan saya diterbitkan. Saya jadi mikir kenapa nggak saya nulis di blog ya? Kan, tulisannya bisa langsung publish, engga perlu nunggu juga buat diterbitkan. 


Saat itu saya masih blank  tentang cara bikin blog. Saya cari tahu sendiri dengan browsing. Akhirnya bikinlah blog sendiri secara otodidak. Meski  saya senang ikutan training menulis, saat itu saya nyobain bikin blog sendiri meski masih blog gratisan di blogspot.



Makna Nama Blog Catatan Leannie


Makna Catatan Leannie
Catatan Leannie,
Ilustrasi by Muyassaroh

Saat saya mau membuat blog, saya memikirkan apa nama alamat url blog  dan nama blog saya. Memilih nama itu penting untuk personal branding . Saya memilih nama lengkap saya sebagai alamat url blog dan Catatan Leannie sebagai nama blog saya. Akhirnya medsos Instagram dan Twitter pun saya bikin dengan nama yang sama.


Leannie sebenarnya nama pena saya saat menulis fiksi dulu. Sekarang udah fokus ngeblog aja, karena genre tulisan saya lebih ke non fiksi. Agak sulit untuk menulis fiksi dan nonfiksi bersamaan karena agak susah mengatur waktunya. 


Nama pena saya adalah Leannie Azalea. Diambil dari singkatan nama saya. Lia Yuliani, saya singkat jadi Leannie sebagai nama pena. Sedangkan Azalea diambil dari nama bunga. Jadi kalau nulis tentang fiksi, saya sering menuliskan nama Leannie Azalea sebagai nama pena.


Catatan Leannie, tadinya blog ini berisi catatan harian saya, berisi catatan hati alias curhatan saya awalnya. Saya juga sempat ingin bikin niche blog khusus travel, tetapi jadi lifestyle blog karena saya menulis banyak hal di blog ini. 


Akhirnya di tahun 2020, saya membuat blog kedua tentang food dan travel.  Saya juga kenal temen blogger yaitu Mba Ugiek Madyo, Lifestyle blogger Surabaya yang sering menulis tentang kuliner Surabaya. Pengen juga sih suatu hari nanti saya ngunjungin ibu kota Jawa Timur ini.


Ngeblog dan berkah menulis


Menulis di blog membawa berkah
Ngeblog dan berkah menulis,
via freepik.com/rawpixel.com


Berkomunitas dan punya relasi itu penting, karena saya juga bisa banyak belajar dari sana. Sebagai pemula, awal ngeblog sampai sekarang pun masih belajar buat menaikkan performa blog.  


Bagi saya yang masih mengusahakan konsisten menulis di tahun keempat ini, saya merasakan banyak berkah menulis. Alhamdulillah. Menulis tidak hanya sekadar sharing, menulis juga banyak manfaatnya bagi saya. 


Menulis bisa jadi terapi buat saya. Merilis emosi alias buang sampah emosi bisa lewat tulisan. Betapa leganya saat menuliskan hal yang belum bisa saya ungkapkan secara langsung. Curhat dengan orang lain juga kadang nggak bikin lega, yang ada malah nambah masalah. Apalagi kalau orangnya kurang amanah.


Meski begitu, saya juga membatasi mana hal yang bisa saya share atau cukup saya simpan sendiri tanpa saya tulis di blog karena saya juga punya privasi tersendiri. Saya yakin setiap orang pasti punya masalah sendiri. Namun, mungkin mereka pandai menyimpannya tanpa perlu diketahui orang lain. 


Berpenghasilan dari menulis adalah salah satu bonus bagi saya. Alhamdulillah bisa sedikit bantu suami dengan menjalani passion menulis.  Alhamdulillah merasakan berkah dari ngeblog. Sering dapat tawaran kerja sama dari beberapa komunitas blogger atau tawaran langsung via email serta DM Instagram. 


Pekerjaan yang membahagiakan adalah hobi yang dibayar. Bisa happy ketika ketemu temen blogger di acara offline. Saling support dan sudah seperti keluarga. Saya seringnya ketemuan dengan rekan Blogger Bandung. Alhamdulillah ketemu ama rekan Blogger yang baik. Rezeki juga buat saya dan ini juga salah satu berkah menulis di blog.


Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. (Pramoedya Ananta Toer)


Sebuah quote favorit saya dari penulis keren, Pramoedya Ananta Toer. Semoga saya bisa konsisten menulis, menjalani passion saya dengan terus menulis di blog. Entah apa jadinya saya tanpa kenal dunia blogging, mungkin saya bakal mudah bosan dengan rutinitas harian sebagai ibu rumah tangga.


Senang rasanya bisa sharing kembali di blog ini dengan menuliskan kisah saya. Meski awalnya niat saya menulis ingin menulis novel dan belum kesampaian sampai sekarang. Saya cukup bahagia dan merasakan berkah menulis dengan aktivitas saya sebagai blogger.


Itulah alasan saya memilih nama Catatan Leannie sebagai nama blog saya. Buat Sahabat yang sudah menemukan passionnya, semoga tetap semangat buat mengembangkan diri. Insyaallah, Kita semua bisa menampilkan versi terbaik diri sendiri. Tetap semangat, ya, Sahabat Catatan Leannie!



Salam,




Circle Pertemanan Berkurang setelah Dewasa, ini Penyebabnya!

Penyebab pertemanan berkurang
Penyebab circle pertemanan berkurang saat dewasa, via Pexels dan Canva

Pernah nggak merasa kalau semakin dewasa circle pertemanan berkurang? Apa ya penyebabnya? Ke mana para Bestie yang dulu sering jalan bareng, belanja bareng, temen curhat semasa sekolah, kuliah atau kerja? Jumlah teman yang masih terhubung hingga kini bisa dihitung dengan jari. 


Jumlahnya teman semakin berkurang seiiring usia bertambah, mungkin ada beberapa orang atau bahkan hanya satu atau dua orang saja yang masih rutin bertanya kabar atau bahkan ketemu langsung.


Saya jadi merasa kalau mencari sahabat yang satu frekuensi ini lumayan susah buat saya. Faktor lingkungan atau usia juga berpengaruh. Mungkin dulu zaman masih sekolah atau kuliah, Kita terbiasa ketemu bareng di kelas saat belajar, jadi sering ngobrol bareng bahkan jalan bareng. Sekarang nggak seperti dulu pastinya.

 


Penyebab Circle Pertemanan Berkurang saat Dewasa 


Simak, yuk, kira-kira apa saja yang menjadi penyebab circle pertemanan berkurang saat dewasa!


1. Menghindari toxic people

Toxic people, orang yang secara tidak sadar membuat orang lain tidak nyaman dengan ucapannya maupun tingkah lakunya. Semakin Kita dewasa, semakin bisa memilah mana yang cocok dijadikan teman atau Sahabat.


Ternyata pada kenyataannya, engga banyak orang yang bisa saling ngertiin, tanpa julid, bahkan ada yang menusuk dari belakang dengan menyebarkan aib atau kekurangan orang lain. Ya sudah. Bye !


Sebaiknya jangan mudah percaya orang yang baru kenal, apalagi menemukan orang yang sepertinya kepo  atau senang mengorek kehidupan pribadi orang lain. Saya pikir sebagai seorang perempuan, Kita bisa saling support. Nyatanya banyak ucapan yang bikin orang lain insecure


Merasa diri sendiri lebih baik kemudian memandang orang lain tidak lebih baik darinya juga termasuk type orang toxic. Membandingkan dirinya, anak, pekerjaan suami atau bahkan masalah anak sekolah di mana pun dibesar-besarkan pula.


Mau disekolahkan di sekolah swasta favorit sekalipun, perlu dibimbing lagi oleh orang tua di rumah. Masalah anak les atau nggak pun dibahas terus, duh padahal ya, apa sih yang perlu dibanggakan dengan memandang remeh orang lain?


Jika orang tuanya mampu menyekolahkan di sekolah swasta atau sekolah islam terpadu, ya silakan saja. Itu kan hak orang tua. Mau sekolah di negeri pun, pasti orang tua punya pertimbangan tersendiri.

 

Mungkin faktor zonasi biar dekat dengan lokasi sekolah selain pertimbangan biaya, karena tak semua orang mampu secara materi menyekolahkan anaknya di sekolah swasta. Kondisi tiap orang kan berbeda, tidak bisa menyamakan sepatu yang dipakai dengan sepatu orang lain.


Banyak hal yang seharusnya tidak perlu diperdebatkan seperti memperdebatkan full time mom vs working mom, anak disusui asi ekslusif atau diberi tambahan susu formula, memberi makan MPasi alami dengan Mpasi instan, anak melahirkan normal atau caesar. Duh, berat, ya jadi perempuan dikit-dikit dibanding-bandingkan. Itulah kenapa perempuan rentan kena stress bahkan depresi.


Menjauhi toxic people adalah salah satu penyebab jumlah teman semakin berkurang, karena kita bisa menyaring siapa saja yang satu frekuensi, tanpa julid, dan tanpa merasa superior dengan membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain.


2. Faktor menikah

Menikah, tentu saja membuat hubungan pertemanan tidak intens seperti dulu. Nggak bisa bebas jalan-jalan, ngobrol engga kenal waktu. No ... Nggak bisa, setelah menikah punya kewajiban sendiri. 


Setelah menikah, ada anak atau pasangan yang perlu diperhatikan makannya, diurus keperluannya, perlu dibimbing juga belajar di sekolahnya atau ngajinya udah sampai mana. 


Mau nggak mau, menikah memang tidak sebebas dulu waktu masih single, dan kalau pun bertamu ke teman yang udah menikah juga harus tahu batasan. Jangan kebablasan dan harus ingat waktu.


3. Terpisahkan jarak

Bestie yang dulu dekat ke mana ya? Oh, ternyata dia pindah setelah menikah, ikut dengan suaminya atau bekerja di luar kota. Otomatis nggak bisa seperti dulu lagi karena jarak memisahkan. 


Meski bisa terhubung via media sosial tapi kenyataannya tidak sama saat tinggal di daerah yang sama. Kadang yang tinggal satu kota saja agak susah diajak ketemuan, apalagi yang terpisahkan jarak atau tinggal di luar kota.


4. Sudah tidak satu pemikiran lagi

Waktu membuat orang lain berubah, ada teman yang dulunya dekat tetapi setelah sekali dua kali ngobrol, loh kok engga nyaman ya. Rasanya sudah berubah, sudah tidak satu pemikiran lagi. 


Sesekali ngobrol, teman saya mengucapkan selamat karena saya udah bikin buku antologi terbaru. Alhamdulillah dapat respon positif, tapi saat dia bilang minta buku saya untuk dikirimkan gratis, saya jadi mikir lagi.


Ini temen support secara tulus engga sih, bukannya mengapresiasi dengan membeli buku tapi malah minta gratis buku plus ongkir pula. Jangan, ya, Sahabat Catatan Leannie. Jangan minta barang jualan secara gratis karena merasa berteman.


Menulis itu engga mudah, loh. Perlu meluangkan waktu, berpikir, mencari ide, eksekusinya juga kadang mencari celah waktu di sela kesibukan atau aktivitas sehari-hari. 


Jika memang menghargai teman, ya belilah dagangannya. Jika tidak berminat lebih baik tidak perlu beli. Nggak perlu juga nyinyir, bilang mahal atau apalah yang bisa menyinggung temanmu. 


Siapa tahu memang dia lagi usaha buat memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Attitude is numero uno. Utamakan adab ya, meski dengan teman atau sahabat dekat sekali pun.


5. Sahabatmu sekarang adalah yang bener-bener mengerti dirimu

Akhirnya yang tersisa dari circle pertemananmu saat dewasa adalah sosok yang paling mengerti dirimu. Waktu akan menunjukkan siapa saja yang bisa terus bertahan di sisimu sebagai sahabat sejati atau bahasa kerennya, Bestiemu


Setelah saling mengenal beberapa waktu, Kamu bisa menemukan siapa saja yang layak jadi tempat curhatmu. Bercerita dengannya bikin hatimu lega. Lega tanpa merasa dijudge macam-macam. 


Dia yang dengan setia mendengar ceritamu. Tanpa penghakiman tapi bisa memberi saran terbaik bagaimana harus bersikap. Ya, saya rasa memang hanya menemukan beberapa orang saja yang bisa menjadi sahabat sejati. 


Ada teman yang masih dekat sejak zaman SMU, kuliah dan ada juga yang jadi deket saat nganter anak alias jadi macan ternak waktu di TK.  Bahkan ada Bestie yang kini jadi ipar, dari zaman SMU, kuliah, PKL barengan. Sekarang tetap dekat karena ternyata adik-adik Kita berjodoh dan menjadi pasangan suami istri, pasangan sejiwa. Senangnya. 


Teman-teman Blogger juga bisa dikatakan satu frekuensi karena punya ketertarikan yang sama, yaitu menulis dan alhamdulillah dipertemukan dengan Blogger yang baik dan bisa saling support satu sama lain. Sahabat sejati itu ada, meski jumlahnya sedikit dan bisa dihitung dengan jari.


Sahabat adalah teman terbaikmu yang tidak hanya ada saat Kamu ada di titik tertinggi hidupmu. Dia bahkan mendampingi saat Kamu berasa di titik terendah sekalipun. Ya, dia adalah Sahabat sejatimu. Pertahankan dan bersyukurlah, Tuhan kirimkan mereka yang berhati baik menjadi Sahabatmu.


Tak perlu bersedih karena kini circle pertemananmu berkurang saat dewasa. Setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Bertemu orang yang pernah menyakiti hatimu, tak perlu terlalu dikenang rasa sakitnya. Jangan sampai menjadi orang yang sama seperti dia. Itu lesson learningnya.


Begitulah seni menjalani kehidupan. Saya salut kadang sama yang punya bakat seni, seperti seni gambar, apalagi bisa bikin doodle , rasanya keren aja. Pengen deh belajar bikin doodle juga. 


Sekarang udah paham, dong, ya apa penyebab circle pertemanan berkurang saat dewasa. Gimana nih dengan Sahabat Catatan Leannie, apakah merasakan hal yang sama dengan saya? Sharing juga dong menurut kalian, apalagi nih alasan lingkar pertemanan mengecil seiiring bertambahnya usia? 



Salam,




Moment Terindah saat Hari Kelahiran, Mengharukan dan Melangitkan Harapan

Birthday cake from my husband
Birhday Cake, via dokumentasi pribadi

Semalam suamiku membangunkan tepat di jam Cinderella, kirain ada apa. Ternyata dia udah menghias ruangan sebelah kamar sama dekorasi birthday party. It's a special gift for me. So sweet banget, deh.

Bersyukur mendapatkan kado dan moment terindah dari seorang suami untuk istrinya. Mengharukan sekaligus membuat saya melangitkan berbagai harapan saat ini.

Semenjak menikah, selalu saja ada hal yang jadi kejutan saat saya millad. Pernah suami seharian enggak nyapa, kirain lagi marah sama istrinya, tahunya ngajak ke pizza hut dan kasih surprise, pernah juga malam kebangun sama lagu selamat ulang tahun terus tahunya ada sepasang sepatu cantik buat saya. Terharu deh jadinya.

Kali ini suami buat birthday cake made, padahal kemarin sibuk sama 7 lusin orderan donat. Masyaallah ...

Saya sendiri hari ini lupa kalau sekarang tanggal 19 April alias hari kelahiran saya, karena beberapa hari ini disibukkan sama orderan donat #jajananpapimartin, sebuah bisnis kuliner terbaru yang dibuat langsung sama suamiku.

Saya support doa dan ikut bantuin dikit-dikit aja, soalnya jujur aja bikin donat pun baru pertama kali, tipe perempuan yang kurang bisa masak, apalagi bikin kue.

Dulu  pas zaman masih gadis, suka, sih, bantu mama bagian nyetak kue aja. Padahal kue buatan mama pada enak, saya enggak tahu resepnya, tiap tahun tahunya makan aja.

Jadi kata suamiku, kue ultahnya memang dibikin sendiri sama dia. Pantesan aja siang tadi dia pergi agak lama, selain bikin pesanan donat, dia juga nyiapin ini buat saya.

Saya aja belum pernah bikin birthday cake, dia bilang ini perdana bikin kue dan hasilnya bagus, suka deh. Rasanya juga enak. Creamnya berasa banget, seger sama potongan buah kiwi, jeruk, dan anggur.

Memang suami dulu lama kerja di Cafe, pernah pas awal-awal kerja bikin garnish kue, jadi tahu aja cara menghias kue jadi cantik.

Sebenarnya bukan cuman kue aja yang dihias, dekorasi rumah pun dia yang ngerjain. Dia bilang pas kerja di Cafe suka ngedekor ruangan buat  wedding dan birthday party. Suamiku dulu pernah punya  team WO sendiri, sih memang.

Jadi kalau soal masak yang enak atau bikin kue, jujur aja saya kalah jauh dari suami. Masak buat keluarga sih saya lakukan tiap hari, cuman seringnya menu yang simpel dan mudah aja.

Saya enggak pernah rayain millad atau hari kelahiran sebelumnya, hanya reminder atau perenungan juga moment perbaikan diri.

Masih banyak hal yang ingin saya perbaiki, terutama dalam pengasuhan anak, pengennya bisa lebih baik lagi sebagai seorang ibu dan istri.

Dulu saya juga pernah berjualan online dengan jualan daster dan batik, pernah juga jadi leader suatu kosmetik, tapi enggak bertahan lama karena ternyata passion saya di bidang menulis.

Sebelum kenal dunia blogger  yang saya garap serius selama setahun ini, dulunya saya senang menulis artikel dan mengirimkan ke berbagai media online. Dari Idn Times, Kompasiana, Estrilook juga Takaitu.  Menulis adalah salah satu pilihan yang membuat saya memaknai hidup lebih baik dari sebelumnya.


Baca juga : Ketika harus memilih, Inilah 10 Pilihan yang mengubah hidupku


Rasanya senang bisa berbagi lewat tulisan dan dibaca banyak orang saat artikel saya publish di media. Berharap bisa menebarkan manfaat lewat jalan yang saya sukai, yaitu menulis.

Suami memang pernah mencoba berbagai bisnis juga selama Kami menikah. Pernah coba bisnis travel dan sewa kendaraan roda empat juga. Hanya saja bisnis ini enggak bertahan lama.

Berbekal rasa sukanya mengolah nakanan dan melihat peluang di dunia kuliner, suami pun merintis bisnis #jajananpapimartin dengan berbagai produk kuliner.


Donat aneka rasa
Aneka donat mix, rasa coklat, kacang dan strawberry,
via dokumentasi pribadi


Donat special request
Donat special request, cantik dan penuh warna,
via dokumentasi pribadi

Ada donat aneka rasa, baso aci, birthday cake, aneka kue lebaran, seperti kue keju, putri salju, juga lidah kucing, puding srikaya, dan minuman segar seperti Thai Tea juga lainnya. Semua sudah tersedia di Gofood, Jajanan Papi Martin, sudah open order untuk wilayah Bandung dan sekitarnya.

Tertarik juga dengan beberapa couplepreuner yang sama-sama berbisnis dan bisa sukses barengan.  Begitu pula sama kami, suami yang membuat produknya, saya membantu promosi secara online. Harapannya bisa bersinergi, tak hanya di kehidupan rumah tangga, tetapi  juga dalam berbisnis.

Semoga dengan merintis bisnis kuliner di #jajananpapimartin ini bisa menjadi berkah buat keluarga Kami dan harapan mengunjungi tanah suci semakin dekat. Aamiin ...



Salam,






Tentang Kamu, Lirik Lagu Bunga Citra Lestari dan Jodoh pilihan-Nya (The Story of My Life)

Tentang Kamu, Lirik lagi BCL and The Story of My Life
Pic by Pinterest, edit by Snapseed

Mendengar berita duka beberapa hari yang lalu tentang kematian Ashraf Sinclair, banyak sekali dukungan terhadap Bunga Citra Lestari dan putra mereka Noah Sinclair. Ternyata kematian itu tak mengenal usia, jika waktunya tiba tak ada siapa pun yang  mempu menolaknya.

Sebuah lagu berjudul Tentang Kamu yang dinyanyikan Bunga Citra Lestari menjadi salah satu lagu favorit saya. Saya doakan BCL diberi kekuatan dan keiikhlasan menerima ketentuan-Nya. Inilah lirik lagu Tentang Kamu yang dipopulerkan Bunga Citra Lestari.

Lirik Lagu Tentang Kamu (BCL)

Ku tak bisa menebak
Ku tak bisa membaca
Tentang kamu
Tentang kamu

Kau buat kubertanya
S'lalu dalam hatiku
Tentang kamu
Tentang kamu

Bagaimana
Bila akhirnya kucinta kau
Dari kekuranganmu
Hingga lebihmu

Bagaimana
Bila semua benar terjadi
Mungkin inilah
Yang terindah

Begitu banyak bintang
Seperti pertanyaanku
Tentang kamu
Tentang kamu

Bagaimana
Bila akhirnya kucinta kau
Dari kekuranganmu
Hingga lebihmu

Bagaimana
Bila semua benar terjadi
Mungkin inilah
Yang terindah

***

Lirik Lagu Tentang Kamu yang dinyanyikan BCL adalah salah satu favorit saya, suara lembut Bunga Citra Lestari adalah salah satu hal yang membuat lagu tersebut begitu menyentuh hati saya.

Saya jadi terkenang dan ingin menuliskan "Tentang Kamu" versi saya tentunya. Lika-liku perjalanan menemukan dia, yang kini menjadi pendamping hidup saya.

***

Tentang kamu, jodoh pilihan-Nya... 
(The story of my life)


Waktu terus bergulir, hari demi hari terlewati hingga tak terasa usiaku hampir menginjak kepala tiga. Dua tahun kedepan usiaku genap kepala tiga. 

Rasanya sudah teramat sering pertanyaan dilayangkan padaku mengenai kapan menikah dan siapa yang menjadi calonnya. Aku tak bisa menjawab dengan pasti hanya senyum dan entah sudah berapa kali jawabanku hanya sebatas kalimat  meminta doa  setiap kali pertanyaan itu dilayangkan padaku.

Bukannya tidak ada kesempatan untuk aku menuju ke pelaminan hanya saja mungkin belum saja berjodoh dengan yang telah lalu. Sempat hati ini condong pada seseorang yang sepertinya akan berjodoh denganku. Orang tua kami berdua sudah memberikan persetujuannya, namun aku sendiri menyangsikan niat juga keseriusannya.

Dia hanya datang dan pergi begitu saja. Penantianku selama lebih dari 6 tahun lamanya terjawab sudah ketika dia sudah bertunangan dengan yang lain. Orang tuaku juga tak menyangka akan seperti ini akhirnya. Namun aku harus melanjutkan hidup, mengikhlaskan semuanya karena aku yakin takdir-Nya lebih baik dari yang aku harapkan.

Selang beberapa lama setelah wisuda keduaku, dari gelar ahli madya menjadi sarjana. Aku mendapatkan pekerjaan baru karena saat aku melanjutkan kuliah aku memilih fokus di kuliah saja, karena banyak rekan yang lain bekerja sambil melanjutkan kuliah.

Aku diterima bekerja sebagai asisten dosen di salah satu Stikes di Bandung. Alhamdulillah amanah baru lagi untukku. Aku tak ingin melihat lagi ke belakang karena aku sudah belajar menerima dan mengikhlaskan semua yang terjadi di hidupku ini.

Tak pernah kuduga dan kusangka, saat aku kembali pulang mengajar di Stikes ibuku mengatakan bahwa seseorang tengah melamarku. Tepatnya ibu dari salah seorang tetanggaku melamar diriku. Kaget sekali aku mendapatkan kabar ini.

Dia yang dulunya kakak kelasku ketika SD dan rumahnya hanya berselang beberapa rumah dari rumahku datang untuk memintaku menjadi pendamping hidupnya. Mungkin inilah jawaban semua pertanyaanku selama ini tentang siapa jodohku. Dia datang disaat yang tak diduga.  

Kadang aku tak habis pikir bagaimana Allah SWT menjalankan skenario-Nya dalam hidupku ini. Alhamdulillah penantianku selama ini telah terjawab.

Ternyata dia itu kamu yang rumahnya dekat denganku, yang saat masih SD gak pernah bertegur sapa, waktu SMP, kuliah bahkan saat sudah bekerja tak pernah bertemu, ya, kalau ketemu juga pas hari raya seusai salat ied.  

Jodoh kadang tidak diduga kapan dan di mana datangnya. Ada istilah kalau jodoh pasti bertamu (eh, bertemu ...) seperti kata Afgan.

Ternyata benar ya ungkapan yang menyatakan jodoh itu dekat.  Sedekat tetangga sendiri, hanya terpisahkan beberapa rumah dan masih satu Rukun Tetangga. Dialah jodoh pilihan-Nya, dipilihkan melalui skenario yang tak terduga.

Benar adanya bahwa ada ungkapan "Tidak ada pernikahan cinderella," tidak mungkin kehidupan pernikahan terus bahagia untuk selamanya, karena semua itu hanyalah ada di dunia dongeng bukan dunia nyata.

Awal pernikahan yang indah dan bulan madu yang manis pun hanya tinggal kenangan. Hari demi hari, bulan demi bulan bahkan tahun berganti tahun pun telah dilewati bersama.

Rasa yang ada dulu menggebu, mungkin bisa saja terkikis seiring berjalannya sang waktu. Jika bukan memegang teguh komitmen, telah banyak yang mengalami kegagalan dalam pernikahan dengan dalih adanya ketidakcocokan. 

Manusia terkadang punya banyak harapan juga keinginan namun semua itu terbentur dengan suatu realita. Begitu juga dengan kehidupan. Terkadang apa yang kita harapkan belum tentu jadi kenyataan.

Ada kalanya setelah menikah banyak sekali hal-hal yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan terhadap pasangan, mungkin begitu pula dengan diri pasangan terhadap kita.

Perbedaan yang ada bisa menjadi boomerang saat salah
satu pasangan memendam semua perasaannya tanpa mampu berkomunikasi dengan baik. Pasangan perlu tahu bagaimana cara mengatasi konflik dalam sebuah hubungan.

Baca juga: Cara Mengatasi Konflik dengan Pasangan


Namun, semua itu bisa diatasi jika kedua belah pihak mampu membuka telinga juga mata hati untuk bisa sama-sama mencari solusi untuk kebaikan bersama.

Seiring perjalanan dalam pernikahan, saat kita melangkah dan dirasakan ada kerikil tajam menghalangi perjalanan, bukannya alas kaki yang diganti tapi kerikilnya yang perlu dibuang.

Tak perlu berpikir mencari pengganti pasangan baru yang dirasa bisa lebih baik, namun mencari solusi atas permasalahan yang mendera.

Saat dihadapkan dengan kenyataan, harapan yang dulu dibayangkan sebelum menikah sirnalah sudah. Berharap pasangan mampu berubah menjadi lebih baik tak jua menjadi kenyataan.

Hiduplah suami istri bak orang asing yang tinggal dalam satu atap bersama.

Dimanakah keharmonisan itu?

Pertanyaannya yang mengganjal dikalbu namun tak jua didapat jawabannya.

Hidup berumah tangga itu adalah tentang prasangka baik dan positif, penerimaan, ketulusan juga keluasan maaf diantara kedua pasangan.

Ingatlah saat menikah, ada ikatan suci dihadapan-Nya. Ingatlah saat menikah banyak orang yang kita undang untuk mendoakan kehidupan pernikahan kita. Komitmen itulah yang seharusnya dijaga.

Disatu sisi, saat memutuskan untuk mundur berarti kita menyerah, jangan sampai mengabaikan doa orang-orang yang mendoakan kita sewaktu menikah dulu. 

Saat memilih ingin mencari pasangan lain selain pasangan yang sah, ingatlah diluaran sana banyak yang masih single berdoa terus menerus meminta diberikan pasangan hidup. Hargai dan bersyukurlah engkau telah diberikan pasangan hidup. 

Untuk yang telah memiliki buah hati, ingatlah mereka membutuhkan ayah juga ibunya. Selama masih punya Allah SWT, mintalah pada-Nya agar membukakan dan melembutkan hati pasanganmu sehingga marriage goals, yaitu sakinah, mawaddah juga rahmah dapat direalisasikan.

Meski dalam berumah tangga, harapan vs kenyataan terkadang tidak sejalan, ingatlah bahwa hidup itu adalah tentang penerimaan, takdir, juga tentang kuasa-Nya mempersatukan dua insan dalam mahligai pernikahan.

Menikahlah dengan seseorang yang bersedia melakukan perubahan untuk menjadi lebih baik.

Menikah itu berproses dan proses penyesuaiannya butuh waktu dan pembelajaran. Saling mengenal untuk bisa saling memahami dan melengkapi satu sama lainnya.

Bahagiakanlah pasanganmu sebelum engkau menyesal karena hidup tak selamanya. Saat ia tiada, takkan berguna semua kata dan rasa yang kau miliki untuknya. (Catatan Leannie)


Salam,