Showing posts with label Health. Show all posts
Showing posts with label Health. Show all posts

Hindari Stigma Negatif, Begini Penanganan Kusta saat Pandemi

 

Hindari Stigma Negatif Kusta
Penyakit Kusta, via halodoc.com


Indonesia masih belum bebas kusta, bahkan menjadi negara dengan total kasus kusta terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan India. Penderita kusta banyak mendapatkan stigma negatif dari masyarakat, padahal ada berbagai cara untuk mencegah dan mengobati kusta, terlebih saat pandemi seperti sekarang ini.


Meski sudah ada target Indonesia bebas kusta tahun 2020, namun kenyataanya ada delapan provinsi endemis kusta, diantaranya Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Penyebabnya daerah tersebut sulit dijangkau dan masih tertinggal sehingga kesulitan untuk mengakses informasi. 


Selain itu, kusta juga menyerang masyarakat yang tidak mampu dan asupan gizi yang kurang sehingga daya tahan tubuhnya melemah dan mudah terjangkit kusta. Target untuk memberantas kusta di tahun 2020 mendapat tantangan karena pandemi, namun bukan berhenti begitu saja.



Mengenal Kusta


Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Kusta dapat menyerang kulit,  selaput lendir pada saluran pernapasan atas, sistem saraf perifer, serta mata. Kusta dapat menyebabkan luka pada kulit, kerusakan saraf, melemahnya otot, dan mati rasa.


Kusta atau lepra ditandai dengan rasa lemah atau mati rasa di tungkai dan kaki, lalu diikuti munculnya lesi pada kulit. Kusta atau lepra disebabkan oleh infeksi bakteri yang dapat menyebar lewat percikan ludah atau dahak yang keluar saat batuk atau bersin.


Seseorang dapat tertular kusta jika kontak dengan penderita dalam waktu yang lama. Seseorang tidak akan tertular oleh penyakit kusta karena bersalaman, duduk bersama, atau hubungan seksual. Kusta juga tidak ditularkan dari ibu ke janin yang dikandungnya.


Bakteri ini membutuhkan waktu 6 bulan hingga 40 tahun untuk berkembang di dalam tubuh. Tanda dan gejala kusta bisa saja muncul 1 hingga 20 tahun setelah adanya infeksi bakteri pada tubuh penderita.


Bakteri ini dapat tumbuh pesat pada bagian tubuh yang bersuhu lebih dingin seperti tangan, wajah, kaki, dan lutut. Apabila terlambat diobati bisa menyebabkan cacat tubuh atau disabilitas, seperti jari membengkok, luka, atau bahkan putus, mata tidak menutup dan kaki melemah.



Faktor Risiko Penyakit Kusta


Ada beberapa faktor  risiko yang mengakibatkan seseorang terkena penyakit Kusta, di antaranya:

1. Melakukan kontak fisik dengan hewan penyebar bakteri kusta tanpa memakai sarung tangan

2. Tinggal di daerah endemik kusta

3. Mempunyai kelainan genetik yang berakibat terhadap sistem kekebalan tubuh



Stigma Negatif atau Mitos tentang Kusta


Penyakit Kusta masih ditakuti masyarakat karena dianggap menular dan sulit disembuhkan. Bahkan, orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) terisolir dari dunia luar, padahal penyakit ini bisa dicegah dan diobati jika dilakukan penanganan yang benar.


Ada beberapa stigma negatif atau mitos tentang kusta yang masih dipercayai masyarakat, meski hal tersebut hanya tidak benar. Stigma negatif atau mitos kusta tersebut diantaranya :


1. Kusta adalah sebuah kutukan


Penyakit kusta bukanlah kutukan, karena penyebabnya adalah infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Infeksi bakteri ini ke dalam tubuh melalui permukaan kulit atau lendir saluran pernapasan.


2. Kusta membuat jari kaki dan tangan menghilang


Orang dengan penyakit kusta, biasanya jari tangan dan kaki mereka tidak normal. Hal itu disebabkan infeksi bakteri di bagian jari tangan maupun kaki yang menyebabkan jari tangan maupun kaki menjadi kaku dan akhirnya mati rasa.


3. Kusta mudah menular dan mewabah


Kusta memang bisa menular, tapi penularannya tidak mudah. Jika saat ini seseorang kontak dengan orang yang punya penyakit kusta, 2 sampai 3 tahun bahkan 10 tahun lagi kemungkinan muncul penyakit ini, namun dengan daya tahan tubuh yang kuat, mampu terhindar dari penyakit ini.


4. Kusta tak akan bisa disembuhkan


Kusta bisa disembuhkan meski dalam waktu yang lama dan pengobatan teratur. Biasanya penderita kusta akan mendapatkan antibiotik khusus untuk mematikan bakteri sekitar 6-24 bulan.


5. Penderita kusta harus dikucilkan masyarakat


Dengan berjabat tangan atau melakukan kontak fisik lainnya dengan pemderita kusta, tak akan langsung terkena kusta. Terlebih  jika penderita kusta itu sudah melakukan pengobatan, maka penyakitnya sudah tidak menular.


Orang dengan penyakit kusta  membutuhkan dukungan dari orang-orang sekitarnya saat menjalani pengobatan, bukan untuk dikucilkan 


6. Kusta hanya bisa menyerang lansia


Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, meskipun usianya masih muda.  Namun, memang bakteri penyebab kusta memiliki masa inkubasi yang lama, sehingga baru akan menimbulkan penyakit setelah sekian lama. Jadi, kebanyakan baru terdeteksi ketika sudah memasuki usia yang tidak muda.



Ketahui Pencegahan Penyakit Kusta


Lebih baik mencegah daripada mengobati, bukan? Upaya pencegahan diharapkan bisa menekan penambahan jumlah penderita kusta di Indonesia. Sampai sekarang belum ada vaksin untuk pencegahan kusta. 


Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat merupakan cara terbaik untuk mencegah komplikasi dan penularan penyakit meluas. Selain itu, hindari juga kontak dengan hewan pembawa bakteri kusta sebagai upaya untuk mencegah kusta.


Pandemi belum juga usai, tetap jalankan prokes seperti memakai masker, jaga jarak, mencuci tangan dengan air mengalir, sabun atau antiseptik pun ikut menurunkan risiko terkena berbagai penyakit, termasuk kusta.


Masyarakat perlu berperan serta untuk menanggungi kusta. Adanya gerakan terpadu dari pemerintah bertujuan untuk memberi pemahaman tentang penyakit kusta pada masyarakat, terutama di daerah endemik.


Hal ini menjadi langkah penting untuk mendorong para penderita agar memeriksakan diri dan mendapatkan pengobatan. 


Pemberian informasi ini juga diharapkan dapat membuat masyarakat menjadi lebih paham dan berhenti memberi stigma negatif tentang kusta dan diskriminasi terhadap penderita kusta.


Pada tanggal 31 Mei 2021, saya mengikuti Youtube Live di Ruang Publik KBR yang berkolaborasi dengan NLRI tentang "Geliat Pemberantasan Kusta dan Pembangunan Inklusif Disabilitas di Tengah Pandemi."


Talkshow tentang Kusta
Talkshow tentang Kusta,
via dokumentasi pribadi


Tantangan dalam pemberantasan Kusta saat pandemi


Talkshow "Geliat Pemberantasan Kusta dan Pembangunan Inklusif Disabilitas di Tengah Pandemi" ini dibawakan oleh Host Ines Nirmala dan dua orang narsum yaitu Bapak Komarudin, S.Sos,M.Kes dari Wakil Supervisor Kusta Kan Bone dan Bapak DR Rohman Budijanto, SH,MH. dari Direktur Eksekutif The Jawa Post Pro Otonomi JPIP Lembaga  Nirlaba Jawa Pos yang bergerak di bidang otonomi daerah.


Geliat Pemberantasan Kusta
Geliat Pemberantasan Kusta,
 Ruang Publik KBR


Target Indonesia bebas kusta tahun 2020 yang lalu, menjadi tantangan karena ada pandemi Covid-19. Namun, upaya pemberantasan kusta yang mengalami hambatan terkait pandemi ini bukan berarti terhenti.


Ada beberapa program pemerintah yang menjadi target belum terlaksana karena saat pandemi ada larangan untuk pengumpulan masa, meskipun itu untuk penanggulangan penyakit kusta.


Menurut Bapak Komarudin, berdasarkan temuan kasus kusta di Bone pada tahun 2020, jika dibandingkan dengan tahun 2019 terjadi penurunan dari 195 kasus menjadi 140. Terjadi penurunan sebanyak 55 orang atau 28%.


Penurunan karena pandemi ini salah satunya disebabkan pihak dinkes tidak bisa mengadakan kunjungan langsung ke masyarakat karena pandemi. Kemungkinan penemuan kasus pun berkurang.


Upaya deteksi dini penyakit kusta di masyarakat ini mengalami hambatan karena tenaga kesehatan tidak diperbolehkan bertemu masyarakat, terutama di awal pandemi. Namun, program pemberantasan kusta ini harus tetap dilanjutkan dan tak boleh terhenti agar penyebaran penyakit tidak meluas. 


Namun, kini para kader atau bidan desa melakukan pendataan langsung ke masyarat dengan memakai APD dan memperhatikan protokol kesehatan. Selanjutnya ditindaklanjuti pihak puskesmas dengan melakukan pemeriksaan pada pasien di rumah, Balai desa atau di Puskesmas.


Prevelensi kusta di tahun ini selama masa pandemi mengalami penurunan menjadi 1.7 % per 10.000 penduduk. Padahal, sebelum pandemi prevelensi kusta ini tidak pernah lebih dari 2 %. 


Sepanjang sejarah di Kab Bone selama 20 tahun terakhir prevelensi kusta sebesar 2.5 % per 10.000 penduduk. Kemungkinan penemuan kasus berkurang karena pandemi.


Penularan, deteksi awal, dan penanganan penyakit Kusta


Penularan kusta ini mirip Covid-19, yaitu lewat air liur, sputum atau dahak, droplet, tetapi perbedaannya efek Covid-19 dapat menyerang organ dalam sedangkan kusta kondisi fisiknya lebih terlihat sehingga mudah diidentifikasi.


Program kerja Pemerintah Bone untuk pemberantasan kusta ini bekerja sama dengan pihak puskesmas, diantaranya :

1. Pemberian obat kusta Kemoprofilaksis

2. Pemeriksaan penderita kusta secara berkelanjutan

3. Survei atau pemeriksaan anak di sekolah

4. Kampanye tentang eliminasi kusta yang melibatkan kader juga bidan desa.


Deteksi awal gejala kusta biasanya sulit untuk ditemukan, namun saat adanya kelainan kulit, dilakukan pemeriksaan untuk memastikan diagnosis kusta. 


Tidak ada kebiasaan yang bisa menyebabkan kusta tetapi penularan kusta terjadi karena adanya penderita kusta yang tidak atau terlambat berobat yang berpotensi menularkan pada keluarga maupun tetangga. 


Berdasarkan survei, dari 100 orang ternyata 95 % tidak mudah terkena kusta, sedangkan yang 5%, terjangkit kusta. 


Penularan dari penderita kusta tergantung kekebalan tubuh juga. Meski kusta ini penyakit menular, tetapi penderita kusta pun perlu mendapat perhatian dan dukungan. 


Penyakit kusta bisa menyebabkan kecacatan, tetapi hal ini bisa bisa dicegah jika penderita kusta selalu memeriksakan tangan, mata, dan kaki. 


Penderita perlu mengecek apakah ada luka pada tangan, cek juga apakah matanya berkabut atau kaki mengalami mati rasa? Penderita juga perlu secepatnya berobat dan melakukan perawatan diri. 


Jika ada luka pada kaki, perawatannya yaitu merendam dengan air, bersihkan, dioles dan dibalut. Lakukan perawatan ini secara teratur sampai luka bisa sembuh. Perlu juga terus berobat dan dilakukan monitoring untuk memantau kesehatan pasien.


Solusi yang dilakukan pemerintah Bone dalam rangka pemberantasan kusta yaitu dengan mengadakan penyuluhan di desa maupun sekolah. Selain itu mengajak masyarakat untuk melakukan protokol kesehatan sesuai kondisi sekarang yang belum bebas dari pandemi.


Baca juga : Dampak Covid-19 dan cara meraih keseimbangan hidup



Kesetaraan disabilitas dalam bekerja dan berkarya


Talkshow tentang Kusta
Kesetaraan disabilitas dalam Jawa Post,
Ruang Publik KBR


Dalam Talkshow tentang "Geliat Pemberantasan Kusta dan Pembangunan Inklusif Disabilitas di Tengah Pandemi" Bapak DR Rohman Budijanto, SH,MH. dari Direktur Eksekutif The Jawa Post Pro Otonomi JPIP Lembaga  Nirlaba Jawa Pos yang bergerak di bidang otonomi daerah berbicara tentang isu inklusifitas tidak boleh diabaikan.


Dalam ruang intrinsik Jawa Post, isu inklusifitas ini memang tidak pernah secara spesifik dikampanyekan, namun pihak Jawa Pos sendiri tak pernah melakukan diskriminasi atau membeda-bedakan saat rekruitmen atau penerimaan kerja.


Pihak Jawa Post memberi ruang untuk bekerja dan berkarya. Jawa Post mempekerjakan difabel yang mengalami bibir sumbing menjadi editor yang kompeten, ada juga layouter yang kakinya cacat, alih bahasa yang badannya cebol. Semua itu bukan halangan bagi difabel untuk bekerja selama mereka memiliki kompetensi yang baik.


Stigma buruk bagi penderita kusta juga perlu diperbaiki. Sekecil apapun jumlah penderita kusta mereka tetap warga negara Indonesia yang berhak mendapatkan pengobatan, perhatian, bukan untuk dikucilkan. 


Mereka bisa diajarkan berbagai keterampilan agar bisa tetap semangat untuk sembuh dan menjalani hidup lebih baik. Selain itu mereka juga bisa diajarkan untuk berbisnis online agar tidak khawatir bertemu dengan orang lain secara langsung.


Mari peduli terhadap kusta dengan hindari stigma negatif tentang mereka. Kusta juga bisa dicegah, diobati dan berpotensi untuk sembuh. Harapan Kita semua, semoga nantinya Indonesia akan benar-benar bebas dari kusta.




Salam,




Jangan Anggap Tabu, Ini Pentingnya Edukasi Manajemen Kebersihan Menstruasi

 

Manajemen Kebersihan Menstruasi
Pentingnya edukasi Manajemen Kebersihan Menstruasi, via freepik.com


Berbicara masalah menstruasi, terkadang masih dianggap tabu oleh masyarakat. Padahal edukasi tentang managemen kebersihan saat menstruasi itu penting. Nah, dalam rangka menyambut Hari Kebersihan Menstruasi tanggal 28 Mei 2021 diselenggarakan webinar "Sehat dan Bersih saat Menstruasi."


Ternyata ada sejarah di balik penentuan tanggal 28 Mei sebagai Hari Kesehatan Menstruasi. Jujur saja, saya juga baru tahu kalau tanggal 28 itu berasal dari siklus rata-rata menstruasi perempuan dan angka 5 dari lamanya menstruasi seorang perempuan rata-rata selama lima hari tiap bulannya.


Hari Kebersihan Menstruasi diperingati setiap tanggal 28 Mei bertujuan meningkatkan kesadaran perempuan akan pentingnya manajemen kebersihan menstruasi, mematahkan stigma dan norma sosial negatif tentang menstruasi yang masih dianggap tabu oleh masyarakat. Peringatan ini adalah aksi tahunan yang melibatkan berbagai pihak, baik pemerintah, organisasi, pihak swasta dan masyarakat luas.


Webinar Sehat dan Bersih saat Menstruasi
Webinar Sehat dan Bersih saat Menstruasi,
via dokumentasi webinar


Webinar yang berjudul Sehat dan Bersih Saat Menstruasi ini dipandu oleh Novita Angie sebagai host dan narsum yaitu Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, Sp.OG(K), MPH dari Perkumpulan Obstetri & Ginekologi Indonesia (POGI), ada juga dr. Dwi Oktavia Handayani, M. Epid-Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia yaitu Anna Surti serta Mada Shinta Dewi dan Adi Prabowo dari Mundipharma Indonesia. Webinar ini bertujuan untuk mengedukasi perempuan tentang pentingnya manajemen kebersihan menstruasi.



Tentang Menstruasi 


Menstruasi
Tentang Menstruasi,
via freepik.com


Pembahasan tentang menstruasi ini dipaparkan secara lengkap oleh Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, Sp.OG(K), MPH dari Perkumpulan Obstetri & Ginekologi Indonesia (POGI), dan dr. Dwi Oktavia Handayani, M. Epid-Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.


Menstruasi adalah kondisi normal yang dialami oleh perempuan yang ditandai keluarnya darah dari organ intim selama 3-7 hari tiap bulan, selama satu periode rata-rata 28 hari atau 21-35 hari. Hal ini menjadi pertanda bahwa perempuan siap untuk reproduksi atau memiliki anak karena menstruasi diawali dengan sel telur matang yang siap dibuahi.


Darah yang keluar sebenarnya adalah lapisan dalam rongga rahim yang dipersiapkan untuk tempat menempelnya sel telur yang telah dibuahi, kemudian berkembang menjadi janin.


Menstruasi adalah proses biologis normal yang dialami perempuan. Setiap anak perempuan idealnya harus mendapat informasi tentang menstruasi sebelum mengalami menarke atau menstruasi untuk pertama kalinya. 


Pengetahuan tentang menstruasi ini sangat penting supaya anak perempuan bisa menjaga kebersihan dan kesehatan organ intim kewanitaan selama periode menstruasi, serta tetap beraktivitas dengan nyaman. 



Data dan fakta mengenai kebersihan menstruasi


Data manajemen kebersihan menstruasi
Data tentang manajemen kebersihan menstruasi, via dokumentasi webinar


Kesadaran perempuan di Indonesia mengenai pentingnya manajemen kebersihan menstruasi masih sangat rendah. Ironisnya lagi, seorang ibu ternyata menjadi sumber stigma, mitos, kepercayaan dan miskonsepsi yang merugikan kesehatan perempuan.


Data menunjukkan bahwa hanya 5 dari 10 anak perempuan yang tahu apa yang harus dilakukan saat menarke, hanya 6 dari 10 anak yang bertanya mengenai menstruasi pada ibunya, hanya 5 dari 10 anak perempuan yang mengganti pembalut setiap 4-8 jam saat menstruasi, sisanya hanya mengganti pembalut 2 kali sehari, dan hanya 5 dari 10 anak perempuan yang mencuci tangannya sebelum dan sesudah mengganti pembalut saat menstruasi.



Apa itu Manajemen Kebersihan Menstruasi?


manajemen kebersihan menstruasi
Manajemen kebersihan menstruasi,
via freepik


Manajemen Kebersihan Menstruasi adalah pengelolaan kebersihan dan kesehatan saat seorang perempuan mengalami menstruasi.


Perempuan juga harus menggunakan pembalut yang bersih dan diganti sesering mungkin selama menstruasi.


Perempuan memiliki akses pembuangannya, dapat mengakses toilet, sabun, dan air untuk membersihkan diri dengan nyaman dengan privasi terjaga.


Manfaat pentingnya edukasi Manajemen Kebersihan Menstruasi, diantaranya:


1. Menjaga kebersihan ekstra pada saat menstruasi


2. Mengetahui kondisi kesehatan akibat manajemen kebersihan menstruasi yang buruk


3. Mengetahui cara mencegah kanker serviks, infeksi vaginal, dan juga ketidaknyamanan seperti gatal, bau tak sedap dan keputihan karena manajemen kebersihan menstruasi yang buruk.


4. Mengetahui cara membersihkan area kewanitaan yang dilakukan sehari-hari atau pada saat menstruasi.


Edukasi yang dilakukan pemerintah mengenai manajemen kebersihan menstruasi atau MKM, diantaranya melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) bagi anak usia sekolah dan remaja. Selain itu, mendorong masyarakat agar aktif mencari informasi kesehatan yang tepat, termasuk mengenai MKM kepada tenaga kesehatan terdekat.



Masalah kesehatan dan cara merawat kebersihan saat menstruasi


masalah saat menstruasi
Masalah saat menstruasi, via freepik


Masalah kesehatan yang terjadi karena manajemen kebersihan menstruasi yang buruk diantaranya infeksi saluran reproduksi, infeksi saluran kemih, infeksi jamur, dan peningkatan risiko kanker serviks.


Saat menstruasi, risiko infeksi meningkat karena bertambahnya jumlah bakteri buruk di vagina, akibat turunnya tingkat keasaman vagina karena adanya darah haid sehingga rentan terkena infeksi.


Masalah seperti keputihan, gatal, bau tidak sedap, peradangan, hingga penyakit serius seperti kanker serviks dapat dicegah dengan perawatan area kewanitaan yang bisa dilakukan sehari-hari, tak hanya pada saat menstruasi saja. Apabila merasakan gejala yang tidak normal saat menstruasi, maka dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke dokter.


Oleh karena itu, perempuan perlu mengetahui pentingnya penerapan manajemen kebersihan menstruasi yaitu membersihkan vagina secara benar baik dengan air bersih mengalir bisa juga dengan cairan pembersih antiseptik wanita yang sesuai dengan pH vagina dan dapat digunakan saat menstruasi. 


Perhatikan juga penggunaan pembalut bersih dan dapat menyerap darah dengan baik. Jangan lupa mengganti pembalut secara teratur minimal setiap 4 jam sekali.


Merawat area kewanitaan terhitung mudah, yaitu membasuh vagina dengan air mengalir setelah buang air kecil dan besar, jangan membersihkan area kewanitaan dengan sabun mandi, tetapi gunakan pembersih kewanitaan yang sesuai dengan pH vagina dan mendukung flora normal, gunakan tisu berbahan lembut untuk mengeringkan miss v, jangan lupa mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan area kewanitaan, perhatikan penggunaan celana dalam berbahan katun, serta mengganti celana dalam saat terasa lembab atau basah. 


Bagi perempuan yang sudah melakukan kontak seksual disarankan untuk melakukan pemeriksaan pap smear atau IVA secara teratur.



Jangan anggap tabu bicara tentang menstruasi

Bicara menstruasi, jangan anggap tabu
Bicara tentang menstruasi, via pexels


Saya jadi teringat mengalami menstruasi pertama kalinya saat SMP, saya engga kaget lagi ketika menarke, berbeda dengan teman saya yang sampai masuk UKS karena pingsan ketika menstruasi pertama kalinya. Makanya penting sekali bicara menstruasi pada anak perempuan sejak dini sebelum mereka mengalami menstruasi. Jangan anggap tabu soal menstruasi dan kesehatan reproduksi.


Dalam webinar Sehat dan Bersih saat Menstruasi Anna Surti dari Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia memaparkan tentang "Ibu Bicara Menstruasi." Ternyata anak perempuan yang tak pernah berbicara tentang menstruasi pada ibunya biasanya akan merasa takut, malu dan bingung saat menarke. Padahal, banyak manfaat yang didapat saat seorang ibu meluangkan waktu untuk bicara menstruasi dengan putrinya, seperti kesehatan reproduksi yang lebih baik serta kedekatan ibu dan anak. 


Faktanya, tidak sedikit anak perempuan yang mencari informasi sendiri tentang menstruasi dari teman atau internet, dan mendapatkan info yang tidak benar, padahal peran ibu sangatlah penting sebagai pemberi informasi bagi putrinya. Oleh sebab itu, ibu juga perlu membekali diri dengan pengetahuan tentang cara membicarakan menstruasi pada anaknya sejak dini.


Ada 7 tips untuk membicarakan menstruasi dengan anak, diantaranya : 


1. Sosok ibu adalah seseorang yang diharapkan anak untuk membicarakan menstruasi, jadi bekali diri dengan informasi yang benar karena banyak beredar mitos seputar menstruasi.


2. Membuang pemikiran bahwa bicara tentang menstruasi itu tabu, karena hal ini penting untuk dilakukan.


 3. Jangan berpikir bahwa pembahasa tentang menstruasi ini bisa dibicarakan satu kali saja, tetapi lakukan berulang kali secara bertahap.


 4. Bersikap positif karena isu tentang menstruasi bisa menjadi hal yang sensitif buat anak perempuan


5. Lebih baik banyak berdiskusi dan mendengarkan, daripada langsung menceramahi anak


6. Jelaskan secara kongkrit dengan gambar dan benda yang digunakan, contohnya penggunaan pembalut saat menstruasi


7. Jelaskan pula kepada anak laki-laki, supaya mereka dapat menghormati perempuan yang sedang menstruasi dan tidak melakukan bullying pada perempuan saat menstruasi.



Sehat dan bersih dengan Rangkaian Produk Betadine


Betadine Feminine Care
Betadine Feminine Care


Mundipharma Indonesia berkomitmen memperbaiki kualitas hidup masyarakat Indonesia, terutama perempuan dalam menjaga kebersihan dan kesehatan area kewanitaannya. Sejak tahun 2017 Mundipharma Indonesia berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan RI dan POGI menyelenggarakan program edukasi mengenai kebersihan menstruasi, serta membagikan Buku Saku ‘Sehat dan Bersih Saat Menstruasi’ kepada lebih dari 1,000,000 perempuan Indonesia. 


Melalui kegiatan edukasi tersebut, harapannya perempuan Indonesia paham mengenai cara menjaga kebersihan dan kesehatan area kewanitaan sedini mungkin, serta bisa beraktivitas dengan nyaman selama menstruasi.


Mundipharma Indonesia melalui Betadine Feminine Care melakukan kampanye edukatif #YangIdeal untuk mengajak perempuan Indonesia mengetahui dan mengerti cara yang ideal dan tepat menjaga kebersihan dan kesehatan area kewanitaan, salah satunya dengan menggunakan pembersih khusus area kewanitaan yang ideal dan sesuai untuk kebutuhan sehari–hari, saat menstruasi, dan saat terjadi infeksi di organ kewanitaan.


Dalam hal ini Betadine Feminine Care menyediakan rangkaian produk area kewanitaan yang lengkap dan berkualitas tinggi.


Betadine Feminine Care merupakan rangkaian lengkap untuk mendukung kebersihan dan kesehatan area kewanitaan, mulai dari sehari–hari, menstruasi dan juga infeksi area kewanitaan. 


Untuk sehari–hari, Betadine Feminine Wash dilengkapi dengan Prebiotik yang merupakan makanan dari bakteri baik dan memberikan perlindungan alami sehari–hari. 


Untuk infeksi di area kewanitaan, Betadine Feminine Hygiene dengan Povidone–Iodine yang memiliki spektrum luas dan terbukti mengatasi keputihan berlebih, gatal, bau tak sedap dan iritasi ringan yang kerap terjadi saat menstruasi. 


Ada juga tisu basah pembersih kewanitaan dengan prebiotik yang 100% biodegradable atau flushable


Mencegah lebih baik daripada mengobati. Jangan lupa untuk menjaga kebersihan area kewanitaan dengan serangkaian produk Betadine. Semua produk Betadine ini bisa didapatkan di marketplace ini  https://shopee.co.id/betadineofficial atau https://www.tokopedia.com/betadineofficial?source=universe&st=product.


Jangan anggap tabu bicara tentang menstruasi, oleh karena itu edukasi dan pemahaman pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan saat menstruasi pada perempuan bisa terus ditingkatkan. Yuk, praktikkan manajemen kesehatan menstruasi!



Salam,









Vaksinasi pada Dewasa, Seberapa Efektif dilakukan saat Pandemi?

Vaksin dewasa
Vaksin pada dewasa, 
Pexels.com/Gustavo.Fring


Pandemi Covid-19 belum berlalu, beberapa waktu yang lalu saya dan keluarga memilih melakuan vaksinasi influenza sebagai upaya preventif dan menjaga kesehatan keluarga. Seberapa efektif sebenarnya pemberian vaksin pada dewasa?


Melihat pemberitaan di televisi, mengenai update kasus COVID-19 di Indonesia yang tiap hari masih meningkat, tetapi sayangnya banyak masyarakat di lingkungan saya yang sudah merasa jenuh, hingga abai dengan protokol kesehatan.


Kita enggak boleh mengabaikan pandemi ini, vaksinasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah dan meningkatkan daya tahan tubuh keluarga.



Apa itu Vaksinasi?

Vaksin
Vaksin, via freepik.com


Vaksinasi merupakan proses
penyuntikan mikroorganisme penyebab suatu penyakit yang telah dilemahkan atau dibunuh ke dalam tubuh untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh.


Anggapan bahwa pemberian vaksinasi hanya dibutuhkan oleh bayi atau anak tidak sepenuhnya benar karena ternyata orang dewasa perlu untuk mendapatkan vaksin.


Ternyata orang dewasa pun perlu untuk suntik vaksin ulangan tiap periode tertentu. Dengan adanya vaksinasi, tak hanya terlindung dari penyakit tetapi mencegah penyebarannya meluas.


Di Indonesia, ada lima jenis vaksin yang wajib dilakukan, yaitu hepatitis B, BCG, Polio, MR, dan DTP.  Jika belum pernah vaksin saat masih kecil, maka saat dewasa harus menerima vaksin yang dijelaskan di atas.



Rekomendasi vaksinasi pada dewasa

Vaksin dewasa
Vaksin dewasa, via freepik.com


Selain vaksinasi wajib di atas, ada beberapa jenis vaksin yang dianjurkan untuk dewasa diantaranya Vaksin Influenza, Vaksin Pneumococcus,Vaksin Hepatitis A dan B, Vaksin Meningitis, Vaksin Difteri, Vaksin Tetanus, Vaksin Herpes Zooster, Vaksin HPV, Vaksin Varricela atau Cacar Air, Vaksin Meningitis.


Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan saat orang dewasa akan melakukan vaksinasi seperti riwayat pemberian vaksin saat kecil, apakah sudah memperoleh imunasasi yang lengkap?


Selain itu, ada perbedaan waktu pemberian vaksin pada dewasa dan tentunya dosis, kandungan atau komponen vaksin dewasa ini berbeda dengan vaksin anak.


Pemberian vaksin pada orang dewasa perlu memperhatikan kondisi medis tertentu, seperti saat hamil, penderita jantung, diabetes, stroke, infeksi HIV dan kondisi lain yang memerlukan perhatian lebih menerima vaksin. Perlu ada konsultasi dengan ahli terkait kondisi pasien saat akan melakukan vaksinasi.


Saat pandemi seperti sekarang ini, ada 3 jenis vaksin dewasa yang dianjurkan yaitu Vaksin Influenza, Vaksin Pneumococcus, dan Vaksin Meningitis.

Ketiganya perlu dilakukan karena  menjadi penyakit serius yang terkadang  diabaikan karena dinilai sepele atau gejala yang terjadi tidak cukup familiar.



Seberapa efektif vaksinasi dewasa saat pendemi?

Vaksinasi
Vaksinasi saat pandemi,
via freepik.com


Keadaan pandemi ini membuat orang lebih aware untuk waspada, menjaga daya tahan tubuh sebagai upaya pencegahan agar tidak tertular Covid-19.


Baca juga :  Berbeda dari Flu Biasa, Inilah Pandemi Covid-19 yang Menyita Perhatian Dunia


Salah satu vaksin yang penting dilakukan adalah vaksin influenza, yang dianjurkan setahun sekali, namun kadang banyak yang menganggap sepele penyakit flu ini.


Sebaiknya saat melakukan vaksinasi, pastikan kondisi tubuh sedang fit dan sehat,  tidak sedang demam dan flu agar antibodi yang terbentuk lebih maksimal dan dapat memperkuat kekebalan tubuh.


Baca juga : 7 Tips Jitu Meningkatkan Sistem Imun untuk Menangkan Virus Corona


Pemberian vaksin dewasa merupakan investasi bagi tubuh agar tidak mudah sakit dan tidak menimbulkan gejala yang parah atau komplikasi yang berlebihan.


Halodoc hadir untuk masyarakat, memberikan kemudahan mengakses layanan kesehatan dan memberi rasa aman terutama saat pandemi seperti sekarang ini. Aplikasi Halodoc ini terdiri dari fitur-fitur seperti layanan konsultasi dengan dokter, seperti chat, panggilan suara, juga video dengan dokter selama 24 jam.


Halodoc
Aplikasi Halodoc,
via dokumentasi pribadi


Selain itu, Halodoc melayani pembelian obat-obatan, kunjungan ke RS, cek lab juga. Masyarakat bisa mengakses berbagai informasi kesehatan terupdate lewat aplikasi ini.


Dengan demikian, vaksinasi pada dewasa cukup efektif dilakukan saat ini,  sebagai upaya preventif dan mencegah penularan penyakit meluas. Jadi, enggak usah ragu lagi, ya, untuk melakukan vaksinasi dan jangan lupa mengakses Halodoc untuk kemudahan mengakses layanan kesehatan.



Salam,







Pengalaman Kuret dengan BPJS di RSKIA Kota Bandung

RSKIA Kopo
RSKIA Kota Bandung


Saya menuliskan kembali pengalaman ini setelah proses kuret dilakukan tanggal 22 Mei 2020, dua hari sebelum lebaran di RSKIA Kota Bandung.  Menuliskan cerita ini, sebagai pengingat diri dan melepas rasa yang tertinggal di hati. 

Sebelumnya saya udah bercerita tentang proses mendatangi berbagai rumah sakit di Bandung dan Cimahi, udah keliling-keliling sampai empat RS akhirnya memutuskan untuk kuret di RSKIA Kota Bandung yang terletak di daerah Kopo.

Memang butuh waktu bagi saya menliskannya kembali saat proses kuret kemarin karena jujur saja sampai sekarang masih ada beberapa kenangan yang terus melekat dalam pikiran saya.

Beberapa waktu yang lalu, saya kembali flashback lagi mengingat hal ini. Saat melihat ibu hamil yang perutnya besar, auto saya usap perut saya. Cuman inget aja calon bayi yang udah enggak ada.

Kadang lihat yang lahiran juga entah kenapa saya inget juga. Padahal dede udah ada di tempat yang lebih baik. Berusaha mengikhlaskan tapi tetep belum bisa melupakan kalau dia pernah singgah meaki hanya dua bulan lamanya.


Baca juga : Untukmu yang pernah singgah, sekejap tetapi selalu kuingat


Jadi memang beberapa minggu kemarin, sempat agak merenung cukup lama. Saya jadi memikirkan banyak hal. Soal pekerjaan, mendampingi anak sekolah online, juga mengingat kembali saat keguguran kemarin.

Agak sedih juga tapi saya enggak pengen malah jadi stress yang berkepanjangan, maka saya kembali menuliskan ini.


Proses Kuret dengan BPJS, Dari Rujukan Faskes (Puskesmas) ke RS


Back to topic, deh. Pengalaman saya ke IGD salah satu rumah sakit swasta di Cimahi memang enggak banget. Inget itu jadinya bikin enggak enak hati aja.


Baca juga: Pengalaman Kuret dan ke IGR RS dengan BPJS saat Pandemi dan Jelang Idulfitri


Jadi akhirnya saya dan suami memutuskan untuk kuret ke RSKIA Bandung setelah dapat rujukan dari Puskesmas Garuda. Saya ke Puskesmas Garuda atas saran dari dokter faskes I yang menangani BPJS.

Saat datang ke Puskesmas Garuda, saya langsung ditangani dengan baik. Dari bagian administrasi, perawat, petugas lab, bidan juga dokter semuanya ramah.

 Saat itu jujur aja saya udah lemes banget begitu sampai puskesmas ini karena udah keliling-keliling sampai empat RS di Bandung .

Saya udah menyiapkan diri dengan puasa dari jam 06.00 WIB soalnya biar kalau ketemu dokter di RS dan dijadwalin kuret saya udah siap. Prosedurnya minimal 8 jam disarankan puasa saat akan kuret.

Salut sama Puskesmas ini, pelayanan lengkap 24 jam ada fasilitas rawat inap dan pelayanan nakes di sana baik-baik semuanya. Masyaallah saya doain mereka sehat selalu dan bisa memberi pelayanan baik sama pasien-pasiennya.

Nah, setelah dapat rujukan dari Puskesmas Garuda ke RSKIA Kopo, saya dan suami langsung menuju ke RS ini. Jujur aja saya memang udah menyiapkan diri buat puasa dari jam 06.00 WIB.

Saya ingat saat awal kehamilan kemarin, bisa berpuasa meski selang seling alias enggak tiap hari.  Saat akan datang ke IGD RSKIA saya udah agak pusing banget. 

Sebenarnya saat sampai di Puskesmas Garuda pun, saya pun udah merasa agak lemes karena udah bolak-balik 3 rumah sakit dan masih puasa juga sampai tengah hari.


RSKIA Kota Bandung, akhirnya Kuret di sini


Di RSKIA Kopo ini bangunan depannya bagus banget. RS pemerintah yang bangunannya enggak kalah sama RS Swasta. Dulunya sih di RSKIA yang di Jalan Pajagalan, RS lama yang sekarang udah pindah ke Kopo.

Begitu masuk ke IGD, suami mengambil  berkas  persyaratan BPJS, sementara saya ngobrol dengan perawat IGD. Saya jelaskan kondisi di tensi dulu dan hasilnya memang rendah, tensi 90/60.

Akhirnya saya disuruh berbaring di IGD, sambil menunggu suami. Dia bilang cukup jauh juga dari IGD ke bagian administrasi. Harus bolak-balik juga karena minta KTP, Kartu BPJS dll. Kasian suamiku, dia juga pasti lelah udah keliling-keliling dari pagi.

Saya ingat anak saya yang dititipin ke Mama. Kangen juga sama dia. Selama bedrest, memang mama yang jagain.

Sempat visit dokter terus usg juga, katanya udah mau bersih, cuman masih ada sisa-sisa sedikit lagi. Sebenarnya udah pembukaan satu dari saat dicek di Klinik deket rumah.

Mungkin bisa jadi enggak perlu dikuret, hanya dikasih obat aja cuman berarti kalau enggak ada tindakan kuret berarti enggak dicover BPJS. Begitu penjelasan dokter di IGD.

Saya pun berpandangan sama suami, tahu kalau akhirnya enggak kepake BPJS dan harus bayar mandiri, mungkin saya udah ke RS Swasta dekat rumah aja. Enggak usah ribet ngurusin BPJS dan lainnya.

Seketika saya pusing banget dan mendadak pengen ke kamar mandi. Tadi udah diambil darah juga, periksa lab pastinya. Dulu saya yang meriksa hasil lab, sekarang saatnya jadi pasien.

Suami mengantar saya ke kamar kecil, karena saya ingin ke air. Tenyata memang bercak darahnya hanya tinggal sedikit lagi, percis darah menstruasi hari terakhir. 

Ya memang pas pendarahan terparah dan cukup banyak udah dari beberapa hari yang lalu sebelum ke RS ini. Saya pun berjalan lagi ke kamar IGD mau rebahan lagi, soalnya kepala udah kleyengan pusing banget rasanya.

Suami memang jalan di sebelah saya, saat itu saya hampir ambruk dan untunglah dipegang suami. Habis ini para perawat langsung ngambil kursi dorong nyuruh saya duduk dan berbaring.

Saya pun kembali di tensi dan memang saat itu tensi saya rendah banget sampai 55/90. Saya pun rebahan lagi. Dikasih air minum anget saat itu. Perawat bilang masih nunggu hasil lab sama tergantung keputusan dokter kandungan apa perlu dikuret atau cukup dengan obat aja.

Ibu, ayah, mertua beberapa kali menghubungi suami nanya keadaan saya. Mereka belum bisa jenguk ke RSKIA Kopo karena jauh juga dari rumah dan saya pun minta didoain aja dari jauh. Kasihan mereka kejauhan dan enggak tahu di mana posisi RS, soalnya ini kan bangunan baru juga.

Akhirnya dokter IGD mendatangi saya dan memberikan keputusan harus kuret. Meski udah mau bersih tapi sisa-sisa kantung kehamilan masih ada dan harus dibersihkan.

Tadinya kalau enggak dicover BPJS kan mending di RS lain aja yang deket rumah. Syukurlah BPJSnya bisa digunakan. Lumayan juga kalau enggak dicover BPJS. Saya perkirakan dari USG, Pemeriksaan Lab, visit dokter kalau pakai umum jadi berapa tuh?

Periksa lab aja pasti udah ratusan karena periksa MCU lengkap, belum USG dua kali. Dokternya bilang kalau saya dijadwalkan pukul 17.00 WIB buat kuret. Agak deg-degan juga kalau inget mau dikuret.


Pengalaman Kuret di RSKIA Kota Bandung


Sebelum pukul 17.00 WIB, petugas IGD memberi tahu kalau ruangan operasinya lagi di sterilin dulu soalnya bekas pasien Covid-19. Duh, saya jadi agak khawatir juga. Inget pasien Covid-19. Berarti ada yang dirawat dan dioperasi di sini juga.

Jadi rencana kuret ditunda lagi sampai pukul 19.00 WIB. Saya memang harus puasa. Jadi dari tadi hanya minum air putih aja. 

Suami izin keluar dulu, dia inget ada pesanan kue dari Jajanan Papi Martin yang harus dia anterin. Suami mau pulang dulu ke rumah, bawa bolu pesanan temennnya
Sama katanya mau beli bahan bikin kue buat besok, soalnya ada pesanan lain juga.

Duh, dia pasti kelelahan banget dari pagi udah bolak-balik ke beberapa RS. Sehat, ya, Paksu. Makasih udah jagain dan nemenin saya juga. 

Meski saya tahu, kalau pas kemarin-kemarin saya nangis-nangis tahu kehilangan calon babby, Kamu enggak banyak berkata-kata, tapi pasti sedih juga karena sama-sama kehilangan.

Jadi sambil nunggu suami pulang nganter pesanan kue. Saya dipindahkan ke ruang VK atau ruang bersalin sebelum nanti masuk ruang operasi. 

Sebelumnya, Saya sempat denger juga suara baby nangis. Suami pun bilang kangen, ya, denger suara tangis bayi. Bikin saya agak melow juga saat itu. Ya sudahlah, memang ini udah takdirnya.

Begitu melihat jam berbuka puasa. Saya agak khawatir, soalnya suami belum balik lagi ke RS. Lumayan juga jarak dari sini ke rumah saya yang ada di Gunung Batu. Belum lagi suami nganter pesanan dan beli bahan bikin kue dan bolu buat keesokan harinya. Anggap saja ini ikhtiarnya Kami yang pengen lebih mandiri secara finansial.




Saya telepon suami, katanya baru sampai parkiran. Tadi cari makan dulu buat berbuka. Saya pun sebenarnya lapar, tapi tahan diri dulu karena masih harus puasa. Meski puasanya udah kelewat lama. Bahkan lebih lama dari yang puasa Ramadan.





Setelah lewat jam 19.00 WIB, perawat datang lagi menemui saya. Katanya masih nunggu kedatangan dokter spesialis kandungan yang mau operasi. Saya diminta menunggu dan nanti dikabari lagi.

Suami berbuka puasa di RS Kali ini. Soalnya enggak ada yang nemenin saya selain dia. Dia nawarin makan juga tapi tanggung deh, kan ntar mau operasi soalnya.

Waktu terus berputar, udah masuk pukul 21.00. Saya pun agak ngantuk dan tertidur juga meski, pukul 23.15 perawat IGD datang dan memberi kabar bahwa saya akan di bawa ke ruang operasi saat ini juga. 

Jujur aja saya agak lemes dan lapar. Puasa dari jam 06 pagi dan baru mau operasi jam setengah dua belas malam dong. Lamanya ...

Saya udah nitip ke suami buat beliin nasgor, soalnya lapar banget. Sempet-sempetnya minta makan pas mau masuk ruang operasi.

Saya dibawa perawat ke ruang operasi di lantai atas, lantai berapa, ya? Lupa soalnya. Saya diminta ganti baju dari ruang VK pakai baju biru buat operasi.

Cincin dan jam tangan saya lepas dan dititipin ke suami. Aslinya enggak bawa baju apa-apa soalnya tadinya kan mau langsung pulang aja.

Jadi ntar pakai baju yang sama deh kalau pulang. Saya hanya bawa pembalut, buat jaga-jaga. Aslinya enggak bawa apa-apa, selain air minum dari rumah.

Begitu masuk ruang operasi, ini yang kedua kalinya saya dioperasi. Dulu sempat sakit juga pas masih kerja di Lab dan sebelum nikah, jadi saya lihat lampu-lampu operasi udah enggak aneh lagi.

Dokter anastesi dan dokter kandungannya udah datang. Saya ditangani sama dokter Rima sebagai dokter kandungannya. Sempat di tensi dulu, disuntik juga. Setelah itu saya dibius total.

Satu jam proses kuret berlangsung. Saya terbangun saat di tensi, agak pusing juga setelah ini. Lemes banget badannya. Ada perawat jaga yang mendatangi saya. Nanya gimana kondisi saya.

Saya bilang agak mual dan sepertinya mau muntah juga. Maklumlah udah puasa hampir 18 jam dan dikasih anastesi, pantes aja bikin mual. Akhirnya saya muntah-muntah setelah beres kuret.

Saya dikasih air minum, kemudian disuruh duduk dikursi roda dan dianter ke luar ruang operasi. Ternyata kuretnya udah selesai. Enggak kerasa sakit emang karena dibius juga. Mungkin masih ada pengaruh obat juga.

Suami menghampiri saya dan bertanya keadaan saya. Perawat dan suami mengantar ke ruang VK. Sebenarnya saya udah bisa langsung pulang ke rumah kata perawat. Hanya saja saya pengen istirahat juga. Lagian udah tengah malam dan kasihan suami pasti udah lelah banget.

Begitu sampai ke ruangan. Saya mual dan muntah lagi. Akhirnya saya minum teh anget. Ini pun suami ke luar RS sengaja beliin teh manis anget. Suami baru beliin nasgor setelah saya beres kuret, sekitar jam setengah satu pagi.

Nemu nasgor rasanya bahagia banget. Udah lapar pakai banget soalnya. Setelah ini saya dan suami pun beristirahat. Rencananya setelah suami sahur, mau langsung pulang ke rumah. 

Tadinya ayah saya nawarin buat dijemput. Cuman saya bilang mau pulang naik motor sama suami. Soalnya saya enggak ngerasain sakit sih selepas kuret. Biasa aja soalnya, malah sakit pas lepas IUD dulu.

Akhirnya suami sahur lagi di RS. Dia beli nasi di luar RS. Masih pada rame, soalnya di depan RS banyak yang jualan. Suami akhirnya mengurusi administrasi pas mau pulang ke rumah.

Memang kuretnya di cover sama BPJS, tapi berhubung BPJS sempat off selama dua atau tiga tahun dan baru diaktifkan jelang mau kuret, jadi suami harus bayar denda sebanyak delapan ratus ribu soalnya ketentuan dari BPJS baru bisa diaktifkan setelah dua atau tiga bulan kemudian.

Akhirnya saya pun pulang ke rumah setelah Subuh. Langsung mandi dan istirahat lagi karena ngantuk berat. Begitu juga sama suami. Saya inget lebaran hari minggu dan hari Sabtu saya baru pulang kuret. 

Saya baru mulai kerasa ngilu setelah bangun tidur. Padahal selepas kuret enggak kerasa apa-apa, enggak berasa sakit juga. Beberapa hari lumayan berasa ngilu tapi setelah minum obat, enggak terlalu ngerasa sakit.

Saya dijadwalkan kontrol pasca kuret seminggu kemudian. Memang dikasih obat juga oleh dokter kandungan pasca kuret kemarin. Inilah pengalaman saya menjalani kuretase di RSKIA Kota Bandung.  



Salam, 






















Depresi pada Perempuan, Kenali Gejala, Penyebab dan Cara Mengatasinya

Depresi pada perempuan
Depresi pada perempuan,
Pexels.com/Duong Nhan

Sebenarnya depresi bisa terjadi pada siapa saja, baik laki-laki atau perempuan. Namun, risiko terkena depresi ternyata dua kali lebih besar terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Kita perlu mewaspadai bahaya depresi, oleh karena  itu penting untuk mengetahui gejala, penyebab dan cara mengatasinya.


Depresi pada perempuan bisa terjadi lebih awal, lebih lama waktunya dan mungkin bisa terjadi kembali dibandingkan pada laki-laki. Hal ini disebabkan karena wanita  lebih perasa dan sering mengalami perubahan hormon.


Depresi berat bisa sangat berbahaya, loh, bahkan bisa berujung kematian. Oleh sebab itu penting sekali untuk mengenali gejala depresi sejak awal dan melakukan cara untuk menangani kasus depresi ini.


Apa itu Depresi?


Depresi merupakan gangguan suasana hati dan mood yang disertai perasaan sedih mendalam, berkepanjangan, dan ada rasa tak peduli.


Depresi bisa terjadi pada seseorang jika setelah dua minggu, ia merasa sedih, putus harapan, atau tidak berharga.


Kondisi ini bisa menyebabkan efek yang lebih buruk pada penderitanya, yaitu produktivitas kerja menurun, hubungan sosial terganggu, hingga keinginan untuk bunuh diri.


Stress atau perasaan tertekan sering kali bisa memicu depresi, tetapi bisa saja terjadi depresi tanpa didahului stress. Keduanya adalah dua hal yang berbeda.


Stress terjadi pada seseorang yang merasa tertekan karena berbagai faktor, baik dari luar maupun dari dalam dirinya dan telah berlangsung sejak lama.


Berbeda dengan stres, depresi adalah sebuah penyakit mental yang berdampak buruk terhadap suasana hati, perasaan, selera makan, pola tidur, stamina, dan tingkat konsentrasi seseorang yang mengalami depresi.


Ternyata siapa pun bisa terkena depresi, terutama jika ada riwayat dalam keluarga terdekat yang pernah mengalami kondisi ini.


Berdasarkan penelitian, wanita lebih berisiko terkena depresi daripada pria, hal ini  disebabkan karena wanita  lebih perasa dan sering mengalami perubahan hormon, contohnya saat keadaan hamil atau menstruasi.


Gejala Depresi


Seseorang yang terkena depresi dapat diketahui dari ciri-ciri fisik dan psikologi penderitanya.


Tanda atau gejala depresi ini bisa lebih rumit dari stress, muncul secara bertahap, sehingga agak sulit untuk mengetahui kapan pertama kali mengalami depresi. 


Nah, di bawah ini merupakan berbagai gejala depresi yang biasanya terjadi:

a. Menarik diri dari lingkungan sosial dan keluarga

b. Merasa sedih seolah-olah tidak ada harapan lagi

c. Hilang semangat, motivasi, energi, dan stamina

d. Sulit mengambil keputusan

e. Makan lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya

f. Tidur lebih sebentar atau lama dari biasanya

g. Sulit berkonsentrasi

h. Sulit mengingat-ingat

i. Merasa bersalah, gagal, dan sendirian

j. Berpikiran negatif secara terus-menerus

k. Mudah kecewa, marah, dan tersinggung

l. Sulit menjalani kegiatan sehari-hari

m. Hilang minat pada hal-hal yang biasanya dinikmati

n. Adanya pikiran untuk bunuh diri


Ternyata gejala depresi terberat adalah ingin menyudahi hidup dengan kematian dan bagi penderita depresi, bunuh diri adalah solusinya.


Seperti kasus kematian seorang artis Bollywood yang pernah saya tulis sebelumnya tentang Pratuysha Banerjee
Kematian Pratyusha Banerjee dikaitkan dengan stress berat yang berlanjut ke tahap depresi hingga menyebabkan sang artis bunuh diri.


Permasalahan hidup yang menderanya selama ini membuat jiwa artis Bollywood ini tertekan. Oleh sebab itu, Kita perlu mewaspadai stress yang bisa berujung depresi.


Penyebab Depresi


Depresi ini ternyata lebih sering terjadi pada dewasa. Penyebabnya bermacam-macam, ada yang berhubungan dengan hormon, faktor genetik dan zat kimia yang ada di otak.


Ada beberapa faktor risiko yang dapat memicu terjadinya depresi, diantaranya:


1. Mengalami kejadian traumatis


Seseorang yang mengalami kejadian traumatis  dapat memicu terjadinya depresi contohnya adalah korban kekerasan atau penyiksaan fisik,  pelecehan, kematian orang terdekat, masalah dalam hubungan baik pernikahan, persahabatan, keluarga, percintaan, atau dengan rekan kerja, serta kesulitan ekonomi.

2. Memiliki penyakit kronis atau serius


Seorang pasien dengan penyakit kronis atau serius  seperti kanker, stroke, atau HIV/AIDS bisa memicu terjadinya depresi. Keadaan pasien yang mengalami sakit bisa melemahkan jiwanya juga sehingga rentan terkena depresi.

3. Memiliki kepribadian tertentu


 Seseorang yang memiliki kepribadian tertentu, contohnya merasa rendah diri, terlalu keras dalam menilai diri sendiri, pesimis, atau terlalu bergantung kepada orang lain bisa menjadi salah satu penyebab depresi.

4. Ketergantungan alkohol dan narkoba


Ketergantungan alkohol dan narkoba ternyata bisa memicu atau  memperparah depresi. Kedua hal ini tak bukanlah bukan cara untuk melarikan diri dari masalah, tapi bisa menyebabkan kecanduan dan over dosis sebagai dampak buruk lainnya.

5. Konsumsi obat tertentu


Ternyata beberapa jenis obat dapat meningkatkan risiko depresi. Contohnya obat tidur, pemenang dan obat untuk hipertensi. Obat-obatan ini dapat menyebabkan kecanduan bagi penderitanya.

6. Memiliki riwayat ganguan mental lain


Seseorang yang memiliki gangguan mental lain, contohnya gangguan kecemasan atau gangguan makan punya risiko lebih berisiko mengalami depresi. Contohnya: gangguan kecemasan atau gangguan makan.



Cara Mengatasi Depresi dengan Pencegahan dan Pengobatan yang tepat


Adanya slogan yang mengatakan mencegah lebih baik dari mengobati adalah hal yang tepat. Pencegahan depresi bisa dilakukan  dengan menjalankan pola hidup sehat untuk mencegah terjadinya depresi dan agar kondisinya tidak bertambah berat.


Seperti dilansir alodokter.com tanggal 11 Maret 2019, ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mencegah depresi yaitu:

a. Lakukan  relaksasi untuk mengatasi stres, misalnya yoga atau pilates

b. Waktu tidur yang cukup, minimal 8 jam per hari

c. Tidak mengkonsumsi alkohol

d. Olahraga secara teratur

e. Bersilaturahmi dengan berkunjung pada  keluarga atau teman di  waktu senggang

f. Batasi penggunaan sosial media

g. Lakukan pengobatan terhadap penyakit kronis yang dapat menyebabkan  depresi

h. Jauhi orang yang berpengaruh buruk

i. Laporkan pada pihak berwenang jika mengalami kekerasan atau penyiksaan secara fisik atau psikis.

j. Konsultasi dengan psikiater jika mulai merasa khawatir terus menerus dan sedih yang berkepanjangan.


Bagi saya, menulis juga bisa menjadi sebuah terapi, kadang yang saya rasakan seperti itu. Ada hal yang enggak bisa diungkapkan pada orang lain, enggak bisa dipublish di media sosial karena bersifat privasi, bisa saya tumpahkan ke dalam tulisan.


Memang lebih seperti diary yang khusus untuk saya tulis dan baca sendiri. Ini bisa melegakan hati. Kadang saya pun merasa lega setelah bermunajat pada-Nya. Curhat sama yang Maha Kuasa dan Maha segala-galanya.


Pengobatan Depresi


Jika mengetahui tanda dan gejala depresi, maka harus cepat mengambil tindakan, karena depresi bisa disembuhkan dengan penanganan yang tepat.


Perlu ada bantuan konseling dengan psikolog atau psikiater. Kemungkinan akan ada rujukan untuk menjalani berbagai terapi seperti psikoterapi atau tetapi kognitif perilaku.


Psikiater juga akan memberikan obat anti depresan untuk meredakan depresi. Obat anti depresan memerlukan waktu sekitar dua hingga empat minggu untuk bekerja dan meredakan gejala penderita depresi.


Konsumsi obat juga membutuhkan waktu yang lama, yaitu sekitar enam bulan hingga satu tahun lamanya. Pemberhentian obat harus berdasarkan anjuran dari psikiater.


Selain metode di atas penggunaan obat-obatan anti depresan atau terapi kejut listrik bahkan stimulasi magnetik.
Metode ini disesuaikan kondisi pasien.


Penderita depresi butuh dukungan pihak terdekat, terutama keluarga atau orang yang dekat dengannya. Ceritakan dengan jujur kondisi  sebenarnya pada mereka agar mereka bisa memberi dukungan dan membantu penderita agar bisa sembuh dengan cepat.


Depresi bisa berdampak buruk untuk kesehatan bisa menyebabkan penyakit hati dan gagal jantung. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa penderita depresi memiliki kemungkinan 58% lebih banyak terserang obesitas karena perubahan pola makan yang drastis dan jarang berolahraga. 


Depresi di usia muda bisa menurunkan kemampuan otak dan meningkatkan risiko Alzheimer serta stroke jika tidak ditangani dengan serius.


Memang sebagai perempuan, yang saya rasakan memang ada beberapa tuntutan tentang banyak hal selepas menikah dan punya anak, kadang bisa bikin stress juga. Tetap tenang, jangan panik, seperti yang dilakukan teman saya, Mbak Siska Dwyta yang punya pengalaman mengatasi Otitis Media


Support system memang penting juga menurut saya. Hanya saja kadang yang diharapkan bisa memberi dukungan tak pernah ada untuk seseorang yang mengalami depresi, hal ini bisa menyebabkan tingkat depresi seseorang makin parah dan berujung keinginan bunuh diri.


Depresi pada perempuan sering kali terjadi. Jangan mudah menjudge atau memberikan penilaian buruk pada penderita depresi. Berikan empati dengan tidak membully penderita depresi. Kenali penyebab dan gejala depresi sejak dini serta cara mengatasinya dengan penanganan yang tepat.



Salam, 







Pengalaman ke IGD RS untuk Kuret dengan BPJS di Masa Pandemi dan Jelang Lebaran 2020


Kuret dengan BPJS di RS saat Pandemi
Lagi di UGD RS saat akan di kuret,
dokumentasi pribadi

Masyaallah ... menuliskan kembali tentang ini jadi inget lagi akhirnya saya bisa melewati semua ini. Pengalaman kuret yang saya lakukan dengan menggunakan BPJS Kesehatan di RSIA Kota Bandung.

Kehamilan kedua yang dinantikan dan akhirnya harus saya relakan juga kalau Dia yang menitipkan, kembali mengambil titipan-Nya. Insyaallah saya sudah belajar mengikhlaskannya.


Nah, saya mau sharing, nih. Pengalaman tak terlupakan saat harus kuret pakai bpjs dan lagi pandemi COVID-19 serta jelang lebaran. Jujur, semua ini butuh perjuangan besar untuk melewatinya.

Ketika tahu harus dikuret, saya memang mengaktifkan BPJS Kesehatan yang udah off selama dua tahun lebih. Setelah dicek kalau pengen mengaktifkan kembali BPJS suami, saya dan anak, kena denda sebesar enam juta rupiah. 

Mungkin ada yang berpendapat daripada ngeluarin uang sejumlah di atas mending bayar mandiri aja. Asuransi kesehatan kan jaga-jaga buat di masa depan. Pengennya sih sehat terus tanpa ada keluhan ini dan itu.

Pertimbangan lain mengaktifkan kembali BPJS yang udah off dua tahun, karena saya juga harus operasi bedah mulut karena kasusnya ada gigi geraham belakang yang baru tumbuh dan tumbuhnya ke samping serta menembus gusi.

Hal ini yang bikin saya sering sakit gigi plus kepala juga ikut nyut-nyutan. Saya enggak mau lagi deh sakit gigi. Baik sakit hati maupun sakit gigi sama-sama enggak enak buat saya. Jadi enggak ada istilah lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati. Big No dua-duanya.

Jadi, setelah BPJS diaktifkan, suami mengubah faskes satu ke dokter pribadi yang dekat dengan rumah, letaknya di kompleks Cipta Graha. Sebelumnya di klinik kesehatan, sih. Berhubung saya mau kuret, suami dan saya meminta rujukan dari dokter yang dekat rumah.

Pukul 16.00 WIB, saya ke sana dengan suami. Meski ada tulisan buka di rumah praktiknya, ternyata dokternya enggak di tempat. Pembantunya bilang baru ada jam setengah enam mungkin. Saat itu  masih puasa. Saya kasihan aja sama suami kalau terus nunggu di tempat praktik dokter, kan dia mau buka puasa juga.

Akhirnya setelah buka puasa langsung ke tempat praktik dokter faskes satu untuk meminta rujukan.  Setelah bertemu dokternya, saya meminta surat rujukan ke rumah sakit, tapi dokter enggak memberi rujukan. Dia menyarankan agar saya langsung ke bagian IGD RS.

Saya dan suami mengikuti saran dokter untuk langsung ke IGD. Malam itu Kami langsung  ke IGD RS Mitra Kasih, selanjutnya ke Hermina Pasteur karena ternyata prosedur di IGD pun tetap meminta surat rujukan. Gimana mau ngasih rujukan, kalau dokter di faskes satunya juga langsung nyuruh datang ke IGD.

Hal yang bikin saya enggak enak saat di RS Mitra Kasih, ada salah satu perawat IGD yang luar biasa juteknya. Hanya dia aja seorang, sih, yang lainnya memperlakukan saya dengan baik.

Sayang saya enggak lihat namanya siapa. Hanya saja sebagai salah seorang nakes dulunya, sempet agak shock aja ketika ditanya perawat soal keluhannya apa. perawat IGD yang  nanya pake marah-marah soalnya.

Padahal pasien lagi meringis karena pendarahan, eh dianya malah nanya pake enggak sabaran.

"Keluhannya apa?!" Sambil agak tinggi nadanya 
"Ada mules, enggak?" Masih galak juga nanyanya.
"Keluhannya yang kerasa banget sakit pinggang, mules paling dikit." Jawab saya 
"Berarti ada mules, dong! jawabnya lagi-lagi ketus.

'Ya Allah salah saya apa coba sampai dibentak-bentak perawat IGD Mitra Kasih ini.'

Sedih pake banget rasanya. Padahal hati udah geram dan panas sama sikapnya dia. Saya ngelihatin hasil USG sebelum dan terakhir saat di Klinik Handayani. Dia masih jutek juga sama saya.

"Saya enggak nanya yang sebelumnya, yang terakhir aja!"

 Ya Allah, sampai percakapan ini juga dia masih pakai nada tinggi. Dalam hati saya mikir berbagai kemungkinan.

'Teh, Kamu enggak lagi menstruasi, kan, ya?' 
'Beban kerja Kamu berat banget, ya, sampai pasien aja kamu marah-marahin?'

Pertanyaan itu berkelebat dalam pikiran saya. Hanya saja enggak saya tanyain langsung. Lagian sungkan juga nanyanya, nanti saya disemprot lagi sama dia.

Ya Allah, tapi perawat lain biasa aja, kok. Bahkan dokter jaga dari IGD Mitra Kasih masih memperkenalkan diri secara sopan dan bertanya dengan cara yang baik. Teteh perawat yang di IGD harusnya belajar dari dokter ini bagaimana cara berinteraksi dengan pasien.

Kamu ketemu sama seorang blogger, sih, jadi apa yang Kamu lakukan pastinya saya abadikan dalam tulisan saya ini.

Saya jelasin balik. Saya kasih yang sebelumnya biar enggak di diagnosis BO. Di USG sebelumnya udah ada janin ukuran 8cm. Itu kata dokter kandungannya.

Baru aja dia diem, Huft ... saya juga seorang nakes, tapi enggak gitu-gitu amat pas lagi kerja dulu. Saya memang kerja di Lab Swasta yang mengutamakan kenyamanan pasien, tapi pas saya kerja di RS juga enggak gitu juga, loh, ke pasien.

Pasien yang datang ke IGD pasti punya keluhan dan indikasi. Meski pasien umum atau pengguna BPJS punya hak  yang sama untuk diperlukan dengan baik.

Tenyata dari pihak  Mitra Kasih bilang kalau dokter buat nanganin kuret lagi cuti lebaran dan adanya tanggal 28 Mei. Sedangkan saya ke sana tanggal 21 Mei 2020

Kelamaan, deh, kalau ikutin prosedur di RS ini kalau infeksi atau pendarahan enggak berhenti-berhenti gimana?

Saya disarankan untuk ke RS lain. Ya sudahlah kalau gitu. Pasrah aja, deh.
Selanjutnya saya dan suami menuju RS Hermina Pasteur.

Sampai di bagian informasi RS, saya bertanya tentang prosedur kuret di RS kalau pakai BPJS. Saya disarankan dua opsi kalau oleh petugas bagian informasi di Hermina.

Pertama, masuk IGD tapi informasi terkini di IGD Hermina saat itu lagi ada pasien PDP sama ODP, kalau masuk sekarang bakal seruangan sama mereka. Shock bangetlah saya denger ini. Saya jadi enggak mau masuk ke IGD Hermina.  Parnoannya kambuh, deh.

Kedua, kontrol dulu ke poli kandungan, tapi enggak bisa sekarang dan harus besok pagi. Itu pun harus ada rujukan dari faskes satu.

Pilihan kedua juga susah berhubung dokter faskes satu juga enggak bersedia kasih rujukan ke saya. Alasannya langsung aja ke IGD RS. Saya berasa kaya bola ping-pong yang dilempar sana sini.

Akhirnya saya minta ke suami pulang aja. Rasanya lelah dua kali bolak-balik keliling RS, dari Cimahi ke Pasteur. Mending besok aja cari rumah sakit lain pikir saya.

Besok pagi saya ke dokter yang jadi faskes satu, lagi-lagi dia enggak ada di tempat, tapi tulisannya selalu Open di tempat kerjanya.

'Dok, kalau lagi enggak di tempat Closed aja tempat praktiknya. Nanti kalau dokter ada di rumah, baru open lagi. Biar pasien kaya saya enggak bolak-balik terus.'

Lagi-lagi kecewa karena dokternya enggak ada. Harus bolak-balik dong saya ke faskes satu ini. Suami akhirnya nelpon BPJS Kesehatan buat ngajuin keluhan dan minta dikembaliin ke faskes sebelumnya di Klinik Afifa Medika.

Petugas BPJS menyanggupi dan mengubah faskes satu keluarga kami ke faskes sebelumnya karena keluhan saya dan suami yang dari kemarin bolak-balik ke tempat praktik dokter tapi dia enggak ada di tempat selama dua hari ini. Dokternya juga agak sulit diminta rujukan. Padahal urgent banget menurut saya.

Ternyata begini prosedurnya kalau ubah faskes via online. Memang kalau report online dokter "R" jadi faskes satu keluarga Kami.

Setelah suami ubah faskes secara daring, sebenarnya baru aktif sebulan ke depan. Saya dan suami kan enggak paham soal ini. Di sistem BPJS, faskes keluarga kami masih di Klinik Kesehatan Afifa Medika, faskes sebelum minta diubah.

Akhirnya suami minta cancel ubah faskes Karena kurang nyamannya Kami di dokter "R" tadi. Setelah petugas BPJS menerima laporan saya, faskes 1 dikembalikan ke sebelumnya di Klinik Afifa Medika.

Saya pun langsung ke klinik Afifa Medika buat minta pengantar ke RS. Sayangnya begitu di depan klinik ada pemberitaan bahwa Klinik tutup sementara waktu dan baru buka kembali pada tanggal 01 Juni 2020.


Ya Allah ... gimana ini? Ke IGD kemarin-kemarin aja ditanyain mana rujukannya. Sedangkan faskes satunya tutup. Dilema lagi pandemi dan jelang lebaran harus ke RS buat kuret.

Akhirnya saya minta suami buat coba RS lain yaitu ke RS Melinda dan RS Santosa. Lagi-lagi ditolak RS Melinda bilang enggak mengcover BPJS buat kuret dan ke RS Santosa enggak bisa nanganin langsung harus ada rujukan dari faskes dan RS lain.

Harus gimana lagi saya? Udah keliling empat RS di Cimahi juga Bandung tapi belum ada hasil. Apa saya harus membiarkan keadaan ini?

Ya Allah ... tolong beri kemudahan bagi saya yang mau kuret saat jelang lebaran dan lagi pandemi seperti ini.

Jadi gimana ini, ya? Saya kan ngaktifin BPJS biar terpakai buat kuret, kalau nungguin faskes buka harus nunggu awal bulan, dong? Sedangkan saya harus segera di kuret, khawatir pendarahan terus dan takut ada infeksi juga.

Selanjutnya saya akan bercerita tentang proses kuret dan kontrol pasca kuret yang saya alami. Part selanjutnya setelah ini, ya.

Ternyata curhatan saya panjang juga, ya. Masyaallah kalau curhat, tenyata bisa  ngalir begini. Moga yang baca enggak bosen, ya.

Beginilah memang kondisi pelayanan kesehatan di negara Kita yang masih harus berbenah. Semoga ke depannya lebih baik lagi dan tak mengecewakan pasien seperti yang saya alami kemarin.



Salam,





Semua Terkena Dampak COVID-19, Begini Cara Meraih Hikmah dan Keseimbangan Hidup

Pengaruh Covid-19 dalam kehidupan,
via freepik.com

COVID-19 telah menjadi pandemi yang punya pengaruh dan dampak terhadap berbagai aspek dalam kehidupan.  Saya menemukan keseimbangan hidup dan meraih hikmah melalui berbagai cara yang akan saya bagikan di sini .

Tak bisa dipungkiri bahwa semua terkena dampaknya, mulai dari kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat bahkan hampir semua negara mengalami dampak COVID-19.

Kini, keadaan sudah tak lagi sama seperti beberapa bulan yang lalu, sekarang setiap kali keluar rumah karena suatu keperluan mendesak, misalnya mencari bahan makanan menjadi kekhawatiran tersendiri apalagi saat berada di public space, seperti supermarket dekat rumah atau saat mengambil uang di atm. Saya percaya semua pasti ada hikmahnya, tak ada sesuatu pun yang sia-sia.


Hikmah di tengah Pandemi COVID-19 ala Catatan Leannie


Tak ada kejadian yang sia-sia, semua pasti ada hikmahnya. Meski, dalam keadaan teberat sekali pun. Setidaknya ada beberapa hikmah yang saya rasakan di tengah Pandemi COVID-19 ini. Bagaimana dengan Sahabat Catatan Leannie?


1.Rajin menjaga kesehatan dan kebersihan 


Rutin mencuci tangan
Rutin mencuci tangan,
via Pixabay.com/ivabalk

Kebiasaan baik ini akhirnya membuat semua orang peduli tentang kesehatan dan kebersihan. Rajin mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer saat berada di luar menjadi suatu keharusan.

Meski sempat di awal social distancing, beberapa stok makanan, multivitamin, hand wash juga hand sanitizer kosong juga. Setelah hampir sebulan, akhirnya stok di supermarket terdekat kembali tersedia. Syukurlah saya masih kebagian stoknya.


2. Menghabiskan waktu penuh bersama keluarga


Stay at home
Stay at home, via freepik.com


Stay at home dan social distancing  membawa banyak perubahan. Di rumah saja menjadi sesuatu yang berharga. Bahagia rasanya menghabiskan waktu penuh bersama keluarga.

Mengajarkan anak full time belajar di rumah  menjadi pengalaman baru buat saya yang anaknya baru masuk PAUD sebulan sebelum anjuran social distancing dan stay at home.

Belajar di rumah
Belajar di rumah, via dokumentasi pribadi


3. Bersyukur atas nikmat sehat


Berdoa dan bersyukur
Berdoa dan bersyukur, via freepik.com

Sehat adalah nikmat yang sangat berharga. Ketika sakit, seringkali orang merasa bahwa sehat itu ternyata nikmat yang harus disyukuri dan dijaga juga. Mengatur pola makan sehat menjadi salah satu ikhtiar menjaga kesehatan. Berdoa juga merupakan salah satu wujud rasa syukur pada-Nya.


4. Mencoba berbagai resep JSR dari bahan alami


Resep JSR untuk Batuk
Resep JSR untuk Batuk Berdahak,
via instagram.com/@rhosa_liena

Sejujurnya saya pernah merasakan rasa kekhawatiran yang berlebih saat diri sendiri mengalami, flu, batuk, juga alergi saat awal ditetapkannya social distancing. 

Sebagai upaya pengobatan saya memilih bahan alami rempah-rempah yang diracik menjadi resep JSR ala dr Zaidul Akbar.


Baca juga : Resep alami untuk Batuk, Flu, dan Alergi ala dr Zaidul Akbar


5. Memasak untuk keluarga dan mengurangi jajan di luar

Memasak untuk keluarga
Memasak untuk keluarga, via freepik.com


Sesekali menjadi IRT kadang ada rasa bosan dengan aktivitas harian yang berulang alhamdulillah sudah mulai menerima keadaan meski perlu proses untuk sampai ke tahap ini. Dulu sebelum nikah mikirnya kalau enggak masak, ya, beli aja, kan banyak yang jual makanan.

Namun kenyataannya memasak sendiri tenyata punya berbagai sisi positif. Selain, memastikan mengolah bahan makanan dengan bersih, mengontrol penambahan msg atau bahkan tanpa menambahkan sama sekali Msg atau penyedap rasa.

Berhubung saya pengen menerapkan pola hidup sehat, saya perlahan mengurangi bahkan tidak menambahkan sama sekali penyedap rasa yang selama ini familiar di lidah. Pengennya sih ngejalanin JSR atau Food Combining, cuman penerapannya masih menyesuaikan.


6. Mencari peluang usaha atau bisnis baru 


Jajanan Papi Martin
Bisnis kuliner keluarga,
via dokumentasi pribadi

Virus Corona ini memang berdampak dan berpengaruh terhadap kondisi ekonomi. Suami memang punya visi ke depan yang cukup baik, sehingga Kami akhirnya memutuskan untuk mencari peluang usaha atau bisnis baru di bidang kuliner jelang Ramadan ini. Berharap ke depannya bisa membuka lapangan kerja baru untuk dan impian mengunjungi tanah suci bisa terwujud.



7. Peka terhadap lingkungan dengan menjaga sikap dan lisan 


Stay at home and stay safe, via freepik.com


Keadaan atau situasi sekarang membuat orang merasakan kecemasan bahkan agak sensitif juga. Cobalah bersikap peka terhadap lingkungan dan kondisi sekitar dengan menjaga sikap dan lisan.

Jangan meyebar hoax di masyarakat, cobalah memilah informasi di tengah maraknya pemberitaan di masa sekarang ini. Stay at home dan stay safe, ya, buat semuanya.


Cara Menemukan Keseimbangan Hidup Versi Catatan Leannie


Keseimbangan hidup
Relaksasi dan keseimbangan hidup,
via freepik.com

Keadaan yang tak menentu, kapan virus Corona ini berlalu membuat kecemasan meningkat di masyarakat. Bahkan saya sendiri pun sempat mengalaminya.

Kecemasan atau Anxiety merupakan salah satu respon terhadap suatu kejadian, hal ini menjadi salah satu indikator kesehatan mental. Begini cara saya menemukan Keseimbangan hidup di tengah pandemi COVID-19.

✅ Acceptance atau penerimaan dalam hidup


✅ Pausing atau rehat sejenak


✅ Relaksasi dan melepaskan kekhawatiran 


✅Affimasi positif terhadap diri


✅Bersyukur dalam setiap keadaan


Hal pertama yang perlu dilakukan adalah acceptance atau penerimaan terhadap keadaan. Jika masih ada rasa kekhawatiran, cobalah pausing  atau rehat sejenak, bisa dengan mengurangi informasi terkait virus Corona yang meresahkan.

Cobalah relaksasi untuk mengurangi tingkat stress dengan tarik napas sejenak untuk melepaskan kekhawatiran. Affirmasi positif terhadap diri sendiri terlebih dahulu agar emosi lebih stabil. Katakan pada diri bahwa saya bisa menghadapi situasi ini dan keadaan akan membaik setelah pandemi berlalu.

Saat sudah bisa menerima keadaan, hati yang lapang akan mudah merespon keadaan sebagai tanda bersyukur terhadap setiap keadaan.

Meski, saya pribadi tidak tahu kapan pandemi COVID-19 berakhir, mari tetap dukung upaya pemerintah dalam mencegah penyebaran virus Corona. Lakukan pencegahan dan lindungi keluarga dengan memperkuat sistem imun tubuh.

Semua merasakan pengaruh dan dampak COVID-19, temukan hikmah dan keseimbangan hidup seperti yang saya lakukan agar emosi lebih stabil di tengah pandemi ini. Semoga semua Sahabat Catatan Leannie diberi kesehatan dan keberkahan. Aamiin.



Salam, 



#BPNRamadan2020
#BPNChallengeday2