Showing posts with label Kesehatan. Show all posts
Showing posts with label Kesehatan. Show all posts

Menjaga Kualitas Tidur, Kunci Produktivitas dan Hidup Sehat

 

Kualitas tidur, produktivitas dan hidup sehat
Kualitas tidur, produktivitas dan hidup Sehat, via freepik.com



Menjaga kualitas tidur ternyata menjadi kunci produktivitas dan hidup sehat. Pernah engga merasa kurang bersemangat, mudah lelah, badmood di pagi hari karena kurang tidur semalam? 


Saya pernah mengalami hal ini. Biasanya saya akan ikut tertidur di malam hari saat menemani anak tidur dan terbangun di tengah malam. Nah, setelah ini saya merasa kesulitan untuk tidur kembali sampai keesokan harinya.


Siapa yang mengalami masalah gangguan tidur juga? Suami saya tipe yang engga bisa tidur awal, dia tidurnya lewat dari tengah malam terus. Kami berdua sama-sama punya gangguan tidur. Masalah gangguan tidur ini punya pengaruh terhadap kesehatan dan produktivitas. 


Saya berkesempatan mengikuti webinar kesehatan pada hari jumat tanggal 18 Juni 2021, tentang "Kesehatan dan Produktivitas dimulai dengan Tidur yang Berkualitas," yang diselenggarakan oleh Deltomed dan komunitas IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis).


Webinar Kesehatan
Webinar IIDN x Deltomed,
via instagram.com/@ibuibudoyannulis


Webinar ini dipandu oleh Sara Neyrhiza dengan narasumber Dr (Cand) dr Inggrid Tania, MSI, Herbal, ketua umum PDPOIJI (Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisonal dan Jamu Indonesia. Selain itu ada juga apt. Drs Victor S. Ringoringo, S.E., M.Sc. (Chief Business Development dan R&D PT Deltomed Laboratories)

 

Webinar Kesehatan
Host dan narsum webinar IIDN x Deltomed
via dokumentasi webinar



Peserta webinar kesehatan
Peserta webinar IIDN x Deltomed,
via dokumentasi webinar


Pengaruh kualitas tidur terhadap kesehatan


Kualitas dan kuantitas tidur
Kualitas dan kuantitas tidur,
via Photocollage


Materi pertama disampaikan oleh Dr (Cand) dr Inggrid Tania, MSI, Herbal, ketua umum PDPOIJI (Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisonal dan Jamu Indonesia mengenai "Peran Herbal dalam Memperbaiki Kualitas Tidur."


Tentunya tidur yang berkualitas menjadi dambaan tiap orang. Betapa nyamannya bisa tidur lelap dan terbangun di pagi hari dengan fresh. Sebenarnya berapa lama sih waktu tidur yang ideal? Hal ini berkaitan dengan kualitas dan kuantitas tidur Kita. Mari Kita bandingkan perbedaan keduanya.


✓ Kuantitas Tidur

Kebanyakan orang dewasa membutuhkan 7-9 jam di malam hari, tetapi kebutuhan kuantitas Tidur setiap individu tentu saja berbeda. Ada yang butuh 6 jam, bahkan 10-11 jam waktu tidur di malam hari


✓ Kualitas Tidur

Pernah dengar ungkapan, "Sleep quality refers to how well you sleep?" 


Jadi tidur yang berkualitas itu misalnya dapat tertidur dalam waktu 30 menit atau kurang, tidur di malam hari tanpa terbangun tengah malam, atau bisa jadi terbangun sekali saat malam dan kemudian dapat melanjutkan tidur setelah 20 menit setelah terbangun.



Kualitas tidur dan kesehatan


Kualitas tidur dan kesehatan
Kualitas tidur dan kesehatan,
via Photocollage


Gangguan tidur dapat menimbulkan dampak buruk, loh, karena ternyata kurangnya kualitas atau kuantitas tidur berpengaruh terhadap kesehatan. Efeknya bisa terjadi hal-hal seperti berikut ini:


1. Menurunkan sistem imun atau imunitas tubuh

2. Menurunkan fungsi kognitif dan working memory sebesar 38 %

3. Mengalami moodieness atau depresi

4. Kemungkinan mengalami kecelakaan semakin besar

5. Berpengatuh terhadap kesehatan kulit, yaitu terjadi penuaan dini

6. Kebiasaan makan lebih buruk karena cenderung mengkonsumsi junk food atau makanan yang tidak sehat.


Diantara kualitas dan kuantitas tidur, manakah yang lebih berpengaruh terhadap kesehatan? Ternyata jawabannya "Quality over Quantity." 


Menurut US National Sleep Foundation, kualitas tidur lebih dominan dibandingkan kuantitas tidur, karena menjadi indikator terhadap mood dan kepuasan hidup.


Masalah gangguan tidur yang dialami masyarakat umumnya adalah insomnia. Insomnia adalah ketidakmampuan menjaga atau mempertahanan kuantitas dan kualitas tidur yang baik. Sekitar 1 dari 3 orang di dunia mengalami insomnia dalam derajat yang bervariasi. 


Saat kurang tidur, dapat menyebabkan seseorang terkena penyakit. Hal ini berkaitan dengan sistem innate daya tahan tubuh. 


Pada saat tidur lelap, Interleukin-1, Tumor Necrosis Factor (TNF), dan Natural Kill Cell (NKC) akan tinggi dalam darah, dan menurun ketika bangun tidur. Hal ini menunjukkan bahwa tidur yang berkualitas akan meningkatkan daya tahan tubuh.


Di masa pandemi seperti sekarang ini, berdasarkan survei SleepHelp.org, sebanyak 22 % masyarakat menyatakan bahwa kualitas tidurnya memburuk karena stress, ketakutan, dan kecemasan terhadap Covid-19.


Gangguan tidur karena pandemi
Gangguan tidur akibat Pandemi,
via Photocollage


Baca juga : Berbeda dengan flu biasa, inilah Pandemi Covid-19 yang menyita perhatian dunia

Penyebab gangguan tidur


Penyebab masalah tidur
Penyebab gangguan tidur,
via Photocollage


Ada beberapa hal yang menjadi penyebab gangguan tidur, diantaranya :

a. Gangguan fisik, seperti sakit kepala, nyeri sendi dan nyeri perut

b. Isue medis

c. Gangguan psikologik dan psikiatrik, seperti stress, depresi, dan anxietas

d. Gangguan lingkungan, seperti lampu kamar terlalu terang atau suara berisik,

e. Genetik

f. Penuaan atau faktor usia yang dialami lansia berusia 65 tahun ke atas

g. Obat-obatan, seperti obat hipertensi, anti depresi, dan yang mengandung kafein

h. Bekerja di malam hari, karena aktivitas ini berlawanan dengan biological clock.



Memperbaiki kualitas tidur dengan Antangin Good Night


Kandungan herbal dan kualitas tidur
Bahan herbal membantu kualitas tidur,
via Photocollage


Kualitas tidur yang baik berperan penting dalam produktivitas dan kesehatan terutama di tengah pandemi seperti sekarang ini. Dengan tidur yang berkualitas, produktivitas dan daya tahan tubuh meningkat.


Ada beberapa tips yang disampaikan dr Inggrid untuk menjaga kualitas tidur, diantaranya mematikan televisi atau komputer, olahraga, tidur dengan suasana atau pencahayaan yang gelap, meditasi, makan makanan yang mengandung Zinc juga magnesium, membaca buku, mengurangi konsumsi kafein, dan mandi dengan menggunakan air hangat.

 

Cara lainnya untuk memperbaiki kualitas tidur adalah dengan menggunakan bahan-bahan herbal diantaranya Passion Flower, Valerian, dan Gingger (Sari Jahe). Ketiga bahan herbal ini terkandung dalam produk barunya Antangin Good Night dari Deltomed Laboratories.


Khasiat Antangin Good Night
Khasiat Antangin Good Night,
via instagram.com/@antangin_id


Antangin Good Night dari Deltomed ini sudah ada logo halal dan punya izin BPOM. PT Deltomed sendiri sudah terstandarisasi ISO 9001 : 2015. Jadi engga usah ragu lagi akan kualitas dan jaminan mutunya. 


Antangin Good Night menggunakan berbagai bahan herbal seperti Passion Flower, Valerian, dan Gingger (Sari Jahe) dan bahan alami lainnya.


Kandungan Antangin Good Night
Kandungan Antangin Good Night,
via Photocollage


Passion Flower dan Valerian ini berkhasiat untuk menenangkan dan membantu kualitas tidur  menjadi lebih baik serta pulas. Sari Jahe dalam kandungan Antangin Good Night juga efektif mengatasi masuk angin dan menghangatkan badan. Dosis yang digunakan adalah 2- 4 tablet sebelum tidur.


Khasiat Antangin Good Night
Khasiat Antangin Good Night,
via Photocollage


Antangin Good Night ini dapat diperoleh secara online di Deltomed Store Official seperti Tokopedia, Shopee, Blibli, Lazada, dan JD.ID. Untuk pembelian secara offline bisa lewat apotek atau toko obat retail, ya. 


Ingat, ya, tidur berkualitas atau menjaga kualitas tidur menjadi kunci produktivitas dan awal tubuh yang sehat. Buat yang punya gangguan tidur, Antangin Good Night bisa dijadikan solusinya. Bagaimana dengan Sahabat Catatan Leannie, sudahkah kualitas tidurnya baik selama ini? 



Salam,










Hindari Stigma Negatif, Begini Penanganan Kusta saat Pandemi

 

Hindari Stigma Negatif Kusta
Penyakit Kusta, via halodoc.com


Indonesia masih belum bebas kusta, bahkan menjadi negara dengan total kasus kusta terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan India. Penderita kusta banyak mendapatkan stigma negatif dari masyarakat, padahal ada berbagai cara untuk mencegah dan mengobati kusta, terlebih saat pandemi seperti sekarang ini.


Meski sudah ada target Indonesia bebas kusta tahun 2020, namun kenyataanya ada delapan provinsi endemis kusta, diantaranya Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Penyebabnya daerah tersebut sulit dijangkau dan masih tertinggal sehingga kesulitan untuk mengakses informasi. 


Selain itu, kusta juga menyerang masyarakat yang tidak mampu dan asupan gizi yang kurang sehingga daya tahan tubuhnya melemah dan mudah terjangkit kusta. Target untuk memberantas kusta di tahun 2020 mendapat tantangan karena pandemi, namun bukan berhenti begitu saja.



Mengenal Kusta


Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Kusta dapat menyerang kulit,  selaput lendir pada saluran pernapasan atas, sistem saraf perifer, serta mata. Kusta dapat menyebabkan luka pada kulit, kerusakan saraf, melemahnya otot, dan mati rasa.


Kusta atau lepra ditandai dengan rasa lemah atau mati rasa di tungkai dan kaki, lalu diikuti munculnya lesi pada kulit. Kusta atau lepra disebabkan oleh infeksi bakteri yang dapat menyebar lewat percikan ludah atau dahak yang keluar saat batuk atau bersin.


Seseorang dapat tertular kusta jika kontak dengan penderita dalam waktu yang lama. Seseorang tidak akan tertular oleh penyakit kusta karena bersalaman, duduk bersama, atau hubungan seksual. Kusta juga tidak ditularkan dari ibu ke janin yang dikandungnya.


Bakteri ini membutuhkan waktu 6 bulan hingga 40 tahun untuk berkembang di dalam tubuh. Tanda dan gejala kusta bisa saja muncul 1 hingga 20 tahun setelah adanya infeksi bakteri pada tubuh penderita.


Bakteri ini dapat tumbuh pesat pada bagian tubuh yang bersuhu lebih dingin seperti tangan, wajah, kaki, dan lutut. Apabila terlambat diobati bisa menyebabkan cacat tubuh atau disabilitas, seperti jari membengkok, luka, atau bahkan putus, mata tidak menutup dan kaki melemah.



Faktor Risiko Penyakit Kusta


Ada beberapa faktor  risiko yang mengakibatkan seseorang terkena penyakit Kusta, di antaranya:

1. Melakukan kontak fisik dengan hewan penyebar bakteri kusta tanpa memakai sarung tangan

2. Tinggal di daerah endemik kusta

3. Mempunyai kelainan genetik yang berakibat terhadap sistem kekebalan tubuh



Stigma Negatif atau Mitos tentang Kusta


Penyakit Kusta masih ditakuti masyarakat karena dianggap menular dan sulit disembuhkan. Bahkan, orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) terisolir dari dunia luar, padahal penyakit ini bisa dicegah dan diobati jika dilakukan penanganan yang benar.


Ada beberapa stigma negatif atau mitos tentang kusta yang masih dipercayai masyarakat, meski hal tersebut hanya tidak benar. Stigma negatif atau mitos kusta tersebut diantaranya :


1. Kusta adalah sebuah kutukan


Penyakit kusta bukanlah kutukan, karena penyebabnya adalah infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Infeksi bakteri ini ke dalam tubuh melalui permukaan kulit atau lendir saluran pernapasan.


2. Kusta membuat jari kaki dan tangan menghilang


Orang dengan penyakit kusta, biasanya jari tangan dan kaki mereka tidak normal. Hal itu disebabkan infeksi bakteri di bagian jari tangan maupun kaki yang menyebabkan jari tangan maupun kaki menjadi kaku dan akhirnya mati rasa.


3. Kusta mudah menular dan mewabah


Kusta memang bisa menular, tapi penularannya tidak mudah. Jika saat ini seseorang kontak dengan orang yang punya penyakit kusta, 2 sampai 3 tahun bahkan 10 tahun lagi kemungkinan muncul penyakit ini, namun dengan daya tahan tubuh yang kuat, mampu terhindar dari penyakit ini.


4. Kusta tak akan bisa disembuhkan


Kusta bisa disembuhkan meski dalam waktu yang lama dan pengobatan teratur. Biasanya penderita kusta akan mendapatkan antibiotik khusus untuk mematikan bakteri sekitar 6-24 bulan.


5. Penderita kusta harus dikucilkan masyarakat


Dengan berjabat tangan atau melakukan kontak fisik lainnya dengan pemderita kusta, tak akan langsung terkena kusta. Terlebih  jika penderita kusta itu sudah melakukan pengobatan, maka penyakitnya sudah tidak menular.


Orang dengan penyakit kusta  membutuhkan dukungan dari orang-orang sekitarnya saat menjalani pengobatan, bukan untuk dikucilkan 


6. Kusta hanya bisa menyerang lansia


Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, meskipun usianya masih muda.  Namun, memang bakteri penyebab kusta memiliki masa inkubasi yang lama, sehingga baru akan menimbulkan penyakit setelah sekian lama. Jadi, kebanyakan baru terdeteksi ketika sudah memasuki usia yang tidak muda.



Ketahui Pencegahan Penyakit Kusta


Lebih baik mencegah daripada mengobati, bukan? Upaya pencegahan diharapkan bisa menekan penambahan jumlah penderita kusta di Indonesia. Sampai sekarang belum ada vaksin untuk pencegahan kusta. 


Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat merupakan cara terbaik untuk mencegah komplikasi dan penularan penyakit meluas. Selain itu, hindari juga kontak dengan hewan pembawa bakteri kusta sebagai upaya untuk mencegah kusta.


Pandemi belum juga usai, tetap jalankan prokes seperti memakai masker, jaga jarak, mencuci tangan dengan air mengalir, sabun atau antiseptik pun ikut menurunkan risiko terkena berbagai penyakit, termasuk kusta.


Masyarakat perlu berperan serta untuk menanggungi kusta. Adanya gerakan terpadu dari pemerintah bertujuan untuk memberi pemahaman tentang penyakit kusta pada masyarakat, terutama di daerah endemik.


Hal ini menjadi langkah penting untuk mendorong para penderita agar memeriksakan diri dan mendapatkan pengobatan. 


Pemberian informasi ini juga diharapkan dapat membuat masyarakat menjadi lebih paham dan berhenti memberi stigma negatif tentang kusta dan diskriminasi terhadap penderita kusta.


Pada tanggal 31 Mei 2021, saya mengikuti Youtube Live di Ruang Publik KBR yang berkolaborasi dengan NLRI tentang "Geliat Pemberantasan Kusta dan Pembangunan Inklusif Disabilitas di Tengah Pandemi."


Talkshow tentang Kusta
Talkshow tentang Kusta,
via dokumentasi pribadi


Tantangan dalam pemberantasan Kusta saat pandemi


Talkshow "Geliat Pemberantasan Kusta dan Pembangunan Inklusif Disabilitas di Tengah Pandemi" ini dibawakan oleh Host Ines Nirmala dan dua orang narsum yaitu Bapak Komarudin, S.Sos,M.Kes dari Wakil Supervisor Kusta Kan Bone dan Bapak DR Rohman Budijanto, SH,MH. dari Direktur Eksekutif The Jawa Post Pro Otonomi JPIP Lembaga  Nirlaba Jawa Pos yang bergerak di bidang otonomi daerah.


Geliat Pemberantasan Kusta
Geliat Pemberantasan Kusta,
 Ruang Publik KBR


Target Indonesia bebas kusta tahun 2020 yang lalu, menjadi tantangan karena ada pandemi Covid-19. Namun, upaya pemberantasan kusta yang mengalami hambatan terkait pandemi ini bukan berarti terhenti.


Ada beberapa program pemerintah yang menjadi target belum terlaksana karena saat pandemi ada larangan untuk pengumpulan masa, meskipun itu untuk penanggulangan penyakit kusta.


Menurut Bapak Komarudin, berdasarkan temuan kasus kusta di Bone pada tahun 2020, jika dibandingkan dengan tahun 2019 terjadi penurunan dari 195 kasus menjadi 140. Terjadi penurunan sebanyak 55 orang atau 28%.


Penurunan karena pandemi ini salah satunya disebabkan pihak dinkes tidak bisa mengadakan kunjungan langsung ke masyarakat karena pandemi. Kemungkinan penemuan kasus pun berkurang.


Upaya deteksi dini penyakit kusta di masyarakat ini mengalami hambatan karena tenaga kesehatan tidak diperbolehkan bertemu masyarakat, terutama di awal pandemi. Namun, program pemberantasan kusta ini harus tetap dilanjutkan dan tak boleh terhenti agar penyebaran penyakit tidak meluas. 


Namun, kini para kader atau bidan desa melakukan pendataan langsung ke masyarat dengan memakai APD dan memperhatikan protokol kesehatan. Selanjutnya ditindaklanjuti pihak puskesmas dengan melakukan pemeriksaan pada pasien di rumah, Balai desa atau di Puskesmas.


Prevelensi kusta di tahun ini selama masa pandemi mengalami penurunan menjadi 1.7 % per 10.000 penduduk. Padahal, sebelum pandemi prevelensi kusta ini tidak pernah lebih dari 2 %. 


Sepanjang sejarah di Kab Bone selama 20 tahun terakhir prevelensi kusta sebesar 2.5 % per 10.000 penduduk. Kemungkinan penemuan kasus berkurang karena pandemi.


Penularan, deteksi awal, dan penanganan penyakit Kusta


Penularan kusta ini mirip Covid-19, yaitu lewat air liur, sputum atau dahak, droplet, tetapi perbedaannya efek Covid-19 dapat menyerang organ dalam sedangkan kusta kondisi fisiknya lebih terlihat sehingga mudah diidentifikasi.


Program kerja Pemerintah Bone untuk pemberantasan kusta ini bekerja sama dengan pihak puskesmas, diantaranya :

1. Pemberian obat kusta Kemoprofilaksis

2. Pemeriksaan penderita kusta secara berkelanjutan

3. Survei atau pemeriksaan anak di sekolah

4. Kampanye tentang eliminasi kusta yang melibatkan kader juga bidan desa.


Deteksi awal gejala kusta biasanya sulit untuk ditemukan, namun saat adanya kelainan kulit, dilakukan pemeriksaan untuk memastikan diagnosis kusta. 


Tidak ada kebiasaan yang bisa menyebabkan kusta tetapi penularan kusta terjadi karena adanya penderita kusta yang tidak atau terlambat berobat yang berpotensi menularkan pada keluarga maupun tetangga. 


Berdasarkan survei, dari 100 orang ternyata 95 % tidak mudah terkena kusta, sedangkan yang 5%, terjangkit kusta. 


Penularan dari penderita kusta tergantung kekebalan tubuh juga. Meski kusta ini penyakit menular, tetapi penderita kusta pun perlu mendapat perhatian dan dukungan. 


Penyakit kusta bisa menyebabkan kecacatan, tetapi hal ini bisa bisa dicegah jika penderita kusta selalu memeriksakan tangan, mata, dan kaki. 


Penderita perlu mengecek apakah ada luka pada tangan, cek juga apakah matanya berkabut atau kaki mengalami mati rasa? Penderita juga perlu secepatnya berobat dan melakukan perawatan diri. 


Jika ada luka pada kaki, perawatannya yaitu merendam dengan air, bersihkan, dioles dan dibalut. Lakukan perawatan ini secara teratur sampai luka bisa sembuh. Perlu juga terus berobat dan dilakukan monitoring untuk memantau kesehatan pasien.


Solusi yang dilakukan pemerintah Bone dalam rangka pemberantasan kusta yaitu dengan mengadakan penyuluhan di desa maupun sekolah. Selain itu mengajak masyarakat untuk melakukan protokol kesehatan sesuai kondisi sekarang yang belum bebas dari pandemi.


Baca juga : Dampak Covid-19 dan cara meraih keseimbangan hidup



Kesetaraan disabilitas dalam bekerja dan berkarya


Talkshow tentang Kusta
Kesetaraan disabilitas dalam Jawa Post,
Ruang Publik KBR


Dalam Talkshow tentang "Geliat Pemberantasan Kusta dan Pembangunan Inklusif Disabilitas di Tengah Pandemi" Bapak DR Rohman Budijanto, SH,MH. dari Direktur Eksekutif The Jawa Post Pro Otonomi JPIP Lembaga  Nirlaba Jawa Pos yang bergerak di bidang otonomi daerah berbicara tentang isu inklusifitas tidak boleh diabaikan.


Dalam ruang intrinsik Jawa Post, isu inklusifitas ini memang tidak pernah secara spesifik dikampanyekan, namun pihak Jawa Pos sendiri tak pernah melakukan diskriminasi atau membeda-bedakan saat rekruitmen atau penerimaan kerja.


Pihak Jawa Post memberi ruang untuk bekerja dan berkarya. Jawa Post mempekerjakan difabel yang mengalami bibir sumbing menjadi editor yang kompeten, ada juga layouter yang kakinya cacat, alih bahasa yang badannya cebol. Semua itu bukan halangan bagi difabel untuk bekerja selama mereka memiliki kompetensi yang baik.


Stigma buruk bagi penderita kusta juga perlu diperbaiki. Sekecil apapun jumlah penderita kusta mereka tetap warga negara Indonesia yang berhak mendapatkan pengobatan, perhatian, bukan untuk dikucilkan. 


Mereka bisa diajarkan berbagai keterampilan agar bisa tetap semangat untuk sembuh dan menjalani hidup lebih baik. Selain itu mereka juga bisa diajarkan untuk berbisnis online agar tidak khawatir bertemu dengan orang lain secara langsung.


Mari peduli terhadap kusta dengan hindari stigma negatif tentang mereka. Kusta juga bisa dicegah, diobati dan berpotensi untuk sembuh. Harapan Kita semua, semoga nantinya Indonesia akan benar-benar bebas dari kusta.




Salam,




Mengenal Imunoterapi, Kemajuan Teknologi Terkini untuk Kalahkan Kanker

Teknologi terkini Imunoterapi Kanker
Imunoterapi Kanker, sumber nova.grid.id

Mendengar kata kanker masih menjadi hal yang menakutkan apalagi ternyata kasus kanker ini menjadi penyebab kematian terbanyak kedua di dunia. Seiring kemajuan teknologi, kini ada metode pengobatan terbaru, yaitu Imunoterapi untuk kalahkan kanker.

Imunoterapi merupakan sebuah inovasi yang menjadi harapan baru agar kualitas hidup penyintas kanker menjadi lebih baik.

Kanker merupakan penyakit yang disebabkan adanya pertumbuhan sel abnormal yang  tumbuh tidak terkendali dalam tubuh sehingga dapat merusak sel normal disekitarnya dan di bagian tubuh lainnya.

Kanker merupakan penyakit kronis yang menjadi salah satu hal yang menyebabkan kematian jutaan penduduk yang ada  di dunia.  Tahun 2018 yang lalu , ada 18,1 juta kasus baru kanker di dunia dengan angka kematian sebesar 9,6 juta.

Di Indonesia, kanker merupakan penyebab kematian kedua penyakit tidak menular. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi kanker di Indonesia mengalami peningkatan dari 1,4 per 1.000 penduduk di 2013 menjadi 1,8 per 1.000 penduduk pada 2018. Di Indonesia, jenis kanker yang menyebabkan kematian terbanyak pada pria adalah kanker paru-paru, sedangkan pada wanita adalah kanker payudara.


Pengertian, Penyebab, dan Gejala Kanker


Pengertian Kanker, Penyebab Kanker, Gejala Kanker
Penderita Kanker, sumber Liputan6.com

Penyakit Kanker merupakan penyakit yang menyebabkan kematian, karena pada  tahapan awal perkembangannya tidak menimbulkan gejala sehingga baru diketahui dan diobati setelah stadium lanjut.

Penyebab kanker ini  disebabkan adanya perubahan atau  mutasi genetik pada sel yang membuat sel menjadi abnormal. Sebenarnya, tubuh memiliki mekanisme sendiri untuk menghancurkan sel abnormal, namun kegagalan dalam. mekanisme  ini akan membuat sel abnormal tumbuh secara tidak terkendali.

Ada beberapa faktor  yang dapat meningkatkan risiko kanker diantaranya :
✓Memiliki riwayat penyakit kanker dalam keluarga

✓ Usia di atas 65 tahun

✓ Merokok

✓Terpapar radiasi, zat kimia seperti  asbes atau benzene atau sinar matahari

✓Terinfeksi virus, seperti hepatitis B, hepatitis C, dan HPV

✓Terpapar hormon dalam kadar tinggi atau jangka yang panjang

✓ Obesitas

✓Tubuh kurang bergerak dan tidak rutin melakukan olahraga

✓ Menderita penyakit yang menyebabkan inflamasi kronis atau peradangan jangka panjang, seperti kolitis ulseratif

✓Menurunnya sistem kekebalan tubuh, contohnya pada penderita HIV/AIDS.

Gejala kanker ini bervariasi tergantung jenis dan organ tubuh yang terkena kanker.  Gejala yang dialami penderita  kanker diantaranya:

✓ Muncul benjolan,

✓ Nyeri di salah satu bagian tubuh,

✓ Pucat, lemas, dan cepat lelah,

✓ Penurunan berat badan yang drastis,

✓Gangguan buang air atau buang air besar,
 
✓ Batuk kronis,

✓ Demam yang terus berulang,

✓Memar atau mengalami pendarahan spontan

Pasien dengan memiliki gejala di atas, perlu berkonsultasi dengan dokter untuk penanganan dan pengobatan  yang tepat.


Mekanisme Tubuh terhadap Kanker

Mekanisme Tubuh terhadap Kanker
Mekanisme tubuh terhadap kanker,
sumber kalahkankanker.com

Pada kondisi normal, sistem imun dalam tubuh berfungsi  mendeteksi dan menghancurkan sel “asing”  atau abnormal dengan mengerahkan pasukan sel T.

Cara kerja sistem imun dalam tubuh terdiri dari 3 tahapan, diantaranya:

MENCARI: Sel T mencari semua hal yang menimbulkan bahaya bagi tubuh

MEMINDAI: Sel T memindai sel-sel untuk membedakan sel yang normal dan abnormal atau asing

MENYINGKIRKAN: Saat terdeteksi, Sel T menyerang dan menyingkirkan sel abnormal.

Tubuh memiliki siklus imunitas atau siatem kekebalan tubuh dalam melawan kanker yang terdiri dari 7 tahap:

1. Pelepasan Antigen


Siklus ini dimulai dengan pelepasan antigen, yaitu proses ketika sel kanker mati kemudian melepaskan antigen. Pada dasarnya, antigen merupakan potongan protein kecil dari sel kanker yang telah mati.

2. Antigen Presentation


Tahap kedua ini merupakan tahapan ketika antigen diambil oleh antigen presentation cell (sel dendritik), yang membawa antigen ke tempat pembuangan lokal di kelenjar getah bening.

3. Produksi dan Aktivasi Sel T


Pada tahap ketiga, sel dendritik memberikan potongan antigen pada sel T sehingga terproduksi dan teraktivasi.

4. Perjalanan Sel T


Setelah Sel T diaktifkan di tahap ketiga, Sel T ini masuk ke pembuluh darah dan mencari sel kanker.

5. Infiltrasi Sel T ke dalam Tumor


Ketika sel T tiba di lokasi tumor, tugas mereka adalah untuk masuk ke dalam lokasi tumor. Sel T harus dapat menghancurkan dinding pertahanan tumor dan menembus masuk ke dalamnya.

6. Pengenalan Kanker oleh Sel T


Di dalam tumor, terdapat sel-sel kanker yang nantinya akan dikenali oleh sel T yang telah masuk.

7. Sel T Menghancurkan Sel Kanker


Pada tahapan ini, sel T menjadi aktif untuk melawan sel kanker dan mampu menghancurkannya.

Pada kanker terdapat mekanisme untuk mengelabui sistem imun tubuh dengan terbentuknya PD-L1. PD-L1 adalah protein yang ada di permukaan sel kanker dan fungsinya  menjadi faktor penghalang  dalam sistem imun pada tubuh terhadap kanker atau disebut immune checkpoint.

Protein PD-L pada kanker saat berikatan dengan protein lain seperti B7.1 dan PD-1 akan menghambat proses pembentukan dan aktivasi pasukan sel T di kelenjar getah bening sehingga menghalangi proses penghancuran sel kanker oleh sel T.

Metode terbaru pengobatan kanker adalah dengan mengembalikan fungsi sistem imun melalui Imunoterapi Kanker.


Pengobatan Kanker dengan Imunoterapi


Pengobatan dengan Imunoterapi Kanker
Imunoterapi Kanker, metode pengobatan terkini
Sumber kalahkankanker.com

Pengobatan kanker yang banyak dikenal masyarakat adalah kemoterapi, akan tetapi seiring perkembangan teknologi terkini telah ditemukan metode  pengobatan terbaru yang diklaim lebih baik dan efektif dari kemoterapi yang dikenal dengan Imunoterapi kanker.

Pada kemoterapi, cara kerjanya adalah  menyerang semua sel aktif di tubuh,  tak hanya sel kanker saja, tapi juga sel-sel aktif lainnya seperti sel rambut, kuku, atau kulit. 

Sedangkan cara kerja pengobatan imunoterapi adalah mendorong kerja sistem imun atau sistem kekebalan tubuh agar efektif dalam melawan kanker.  

Imunoterapi merupakan sebuah terobosan baru yang menjadi salah satu solusi dan secercah harapan bagi penyintas kanker yang masuk ke Indonesia sejak tahun 2013 yang lalu.

Imunoterapi bertujuan menstimulasi sistem imun untuk secara spesifik menargetkan dan membunuh sel kanker.
Imunoterapi kanker bekerja pada tahapan pembentukan dan aktivasi pasukan sel T pada kelenjar getah bening dan penghancuran sel kanker yang ada di dalam tumor.

Metode Imunoterapi Kanker adalah dengan mengembalikan fungsi sistem imun dengan cara memblokir ikatan PD-L1 dengan protein lain sehingga sel T dapat mengenali sel kanker dan menghancurkannya.

Ada beberapa contoh imunoterapi kanker yang telah dikembangkan antara lain anti PD-L1, anti PD-1, dan anti CTL4.

Saat ini, di Indonesia satu-satunya imunoterapi yang  diterapkan adalah atezolizumab, yang merupakan anti PD-L1 untuk pasien kanker paru dan kandung kemih pada stadium lanjut.

Penelitian membuktikan bahwa kemoterapi dapat meningkatkan harapan hidup kurang lebih 16,7 bulan, sedangkan imunoterapi bisa mencapai 30 bulan. Selain itu, respon pemberian obat imunoterapi ternyata lebih tinggi dibandingkan kemoterapi pada first line atau pengobatan pertama, yaitu
kurang lebih sekitar 70 persen berbanding  40 persen.

Sebagai pencegahan terhadap penyakit kanker, Kamu bisa melakukan berbagai hal seperti cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap rokok, rajin melakukan aktivitas fisik, diet sehat dengan kalori seimbang, istirahat cukup dan kelola stress.

Selain itu hindari paparan sinar matahari secara langsung, gunakan masker di tempat yang penuh polusi udara, lakukan vaksinasi, dan hindari konsumsi alkohol.

Jika ada yang terkena indikasi atau menemukan gejala sakit yang berlanjut, segeralah hubungi dokter untuk penanganan yang paling tepat. Dengan adanya  kemajuan teknologi terkini melalui Imunoterapi diharapkan menjadi secercah harapan baru bagi penyintas kanker. 





Sumber Gambar:

Gambar diambil dari website  kalahkankanker.com, novagrid.id yang diedit dengan Snapseed, dan Liputan6.com.



Artikel ini diikutsertakan dalam Blog Competition “Kalahkan Kanker dengan Imunoterapi."

✓Tulisan yang  saya muat di blog liayuliani.com ini adalah hasil karya pribadi dan belum pernah dipublikasikan di mana pun

✓ Saya bersedia jika tulisan yang dimuat di blog ini diterbitkan pada website www.kalahkankanker.com.

✓ Saya bukan karyawan dan
atau keluarga dari karyawan Mothers on Mission ataupun Roche.