Showing posts with label Health. Show all posts
Showing posts with label Health. Show all posts

Vaksinasi pada Dewasa, Seberapa Efektif dilakukan saat Pandemi?

Vaksin dewasa
Vaksin pada dewasa, 
Pexels.com/Gustavo.Fring


Pandemi Covid-19 belum berlalu, beberapa waktu yang lalu saya dan keluarga memilih melakuan vaksinasi influenza sebagai upaya preventif dan menjaga kesehatan keluarga. Seberapa efektif sebenarnya pemberian vaksin pada dewasa?


Melihat pemberitaan di televisi, mengenai update kasus COVID-19 di Indonesia yang tiap hari masih meningkat, tetapi sayangnya banyak masyarakat di lingkungan saya yang sudah merasa jenuh, hingga abai dengan protokol kesehatan.


Kita enggak boleh mengabaikan pandemi ini, vaksinasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah dan meningkatkan daya tahan tubuh keluarga.



Apa itu Vaksinasi?

Vaksin
Vaksin, via freepik.com


Vaksinasi merupakan proses
penyuntikan mikroorganisme penyebab suatu penyakit yang telah dilemahkan atau dibunuh ke dalam tubuh untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh.


Anggapan bahwa pemberian vaksinasi hanya dibutuhkan oleh bayi atau anak tidak sepenuhnya benar karena ternyata orang dewasa perlu untuk mendapatkan vaksin.


Ternyata orang dewasa pun perlu untuk suntik vaksin ulangan tiap periode tertentu. Dengan adanya vaksinasi, tak hanya terlindung dari penyakit tetapi mencegah penyebarannya meluas.


Di Indonesia, ada lima jenis vaksin yang wajib dilakukan, yaitu hepatitis B, BCG, Polio, MR, dan DTP.  Jika belum pernah vaksin saat masih kecil, maka saat dewasa harus menerima vaksin yang dijelaskan di atas.



Rekomendasi vaksinasi pada dewasa

Vaksin dewasa
Vaksin dewasa, via freepik.com


Selain vaksinasi wajib di atas, ada beberapa jenis vaksin yang dianjurkan untuk dewasa diantaranya Vaksin Influenza, Vaksin Pneumococcus,Vaksin Hepatitis A dan B, Vaksin Meningitis, Vaksin Difteri, Vaksin Tetanus, Vaksin Herpes Zooster, Vaksin HPV, Vaksin Varricela atau Cacar Air, Vaksin Meningitis.


Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan saat orang dewasa akan melakukan vaksinasi seperti riwayat pemberian vaksin saat kecil, apakah sudah memperoleh imunasasi yang lengkap?


Selain itu, ada perbedaan waktu pemberian vaksin pada dewasa dan tentunya dosis, kandungan atau komponen vaksin dewasa ini berbeda dengan vaksin anak.


Pemberian vaksin pada orang dewasa perlu memperhatikan kondisi medis tertentu, seperti saat hamil, penderita jantung, diabetes, stroke, infeksi HIV dan kondisi lain yang memerlukan perhatian lebih menerima vaksin. Perlu ada konsultasi dengan ahli terkait kondisi pasien saat akan melakukan vaksinasi.


Saat pandemi seperti sekarang ini, ada 3 jenis vaksin dewasa yang dianjurkan yaitu Vaksin Influenza, Vaksin Pneumococcus, dan Vaksin Meningitis.

Ketiganya perlu dilakukan karena  menjadi penyakit serius yang terkadang  diabaikan karena dinilai sepele atau gejala yang terjadi tidak cukup familiar.



Seberapa efektif vaksinasi dewasa saat pendemi?

Vaksinasi
Vaksinasi saat pandemi,
via freepik.com


Keadaan pandemi ini membuat orang lebih aware untuk waspada, menjaga daya tahan tubuh sebagai upaya pencegahan agar tidak tertular Covid-19.


Baca juga :  Berbeda dari Flu Biasa, Inilah Pandemi Covid-19 yang Menyita Perhatian Dunia


Salah satu vaksin yang penting dilakukan adalah vaksin influenza, yang dianjurkan setahun sekali, namun kadang banyak yang menganggap sepele penyakit flu ini.


Sebaiknya saat melakukan vaksinasi, pastikan kondisi tubuh sedang fit dan sehat,  tidak sedang demam dan flu agar antibodi yang terbentuk lebih maksimal dan dapat memperkuat kekebalan tubuh.


Baca juga : 7 Tips Jitu Meningkatkan Sistem Imun untuk Menangkan Virus Corona


Pemberian vaksin dewasa merupakan investasi bagi tubuh agar tidak mudah sakit dan tidak menimbulkan gejala yang parah atau komplikasi yang berlebihan.


Halodoc hadir untuk masyarakat, memberikan kemudahan mengakses layanan kesehatan dan memberi rasa aman terutama saat pandemi seperti sekarang ini. Aplikasi Halodoc ini terdiri dari fitur-fitur seperti layanan konsultasi dengan dokter, seperti chat, panggilan suara, juga video dengan dokter selama 24 jam.


Halodoc
Aplikasi Halodoc,
via dokumentasi pribadi


Selain itu, Halodoc melayani pembelian obat-obatan, kunjungan ke RS, cek lab juga. Masyarakat bisa mengakses berbagai informasi kesehatan terupdate lewat aplikasi ini.


Dengan demikian, vaksinasi pada dewasa cukup efektif dilakukan saat ini,  sebagai upaya preventif dan mencegah penularan penyakit meluas. Jadi, enggak usah ragu lagi, ya, untuk melakukan vaksinasi dan jangan lupa mengakses Halodoc untuk kemudahan mengakses layanan kesehatan.



Salam,







Pengalaman Kuret dengan BPJS di RSKIA Kota Bandung

RSKIA Kopo
RSKIA Kota Bandung


Saya menuliskan kembali pengalaman ini setelah proses kuret dilakukan tanggal 22 Mei 2020, dua hari sebelum lebaran di RSKIA Kota Bandung.  Menuliskan cerita ini, sebagai pengingat diri dan melepas rasa yang tertinggal di hati. 

Sebelumnya saya udah bercerita tentang proses mendatangi berbagai rumah sakit di Bandung dan Cimahi, udah keliling-keliling sampai empat RS akhirnya memutuskan untuk kuret di RSKIA Kota Bandung yang terletak di daerah Kopo.

Memang butuh waktu bagi saya menliskannya kembali saat proses kuret kemarin karena jujur saja sampai sekarang masih ada beberapa kenangan yang terus melekat dalam pikiran saya.

Beberapa waktu yang lalu, saya kembali flashback lagi mengingat hal ini. Saat melihat ibu hamil yang perutnya besar, auto saya usap perut saya. Cuman inget aja calon bayi yang udah enggak ada.

Kadang lihat yang lahiran juga entah kenapa saya inget juga. Padahal dede udah ada di tempat yang lebih baik. Berusaha mengikhlaskan tapi tetep belum bisa melupakan kalau dia pernah singgah meaki hanya dua bulan lamanya.


Baca juga : Untukmu yang pernah singgah, sekejap tetapi selalu kuingat


Jadi memang beberapa minggu kemarin, sempat agak merenung cukup lama. Saya jadi memikirkan banyak hal. Soal pekerjaan, mendampingi anak sekolah online, juga mengingat kembali saat keguguran kemarin.

Agak sedih juga tapi saya enggak pengen malah jadi stress yang berkepanjangan, maka saya kembali menuliskan ini.


Proses Kuret dengan BPJS, Dari Rujukan Faskes (Puskesmas) ke RS


Back to topic, deh. Pengalaman saya ke IGD salah satu rumah sakit swasta di Cimahi memang enggak banget. Inget itu jadinya bikin enggak enak hati aja.


Baca juga: Pengalaman Kuret dan ke IGR RS dengan BPJS saat Pandemi dan Jelang Idulfitri


Jadi akhirnya saya dan suami memutuskan untuk kuret ke RSKIA Bandung setelah dapat rujukan dari Puskesmas Garuda. Saya ke Puskesmas Garuda atas saran dari dokter faskes I yang menangani BPJS.

Saat datang ke Puskesmas Garuda, saya langsung ditangani dengan baik. Dari bagian administrasi, perawat, petugas lab, bidan juga dokter semuanya ramah.

 Saat itu jujur aja saya udah lemes banget begitu sampai puskesmas ini karena udah keliling-keliling sampai empat RS di Bandung .

Saya udah menyiapkan diri dengan puasa dari jam 06.00 WIB soalnya biar kalau ketemu dokter di RS dan dijadwalin kuret saya udah siap. Prosedurnya minimal 8 jam disarankan puasa saat akan kuret.

Salut sama Puskesmas ini, pelayanan lengkap 24 jam ada fasilitas rawat inap dan pelayanan nakes di sana baik-baik semuanya. Masyaallah saya doain mereka sehat selalu dan bisa memberi pelayanan baik sama pasien-pasiennya.

Nah, setelah dapat rujukan dari Puskesmas Garuda ke RSKIA Kopo, saya dan suami langsung menuju ke RS ini. Jujur aja saya memang udah menyiapkan diri buat puasa dari jam 06.00 WIB.

Saya ingat saat awal kehamilan kemarin, bisa berpuasa meski selang seling alias enggak tiap hari.  Saat akan datang ke IGD RSKIA saya udah agak pusing banget. 

Sebenarnya saat sampai di Puskesmas Garuda pun, saya pun udah merasa agak lemes karena udah bolak-balik 3 rumah sakit dan masih puasa juga sampai tengah hari.


RSKIA Kota Bandung, akhirnya Kuret di sini


Di RSKIA Kopo ini bangunan depannya bagus banget. RS pemerintah yang bangunannya enggak kalah sama RS Swasta. Dulunya sih di RSKIA yang di Jalan Pajagalan, RS lama yang sekarang udah pindah ke Kopo.

Begitu masuk ke IGD, suami mengambil  berkas  persyaratan BPJS, sementara saya ngobrol dengan perawat IGD. Saya jelaskan kondisi di tensi dulu dan hasilnya memang rendah, tensi 90/60.

Akhirnya saya disuruh berbaring di IGD, sambil menunggu suami. Dia bilang cukup jauh juga dari IGD ke bagian administrasi. Harus bolak-balik juga karena minta KTP, Kartu BPJS dll. Kasian suamiku, dia juga pasti lelah udah keliling-keliling dari pagi.

Saya ingat anak saya yang dititipin ke Mama. Kangen juga sama dia. Selama bedrest, memang mama yang jagain.

Sempat visit dokter terus usg juga, katanya udah mau bersih, cuman masih ada sisa-sisa sedikit lagi. Sebenarnya udah pembukaan satu dari saat dicek di Klinik deket rumah.

Mungkin bisa jadi enggak perlu dikuret, hanya dikasih obat aja cuman berarti kalau enggak ada tindakan kuret berarti enggak dicover BPJS. Begitu penjelasan dokter di IGD.

Saya pun berpandangan sama suami, tahu kalau akhirnya enggak kepake BPJS dan harus bayar mandiri, mungkin saya udah ke RS Swasta dekat rumah aja. Enggak usah ribet ngurusin BPJS dan lainnya.

Seketika saya pusing banget dan mendadak pengen ke kamar mandi. Tadi udah diambil darah juga, periksa lab pastinya. Dulu saya yang meriksa hasil lab, sekarang saatnya jadi pasien.

Suami mengantar saya ke kamar kecil, karena saya ingin ke air. Tenyata memang bercak darahnya hanya tinggal sedikit lagi, percis darah menstruasi hari terakhir. 

Ya memang pas pendarahan terparah dan cukup banyak udah dari beberapa hari yang lalu sebelum ke RS ini. Saya pun berjalan lagi ke kamar IGD mau rebahan lagi, soalnya kepala udah kleyengan pusing banget rasanya.

Suami memang jalan di sebelah saya, saat itu saya hampir ambruk dan untunglah dipegang suami. Habis ini para perawat langsung ngambil kursi dorong nyuruh saya duduk dan berbaring.

Saya pun kembali di tensi dan memang saat itu tensi saya rendah banget sampai 55/90. Saya pun rebahan lagi. Dikasih air minum anget saat itu. Perawat bilang masih nunggu hasil lab sama tergantung keputusan dokter kandungan apa perlu dikuret atau cukup dengan obat aja.

Ibu, ayah, mertua beberapa kali menghubungi suami nanya keadaan saya. Mereka belum bisa jenguk ke RSKIA Kopo karena jauh juga dari rumah dan saya pun minta didoain aja dari jauh. Kasihan mereka kejauhan dan enggak tahu di mana posisi RS, soalnya ini kan bangunan baru juga.

Akhirnya dokter IGD mendatangi saya dan memberikan keputusan harus kuret. Meski udah mau bersih tapi sisa-sisa kantung kehamilan masih ada dan harus dibersihkan.

Tadinya kalau enggak dicover BPJS kan mending di RS lain aja yang deket rumah. Syukurlah BPJSnya bisa digunakan. Lumayan juga kalau enggak dicover BPJS. Saya perkirakan dari USG, Pemeriksaan Lab, visit dokter kalau pakai umum jadi berapa tuh?

Periksa lab aja pasti udah ratusan karena periksa MCU lengkap, belum USG dua kali. Dokternya bilang kalau saya dijadwalkan pukul 17.00 WIB buat kuret. Agak deg-degan juga kalau inget mau dikuret.


Pengalaman Kuret di RSKIA Kota Bandung


Sebelum pukul 17.00 WIB, petugas IGD memberi tahu kalau ruangan operasinya lagi di sterilin dulu soalnya bekas pasien Covid-19. Duh, saya jadi agak khawatir juga. Inget pasien Covid-19. Berarti ada yang dirawat dan dioperasi di sini juga.

Jadi rencana kuret ditunda lagi sampai pukul 19.00 WIB. Saya memang harus puasa. Jadi dari tadi hanya minum air putih aja. 

Suami izin keluar dulu, dia inget ada pesanan kue dari Jajanan Papi Martin yang harus dia anterin. Suami mau pulang dulu ke rumah, bawa bolu pesanan temennnya
Sama katanya mau beli bahan bikin kue buat besok, soalnya ada pesanan lain juga.

Duh, dia pasti kelelahan banget dari pagi udah bolak-balik ke beberapa RS. Sehat, ya, Paksu. Makasih udah jagain dan nemenin saya juga. 

Meski saya tahu, kalau pas kemarin-kemarin saya nangis-nangis tahu kehilangan calon babby, Kamu enggak banyak berkata-kata, tapi pasti sedih juga karena sama-sama kehilangan.

Jadi sambil nunggu suami pulang nganter pesanan kue. Saya dipindahkan ke ruang VK atau ruang bersalin sebelum nanti masuk ruang operasi. 

Sebelumnya, Saya sempat denger juga suara baby nangis. Suami pun bilang kangen, ya, denger suara tangis bayi. Bikin saya agak melow juga saat itu. Ya sudahlah, memang ini udah takdirnya.

Begitu melihat jam berbuka puasa. Saya agak khawatir, soalnya suami belum balik lagi ke RS. Lumayan juga jarak dari sini ke rumah saya yang ada di Gunung Batu. Belum lagi suami nganter pesanan dan beli bahan bikin kue dan bolu buat keesokan harinya. Anggap saja ini ikhtiarnya Kami yang pengen lebih mandiri secara finansial.




Saya telepon suami, katanya baru sampai parkiran. Tadi cari makan dulu buat berbuka. Saya pun sebenarnya lapar, tapi tahan diri dulu karena masih harus puasa. Meski puasanya udah kelewat lama. Bahkan lebih lama dari yang puasa Ramadan.





Setelah lewat jam 19.00 WIB, perawat datang lagi menemui saya. Katanya masih nunggu kedatangan dokter spesialis kandungan yang mau operasi. Saya diminta menunggu dan nanti dikabari lagi.

Suami berbuka puasa di RS Kali ini. Soalnya enggak ada yang nemenin saya selain dia. Dia nawarin makan juga tapi tanggung deh, kan ntar mau operasi soalnya.

Waktu terus berputar, udah masuk pukul 21.00. Saya pun agak ngantuk dan tertidur juga meski, pukul 23.15 perawat IGD datang dan memberi kabar bahwa saya akan di bawa ke ruang operasi saat ini juga. 

Jujur aja saya agak lemes dan lapar. Puasa dari jam 06 pagi dan baru mau operasi jam setengah dua belas malam dong. Lamanya ...

Saya udah nitip ke suami buat beliin nasgor, soalnya lapar banget. Sempet-sempetnya minta makan pas mau masuk ruang operasi.

Saya dibawa perawat ke ruang operasi di lantai atas, lantai berapa, ya? Lupa soalnya. Saya diminta ganti baju dari ruang VK pakai baju biru buat operasi.

Cincin dan jam tangan saya lepas dan dititipin ke suami. Aslinya enggak bawa baju apa-apa soalnya tadinya kan mau langsung pulang aja.

Jadi ntar pakai baju yang sama deh kalau pulang. Saya hanya bawa pembalut, buat jaga-jaga. Aslinya enggak bawa apa-apa, selain air minum dari rumah.

Begitu masuk ruang operasi, ini yang kedua kalinya saya dioperasi. Dulu sempat sakit juga pas masih kerja di Lab dan sebelum nikah, jadi saya lihat lampu-lampu operasi udah enggak aneh lagi.

Dokter anastesi dan dokter kandungannya udah datang. Saya ditangani sama dokter Rima sebagai dokter kandungannya. Sempat di tensi dulu, disuntik juga. Setelah itu saya dibius total.

Satu jam proses kuret berlangsung. Saya terbangun saat di tensi, agak pusing juga setelah ini. Lemes banget badannya. Ada perawat jaga yang mendatangi saya. Nanya gimana kondisi saya.

Saya bilang agak mual dan sepertinya mau muntah juga. Maklumlah udah puasa hampir 18 jam dan dikasih anastesi, pantes aja bikin mual. Akhirnya saya muntah-muntah setelah beres kuret.

Saya dikasih air minum, kemudian disuruh duduk dikursi roda dan dianter ke luar ruang operasi. Ternyata kuretnya udah selesai. Enggak kerasa sakit emang karena dibius juga. Mungkin masih ada pengaruh obat juga.

Suami menghampiri saya dan bertanya keadaan saya. Perawat dan suami mengantar ke ruang VK. Sebenarnya saya udah bisa langsung pulang ke rumah kata perawat. Hanya saja saya pengen istirahat juga. Lagian udah tengah malam dan kasihan suami pasti udah lelah banget.

Begitu sampai ke ruangan. Saya mual dan muntah lagi. Akhirnya saya minum teh anget. Ini pun suami ke luar RS sengaja beliin teh manis anget. Suami baru beliin nasgor setelah saya beres kuret, sekitar jam setengah satu pagi.

Nemu nasgor rasanya bahagia banget. Udah lapar pakai banget soalnya. Setelah ini saya dan suami pun beristirahat. Rencananya setelah suami sahur, mau langsung pulang ke rumah. 

Tadinya ayah saya nawarin buat dijemput. Cuman saya bilang mau pulang naik motor sama suami. Soalnya saya enggak ngerasain sakit sih selepas kuret. Biasa aja soalnya, malah sakit pas lepas IUD dulu.

Akhirnya suami sahur lagi di RS. Dia beli nasi di luar RS. Masih pada rame, soalnya di depan RS banyak yang jualan. Suami akhirnya mengurusi administrasi pas mau pulang ke rumah.

Memang kuretnya di cover sama BPJS, tapi berhubung BPJS sempat off selama dua atau tiga tahun dan baru diaktifkan jelang mau kuret, jadi suami harus bayar denda sebanyak delapan ratus ribu soalnya ketentuan dari BPJS baru bisa diaktifkan setelah dua atau tiga bulan kemudian.

Akhirnya saya pun pulang ke rumah setelah Subuh. Langsung mandi dan istirahat lagi karena ngantuk berat. Begitu juga sama suami. Saya inget lebaran hari minggu dan hari Sabtu saya baru pulang kuret. 

Saya baru mulai kerasa ngilu setelah bangun tidur. Padahal selepas kuret enggak kerasa apa-apa, enggak berasa sakit juga. Beberapa hari lumayan berasa ngilu tapi setelah minum obat, enggak terlalu ngerasa sakit.

Saya dijadwalkan kontrol pasca kuret seminggu kemudian. Memang dikasih obat juga oleh dokter kandungan pasca kuret kemarin. Inilah pengalaman saya menjalani kuretase di RSKIA Kota Bandung.  



Salam, 






















Depresi pada Perempuan, Kenali Gejala, Penyebab dan Cara Mengatasinya

Depresi pada perempuan
Depresi pada perempuan,
Pexels.com/Duong Nhan

Sebenarnya depresi bisa terjadi pada siapa saja, baik laki-laki atau perempuan. Namun, risiko terkena depresi ternyata dua kali lebih besar terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Kita perlu mewaspadai bahaya depresi, oleh karena  itu penting untuk mengetahui gejala, penyebab dan cara mengatasinya.


Depresi pada perempuan bisa terjadi lebih awal, lebih lama waktunya dan mungkin bisa terjadi kembali dibandingkan pada laki-laki. Hal ini disebabkan karena wanita  lebih perasa dan sering mengalami perubahan hormon.


Depresi berat bisa sangat berbahaya, loh, bahkan bisa berujung kematian. Oleh sebab itu penting sekali untuk mengenali gejala depresi sejak awal dan melakukan cara untuk menangani kasus depresi ini.


Apa itu Depresi?


Depresi merupakan gangguan suasana hati dan mood yang disertai perasaan sedih mendalam, berkepanjangan, dan ada rasa tak peduli.


Depresi bisa terjadi pada seseorang jika setelah dua minggu, ia merasa sedih, putus harapan, atau tidak berharga.


Kondisi ini bisa menyebabkan efek yang lebih buruk pada penderitanya, yaitu produktivitas kerja menurun, hubungan sosial terganggu, hingga keinginan untuk bunuh diri.


Stress atau perasaan tertekan sering kali bisa memicu depresi, tetapi bisa saja terjadi depresi tanpa didahului stress. Keduanya adalah dua hal yang berbeda.


Stress terjadi pada seseorang yang merasa tertekan karena berbagai faktor, baik dari luar maupun dari dalam dirinya dan telah berlangsung sejak lama.


Berbeda dengan stres, depresi adalah sebuah penyakit mental yang berdampak buruk terhadap suasana hati, perasaan, selera makan, pola tidur, stamina, dan tingkat konsentrasi seseorang yang mengalami depresi.


Ternyata siapa pun bisa terkena depresi, terutama jika ada riwayat dalam keluarga terdekat yang pernah mengalami kondisi ini.


Berdasarkan penelitian, wanita lebih berisiko terkena depresi daripada pria, hal ini  disebabkan karena wanita  lebih perasa dan sering mengalami perubahan hormon, contohnya saat keadaan hamil atau menstruasi.


Gejala Depresi


Seseorang yang terkena depresi dapat diketahui dari ciri-ciri fisik dan psikologi penderitanya.


Tanda atau gejala depresi ini bisa lebih rumit dari stress, muncul secara bertahap, sehingga agak sulit untuk mengetahui kapan pertama kali mengalami depresi. 


Nah, di bawah ini merupakan berbagai gejala depresi yang biasanya terjadi:

a. Menarik diri dari lingkungan sosial dan keluarga

b. Merasa sedih seolah-olah tidak ada harapan lagi

c. Hilang semangat, motivasi, energi, dan stamina

d. Sulit mengambil keputusan

e. Makan lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya

f. Tidur lebih sebentar atau lama dari biasanya

g. Sulit berkonsentrasi

h. Sulit mengingat-ingat

i. Merasa bersalah, gagal, dan sendirian

j. Berpikiran negatif secara terus-menerus

k. Mudah kecewa, marah, dan tersinggung

l. Sulit menjalani kegiatan sehari-hari

m. Hilang minat pada hal-hal yang biasanya dinikmati

n. Adanya pikiran untuk bunuh diri


Ternyata gejala depresi terberat adalah ingin menyudahi hidup dengan kematian dan bagi penderita depresi, bunuh diri adalah solusinya.


Seperti kasus kematian seorang artis Bollywood yang pernah saya tulis sebelumnya tentang Pratuysha Banerjee
Kematian Pratyusha Banerjee dikaitkan dengan stress berat yang berlanjut ke tahap depresi hingga menyebabkan sang artis bunuh diri.


Permasalahan hidup yang menderanya selama ini membuat jiwa artis Bollywood ini tertekan. Oleh sebab itu, Kita perlu mewaspadai stress yang bisa berujung depresi.


Penyebab Depresi


Depresi ini ternyata lebih sering terjadi pada dewasa. Penyebabnya bermacam-macam, ada yang berhubungan dengan hormon, faktor genetik dan zat kimia yang ada di otak.


Ada beberapa faktor risiko yang dapat memicu terjadinya depresi, diantaranya:


1. Mengalami kejadian traumatis


Seseorang yang mengalami kejadian traumatis  dapat memicu terjadinya depresi contohnya adalah korban kekerasan atau penyiksaan fisik,  pelecehan, kematian orang terdekat, masalah dalam hubungan baik pernikahan, persahabatan, keluarga, percintaan, atau dengan rekan kerja, serta kesulitan ekonomi.

2. Memiliki penyakit kronis atau serius


Seorang pasien dengan penyakit kronis atau serius  seperti kanker, stroke, atau HIV/AIDS bisa memicu terjadinya depresi. Keadaan pasien yang mengalami sakit bisa melemahkan jiwanya juga sehingga rentan terkena depresi.

3. Memiliki kepribadian tertentu


 Seseorang yang memiliki kepribadian tertentu, contohnya merasa rendah diri, terlalu keras dalam menilai diri sendiri, pesimis, atau terlalu bergantung kepada orang lain bisa menjadi salah satu penyebab depresi.

4. Ketergantungan alkohol dan narkoba


Ketergantungan alkohol dan narkoba ternyata bisa memicu atau  memperparah depresi. Kedua hal ini tak bukanlah bukan cara untuk melarikan diri dari masalah, tapi bisa menyebabkan kecanduan dan over dosis sebagai dampak buruk lainnya.

5. Konsumsi obat tertentu


Ternyata beberapa jenis obat dapat meningkatkan risiko depresi. Contohnya obat tidur, pemenang dan obat untuk hipertensi. Obat-obatan ini dapat menyebabkan kecanduan bagi penderitanya.

6. Memiliki riwayat ganguan mental lain


Seseorang yang memiliki gangguan mental lain, contohnya gangguan kecemasan atau gangguan makan punya risiko lebih berisiko mengalami depresi. Contohnya: gangguan kecemasan atau gangguan makan.



Cara Mengatasi Depresi dengan Pencegahan dan Pengobatan yang tepat


Adanya slogan yang mengatakan mencegah lebih baik dari mengobati adalah hal yang tepat. Pencegahan depresi bisa dilakukan  dengan menjalankan pola hidup sehat untuk mencegah terjadinya depresi dan agar kondisinya tidak bertambah berat.


Seperti dilansir alodokter.com tanggal 11 Maret 2019, ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mencegah depresi yaitu:

a. Lakukan  relaksasi untuk mengatasi stres, misalnya yoga atau pilates

b. Waktu tidur yang cukup, minimal 8 jam per hari

c. Tidak mengkonsumsi alkohol

d. Olahraga secara teratur

e. Bersilaturahmi dengan berkunjung pada  keluarga atau teman di  waktu senggang

f. Batasi penggunaan sosial media

g. Lakukan pengobatan terhadap penyakit kronis yang dapat menyebabkan  depresi

h. Jauhi orang yang berpengaruh buruk

i. Laporkan pada pihak berwenang jika mengalami kekerasan atau penyiksaan secara fisik atau psikis.

j. Konsultasi dengan psikiater jika mulai merasa khawatir terus menerus dan sedih yang berkepanjangan.


Bagi saya, menulis juga bisa menjadi sebuah terapi, kadang yang saya rasakan seperti itu. Ada hal yang enggak bisa diungkapkan pada orang lain, enggak bisa dipublish di media sosial karena bersifat privasi, bisa saya tumpahkan ke dalam tulisan.


Memang lebih seperti diary yang khusus untuk saya tulis dan baca sendiri. Ini bisa melegakan hati. Kadang saya pun merasa lega setelah bermunajat pada-Nya. Curhat sama yang Maha Kuasa dan Maha segala-galanya.


Pengobatan Depresi


Jika mengetahui tanda dan gejala depresi, maka harus cepat mengambil tindakan, karena depresi bisa disembuhkan dengan penanganan yang tepat.


Perlu ada bantuan konseling dengan psikolog atau psikiater. Kemungkinan akan ada rujukan untuk menjalani berbagai terapi seperti psikoterapi atau tetapi kognitif perilaku.


Psikiater juga akan memberikan obat anti depresan untuk meredakan depresi. Obat anti depresan memerlukan waktu sekitar dua hingga empat minggu untuk bekerja dan meredakan gejala penderita depresi.


Konsumsi obat juga membutuhkan waktu yang lama, yaitu sekitar enam bulan hingga satu tahun lamanya. Pemberhentian obat harus berdasarkan anjuran dari psikiater.


Selain metode di atas penggunaan obat-obatan anti depresan atau terapi kejut listrik bahkan stimulasi magnetik.
Metode ini disesuaikan kondisi pasien.


Penderita depresi butuh dukungan pihak terdekat, terutama keluarga atau orang yang dekat dengannya. Ceritakan dengan jujur kondisi  sebenarnya pada mereka agar mereka bisa memberi dukungan dan membantu penderita agar bisa sembuh dengan cepat.


Depresi bisa berdampak buruk untuk kesehatan bisa menyebabkan penyakit hati dan gagal jantung. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa penderita depresi memiliki kemungkinan 58% lebih banyak terserang obesitas karena perubahan pola makan yang drastis dan jarang berolahraga. 


Depresi di usia muda bisa menurunkan kemampuan otak dan meningkatkan risiko Alzheimer serta stroke jika tidak ditangani dengan serius.


Memang sebagai perempuan, yang saya rasakan memang ada beberapa tuntutan tentang banyak hal selepas menikah dan punya anak, kadang bisa bikin stress juga. Tetap tenang, jangan panik, seperti yang dilakukan teman saya, Mbak Siska Dwyta yang punya pengalaman mengatasi Otitis Media


Support system memang penting juga menurut saya. Hanya saja kadang yang diharapkan bisa memberi dukungan tak pernah ada untuk seseorang yang mengalami depresi, hal ini bisa menyebabkan tingkat depresi seseorang makin parah dan berujung keinginan bunuh diri.


Depresi pada perempuan sering kali terjadi. Jangan mudah menjudge atau memberikan penilaian buruk pada penderita depresi. Berikan empati dengan tidak membully penderita depresi. Kenali penyebab dan gejala depresi sejak dini serta cara mengatasinya dengan penanganan yang tepat.



Salam, 







Pengalaman ke IGD RS untuk Kuret dengan BPJS di Masa Pandemi dan Jelang Lebaran 2020


Kuret dengan BPJS di RS saat Pandemi
Lagi di UGD RS saat akan di kuret,
dokumentasi pribadi

Masyaallah ... menuliskan kembali tentang ini jadi inget lagi akhirnya saya bisa melewati semua ini. Pengalaman kuret yang saya lakukan dengan menggunakan BPJS Kesehatan di RSIA Kota Bandung.

Kehamilan kedua yang dinantikan dan akhirnya harus saya relakan juga kalau Dia yang menitipkan, kembali mengambil titipan-Nya. Insyaallah saya sudah belajar mengikhlaskannya.


Nah, saya mau sharing, nih. Pengalaman tak terlupakan saat harus kuret pakai bpjs dan lagi pandemi COVID-19 serta jelang lebaran. Jujur, semua ini butuh perjuangan besar untuk melewatinya.

Ketika tahu harus dikuret, saya memang mengaktifkan BPJS Kesehatan yang udah off selama dua tahun lebih. Setelah dicek kalau pengen mengaktifkan kembali BPJS suami, saya dan anak, kena denda sebesar enam juta rupiah. 

Mungkin ada yang berpendapat daripada ngeluarin uang sejumlah di atas mending bayar mandiri aja. Asuransi kesehatan kan jaga-jaga buat di masa depan. Pengennya sih sehat terus tanpa ada keluhan ini dan itu.

Pertimbangan lain mengaktifkan kembali BPJS yang udah off dua tahun, karena saya juga harus operasi bedah mulut karena kasusnya ada gigi geraham belakang yang baru tumbuh dan tumbuhnya ke samping serta menembus gusi.

Hal ini yang bikin saya sering sakit gigi plus kepala juga ikut nyut-nyutan. Saya enggak mau lagi deh sakit gigi. Baik sakit hati maupun sakit gigi sama-sama enggak enak buat saya. Jadi enggak ada istilah lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati. Big No dua-duanya.

Jadi, setelah BPJS diaktifkan, suami mengubah faskes satu ke dokter pribadi yang dekat dengan rumah, letaknya di kompleks Cipta Graha. Sebelumnya di klinik kesehatan, sih. Berhubung saya mau kuret, suami dan saya meminta rujukan dari dokter yang dekat rumah.

Pukul 16.00 WIB, saya ke sana dengan suami. Meski ada tulisan buka di rumah praktiknya, ternyata dokternya enggak di tempat. Pembantunya bilang baru ada jam setengah enam mungkin. Saat itu  masih puasa. Saya kasihan aja sama suami kalau terus nunggu di tempat praktik dokter, kan dia mau buka puasa juga.

Akhirnya setelah buka puasa langsung ke tempat praktik dokter faskes satu untuk meminta rujukan.  Setelah bertemu dokternya, saya meminta surat rujukan ke rumah sakit, tapi dokter enggak memberi rujukan. Dia menyarankan agar saya langsung ke bagian IGD RS.

Saya dan suami mengikuti saran dokter untuk langsung ke IGD. Malam itu Kami langsung  ke IGD RS Mitra Kasih, selanjutnya ke Hermina Pasteur karena ternyata prosedur di IGD pun tetap meminta surat rujukan. Gimana mau ngasih rujukan, kalau dokter di faskes satunya juga langsung nyuruh datang ke IGD.

Hal yang bikin saya enggak enak saat di RS Mitra Kasih, ada salah satu perawat IGD yang luar biasa juteknya. Hanya dia aja seorang, sih, yang lainnya memperlakukan saya dengan baik.

Sayang saya enggak lihat namanya siapa. Hanya saja sebagai salah seorang nakes dulunya, sempet agak shock aja ketika ditanya perawat soal keluhannya apa. perawat IGD yang  nanya pake marah-marah soalnya.

Padahal pasien lagi meringis karena pendarahan, eh dianya malah nanya pake enggak sabaran.

"Keluhannya apa?!" Sambil agak tinggi nadanya 
"Ada mules, enggak?" Masih galak juga nanyanya.
"Keluhannya yang kerasa banget sakit pinggang, mules paling dikit." Jawab saya 
"Berarti ada mules, dong! jawabnya lagi-lagi ketus.

'Ya Allah salah saya apa coba sampai dibentak-bentak perawat IGD Mitra Kasih ini.'

Sedih pake banget rasanya. Padahal hati udah geram dan panas sama sikapnya dia. Saya ngelihatin hasil USG sebelum dan terakhir saat di Klinik Handayani. Dia masih jutek juga sama saya.

"Saya enggak nanya yang sebelumnya, yang terakhir aja!"

 Ya Allah, sampai percakapan ini juga dia masih pakai nada tinggi. Dalam hati saya mikir berbagai kemungkinan.

'Teh, Kamu enggak lagi menstruasi, kan, ya?' 
'Beban kerja Kamu berat banget, ya, sampai pasien aja kamu marah-marahin?'

Pertanyaan itu berkelebat dalam pikiran saya. Hanya saja enggak saya tanyain langsung. Lagian sungkan juga nanyanya, nanti saya disemprot lagi sama dia.

Ya Allah, tapi perawat lain biasa aja, kok. Bahkan dokter jaga dari IGD Mitra Kasih masih memperkenalkan diri secara sopan dan bertanya dengan cara yang baik. Teteh perawat yang di IGD harusnya belajar dari dokter ini bagaimana cara berinteraksi dengan pasien.

Kamu ketemu sama seorang blogger, sih, jadi apa yang Kamu lakukan pastinya saya abadikan dalam tulisan saya ini.

Saya jelasin balik. Saya kasih yang sebelumnya biar enggak di diagnosis BO. Di USG sebelumnya udah ada janin ukuran 8cm. Itu kata dokter kandungannya.

Baru aja dia diem, Huft ... saya juga seorang nakes, tapi enggak gitu-gitu amat pas lagi kerja dulu. Saya memang kerja di Lab Swasta yang mengutamakan kenyamanan pasien, tapi pas saya kerja di RS juga enggak gitu juga, loh, ke pasien.

Pasien yang datang ke IGD pasti punya keluhan dan indikasi. Meski pasien umum atau pengguna BPJS punya hak  yang sama untuk diperlukan dengan baik.

Tenyata dari pihak  Mitra Kasih bilang kalau dokter buat nanganin kuret lagi cuti lebaran dan adanya tanggal 28 Mei. Sedangkan saya ke sana tanggal 21 Mei 2020

Kelamaan, deh, kalau ikutin prosedur di RS ini kalau infeksi atau pendarahan enggak berhenti-berhenti gimana?

Saya disarankan untuk ke RS lain. Ya sudahlah kalau gitu. Pasrah aja, deh.
Selanjutnya saya dan suami menuju RS Hermina Pasteur.

Sampai di bagian informasi RS, saya bertanya tentang prosedur kuret di RS kalau pakai BPJS. Saya disarankan dua opsi kalau oleh petugas bagian informasi di Hermina.

Pertama, masuk IGD tapi informasi terkini di IGD Hermina saat itu lagi ada pasien PDP sama ODP, kalau masuk sekarang bakal seruangan sama mereka. Shock bangetlah saya denger ini. Saya jadi enggak mau masuk ke IGD Hermina.  Parnoannya kambuh, deh.

Kedua, kontrol dulu ke poli kandungan, tapi enggak bisa sekarang dan harus besok pagi. Itu pun harus ada rujukan dari faskes satu.

Pilihan kedua juga susah berhubung dokter faskes satu juga enggak bersedia kasih rujukan ke saya. Alasannya langsung aja ke IGD RS. Saya berasa kaya bola ping-pong yang dilempar sana sini.

Akhirnya saya minta ke suami pulang aja. Rasanya lelah dua kali bolak-balik keliling RS, dari Cimahi ke Pasteur. Mending besok aja cari rumah sakit lain pikir saya.

Besok pagi saya ke dokter yang jadi faskes satu, lagi-lagi dia enggak ada di tempat, tapi tulisannya selalu Open di tempat kerjanya.

'Dok, kalau lagi enggak di tempat Closed aja tempat praktiknya. Nanti kalau dokter ada di rumah, baru open lagi. Biar pasien kaya saya enggak bolak-balik terus.'

Lagi-lagi kecewa karena dokternya enggak ada. Harus bolak-balik dong saya ke faskes satu ini. Suami akhirnya nelpon BPJS Kesehatan buat ngajuin keluhan dan minta dikembaliin ke faskes sebelumnya di Klinik Afifa Medika.

Petugas BPJS menyanggupi dan mengubah faskes satu keluarga kami ke faskes sebelumnya karena keluhan saya dan suami yang dari kemarin bolak-balik ke tempat praktik dokter tapi dia enggak ada di tempat selama dua hari ini. Dokternya juga agak sulit diminta rujukan. Padahal urgent banget menurut saya.

Ternyata begini prosedurnya kalau ubah faskes via online. Memang kalau report online dokter "R" jadi faskes satu keluarga Kami.

Setelah suami ubah faskes secara daring, sebenarnya baru aktif sebulan ke depan. Saya dan suami kan enggak paham soal ini. Di sistem BPJS, faskes keluarga kami masih di Klinik Kesehatan Afifa Medika, faskes sebelum minta diubah.

Akhirnya suami minta cancel ubah faskes Karena kurang nyamannya Kami di dokter "R" tadi. Setelah petugas BPJS menerima laporan saya, faskes 1 dikembalikan ke sebelumnya di Klinik Afifa Medika.

Saya pun langsung ke klinik Afifa Medika buat minta pengantar ke RS. Sayangnya begitu di depan klinik ada pemberitaan bahwa Klinik tutup sementara waktu dan baru buka kembali pada tanggal 01 Juni 2020.


Ya Allah ... gimana ini? Ke IGD kemarin-kemarin aja ditanyain mana rujukannya. Sedangkan faskes satunya tutup. Dilema lagi pandemi dan jelang lebaran harus ke RS buat kuret.

Akhirnya saya minta suami buat coba RS lain yaitu ke RS Melinda dan RS Santosa. Lagi-lagi ditolak RS Melinda bilang enggak mengcover BPJS buat kuret dan ke RS Santosa enggak bisa nanganin langsung harus ada rujukan dari faskes dan RS lain.

Harus gimana lagi saya? Udah keliling empat RS di Cimahi juga Bandung tapi belum ada hasil. Apa saya harus membiarkan keadaan ini?

Ya Allah ... tolong beri kemudahan bagi saya yang mau kuret saat jelang lebaran dan lagi pandemi seperti ini.

Jadi gimana ini, ya? Saya kan ngaktifin BPJS biar terpakai buat kuret, kalau nungguin faskes buka harus nunggu awal bulan, dong? Sedangkan saya harus segera di kuret, khawatir pendarahan terus dan takut ada infeksi juga.

Selanjutnya saya akan bercerita tentang proses kuret dan kontrol pasca kuret yang saya alami. Part selanjutnya setelah ini, ya.

Ternyata curhatan saya panjang juga, ya. Masyaallah kalau curhat, tenyata bisa  ngalir begini. Moga yang baca enggak bosen, ya.

Beginilah memang kondisi pelayanan kesehatan di negara Kita yang masih harus berbenah. Semoga ke depannya lebih baik lagi dan tak mengecewakan pasien seperti yang saya alami kemarin.



Salam,





Semua Terkena Dampak COVID-19, Begini Cara Meraih Hikmah dan Keseimbangan Hidup

Pengaruh Covid-19 dalam kehidupan,
via freepik.com

COVID-19 telah menjadi pandemi yang punya pengaruh dan dampak terhadap berbagai aspek dalam kehidupan.  Saya menemukan keseimbangan hidup dan meraih hikmah melalui berbagai cara yang akan saya bagikan di sini .

Tak bisa dipungkiri bahwa semua terkena dampaknya, mulai dari kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat bahkan hampir semua negara mengalami dampak COVID-19.

Kini, keadaan sudah tak lagi sama seperti beberapa bulan yang lalu, sekarang setiap kali keluar rumah karena suatu keperluan mendesak, misalnya mencari bahan makanan menjadi kekhawatiran tersendiri apalagi saat berada di public space, seperti supermarket dekat rumah atau saat mengambil uang di atm. Saya percaya semua pasti ada hikmahnya, tak ada sesuatu pun yang sia-sia.


Hikmah di tengah Pandemi COVID-19 ala Catatan Leannie


Tak ada kejadian yang sia-sia, semua pasti ada hikmahnya. Meski, dalam keadaan teberat sekali pun. Setidaknya ada beberapa hikmah yang saya rasakan di tengah Pandemi COVID-19 ini. Bagaimana dengan Sahabat Catatan Leannie?


1.Rajin menjaga kesehatan dan kebersihan 


Rutin mencuci tangan
Rutin mencuci tangan,
via Pixabay.com/ivabalk

Kebiasaan baik ini akhirnya membuat semua orang peduli tentang kesehatan dan kebersihan. Rajin mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer saat berada di luar menjadi suatu keharusan.

Meski sempat di awal social distancing, beberapa stok makanan, multivitamin, hand wash juga hand sanitizer kosong juga. Setelah hampir sebulan, akhirnya stok di supermarket terdekat kembali tersedia. Syukurlah saya masih kebagian stoknya.


2. Menghabiskan waktu penuh bersama keluarga


Stay at home
Stay at home, via freepik.com


Stay at home dan social distancing  membawa banyak perubahan. Di rumah saja menjadi sesuatu yang berharga. Bahagia rasanya menghabiskan waktu penuh bersama keluarga.

Mengajarkan anak full time belajar di rumah  menjadi pengalaman baru buat saya yang anaknya baru masuk PAUD sebulan sebelum anjuran social distancing dan stay at home.

Belajar di rumah
Belajar di rumah, via dokumentasi pribadi


3. Bersyukur atas nikmat sehat


Berdoa dan bersyukur
Berdoa dan bersyukur, via freepik.com

Sehat adalah nikmat yang sangat berharga. Ketika sakit, seringkali orang merasa bahwa sehat itu ternyata nikmat yang harus disyukuri dan dijaga juga. Mengatur pola makan sehat menjadi salah satu ikhtiar menjaga kesehatan. Berdoa juga merupakan salah satu wujud rasa syukur pada-Nya.


4. Mencoba berbagai resep JSR dari bahan alami


Resep JSR untuk Batuk
Resep JSR untuk Batuk Berdahak,
via instagram.com/@rhosa_liena

Sejujurnya saya pernah merasakan rasa kekhawatiran yang berlebih saat diri sendiri mengalami, flu, batuk, juga alergi saat awal ditetapkannya social distancing. 

Sebagai upaya pengobatan saya memilih bahan alami rempah-rempah yang diracik menjadi resep JSR ala dr Zaidul Akbar.


Baca juga : Resep alami untuk Batuk, Flu, dan Alergi ala dr Zaidul Akbar


5. Memasak untuk keluarga dan mengurangi jajan di luar

Memasak untuk keluarga
Memasak untuk keluarga, via freepik.com


Sesekali menjadi IRT kadang ada rasa bosan dengan aktivitas harian yang berulang alhamdulillah sudah mulai menerima keadaan meski perlu proses untuk sampai ke tahap ini. Dulu sebelum nikah mikirnya kalau enggak masak, ya, beli aja, kan banyak yang jual makanan.

Namun kenyataannya memasak sendiri tenyata punya berbagai sisi positif. Selain, memastikan mengolah bahan makanan dengan bersih, mengontrol penambahan msg atau bahkan tanpa menambahkan sama sekali Msg atau penyedap rasa.

Berhubung saya pengen menerapkan pola hidup sehat, saya perlahan mengurangi bahkan tidak menambahkan sama sekali penyedap rasa yang selama ini familiar di lidah. Pengennya sih ngejalanin JSR atau Food Combining, cuman penerapannya masih menyesuaikan.


6. Mencari peluang usaha atau bisnis baru 


Jajanan Papi Martin
Bisnis kuliner keluarga,
via dokumentasi pribadi

Virus Corona ini memang berdampak dan berpengaruh terhadap kondisi ekonomi. Suami memang punya visi ke depan yang cukup baik, sehingga Kami akhirnya memutuskan untuk mencari peluang usaha atau bisnis baru di bidang kuliner jelang Ramadan ini. Berharap ke depannya bisa membuka lapangan kerja baru untuk dan impian mengunjungi tanah suci bisa terwujud.



7. Peka terhadap lingkungan dengan menjaga sikap dan lisan 


Stay at home and stay safe, via freepik.com


Keadaan atau situasi sekarang membuat orang merasakan kecemasan bahkan agak sensitif juga. Cobalah bersikap peka terhadap lingkungan dan kondisi sekitar dengan menjaga sikap dan lisan.

Jangan meyebar hoax di masyarakat, cobalah memilah informasi di tengah maraknya pemberitaan di masa sekarang ini. Stay at home dan stay safe, ya, buat semuanya.


Cara Menemukan Keseimbangan Hidup Versi Catatan Leannie


Keseimbangan hidup
Relaksasi dan keseimbangan hidup,
via freepik.com

Keadaan yang tak menentu, kapan virus Corona ini berlalu membuat kecemasan meningkat di masyarakat. Bahkan saya sendiri pun sempat mengalaminya.

Kecemasan atau Anxiety merupakan salah satu respon terhadap suatu kejadian, hal ini menjadi salah satu indikator kesehatan mental. Begini cara saya menemukan Keseimbangan hidup di tengah pandemi COVID-19.

✅ Acceptance atau penerimaan dalam hidup


✅ Pausing atau rehat sejenak


✅ Relaksasi dan melepaskan kekhawatiran 


✅Affimasi positif terhadap diri


✅Bersyukur dalam setiap keadaan


Hal pertama yang perlu dilakukan adalah acceptance atau penerimaan terhadap keadaan. Jika masih ada rasa kekhawatiran, cobalah pausing  atau rehat sejenak, bisa dengan mengurangi informasi terkait virus Corona yang meresahkan.

Cobalah relaksasi untuk mengurangi tingkat stress dengan tarik napas sejenak untuk melepaskan kekhawatiran. Affirmasi positif terhadap diri sendiri terlebih dahulu agar emosi lebih stabil. Katakan pada diri bahwa saya bisa menghadapi situasi ini dan keadaan akan membaik setelah pandemi berlalu.

Saat sudah bisa menerima keadaan, hati yang lapang akan mudah merespon keadaan sebagai tanda bersyukur terhadap setiap keadaan.

Meski, saya pribadi tidak tahu kapan pandemi COVID-19 berakhir, mari tetap dukung upaya pemerintah dalam mencegah penyebaran virus Corona. Lakukan pencegahan dan lindungi keluarga dengan memperkuat sistem imun tubuh.

Semua merasakan pengaruh dan dampak COVID-19, temukan hikmah dan keseimbangan hidup seperti yang saya lakukan agar emosi lebih stabil di tengah pandemi ini. Semoga semua Sahabat Catatan Leannie diberi kesehatan dan keberkahan. Aamiin.



Salam, 



#BPNRamadan2020
#BPNChallengeday2


Berbeda dari Flu Biasa, Inilah Pandemi COVID-19 yang Menyita Perhatian Dunia

Pandemi COVID-19, freepik.com


Corona Virus Disease-2019 atau dikenal dengan COVID-19 telah menjadi pandemi yang menyita perhatian dunia. Covid-19 ditetapkan oleh WHO sebagai Pandemi pada tanggal 11 Maret 2020.

Apa itu Pandemi? Pandemi merupakan peningkatan jumlah kasus penyakit yang menyebar ke berbagai negara di dunia.

Sebelum Pandemi COVID-19, tahun 1918 terjadi pandemi terparah di dunia yaitu kasus Flu Spanyol yang mengakibatkan kematian sebanyak lima puluh juta orang.  Pada tahun 2009, Strain Influenza H1N1 atau Flu Babi menyebar ke seluruh dunia.


Menurut data dari Worldometers, pada hari senin, tanggal 20 April 2020, tercatat sebanyak  2.414.098 kasus COVID-19 di dunia, 629.390 dilaporkan sembuh dan 165.153 meninggal dunia.


Mengenal Corona Virus Disease-2019 (COVID-19)


Morfologi Virus Corona
Morfologi virus Corona, freepik.com


Pada  tanggal 20 Januari 2020, Virus Corona jenis baru yaitu SARS-CoV-2, pertama kali dilaporkan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok.  Otoritas Kesehatan Kota Wuhan menyatakan bahwa tiga orang meninggal setelah menderita Pneumonia yang disebabkan virus Corona.

Dikutip dari BBC, Michelle Roberts dan James Gallager sebagai koresponden kesehatan dan sains BBC, mengatakan  di pasar grosir hewan dan makanan laut Kota Wuhan dijual hewan liar seperti ular dan kelelawar. Dugaan virus corona baru ini berasal dari hewan liar tersebut. .

Dalam istilah kedokteran, virus Corona jenis baru yang menjadi pandemi saat adalah  2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV). Secara morfologi, virus Corona ini berbentuk bulat dan memiliki tanduk berbentuk mahkota. Penyebaran virus ini terjadi dari hewan ke manusia, kemudian dari manusia ke manusia lainnya.

Manifestasi klinik Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan sistem pernapasan, infeksi paru-paru berat, hingga berujung kematian.



Perbedaan Gejala Virus Corona atau COVID-19 dengan Flu Biasa


Gejala virus Corona
Gejala virus Corona, freepik.com

Berbagai informasi terkait Virus Corona ini membuat saya sendiri merasa ada suatu kekhawatiran ketika mengalami flu biasa atau terkena influenza saat awal ditetapkannya social distancing.

Tak perlu panik berlebihan, ketahui terlebih dahulu perbedaan gejala Virus Corona dengan Flu biasa. Simak, yuk, perbedaan keduanya di bawah ini!

1. Gejala Flu Biasa


Setelah terjadi Infeksi virus, gejala flu atau pilek memuncak dalam 2-3 hari. Umumnya gejala flu biasa terdiri dari:

✅Bersin
✅Hidung tersumbat atau pilek
✅Sakit tenggorokan atau tenggorokan terasa gatal dan kering
✅Batuk
✅Cairan hidung mengental
✅Mata berair
✅Demam atau meriang


Pada kenyataannya, beberapa orang tidak mengalami demam, hanya merasa flu saja.
Beberapa gejala flu yaitu pilek, hidung tersumbat dan batuk bisa  bertahan selama sepuluh sampai empat belas hari. Pada jangka waktu tersebut, semua gejala di atas akan berangsur membaik.

2. Gejala COVID-19


Gejala COVID-19 umumnya muncul setelah 2-14 hari terinfeksi. Biasanya muncul gejala seperti: 

✅Demam
✅Batuk
✅Sesak napas


Menurut jurnal penelitian The Lancet, gejala lainnya seperti Sakit tenggorokan dan Pilek, dilaporkan sebanyak 5% pasien, sedangkan Diare, Mual, dan Muntah, dilaporkan oleh 1 -2% pasien.

Berdasarkan The New York Times,  pada pasien COVID-19 dilaporkan gejala Pneumonia, bahkan pada kasus yang tidak parah.


Cegah Penyebaran COVID-19 dengan Upaya ini


Pencegahan COVID-19 dengan Germas
10  langkah Germas untuk mencegah virus Corona,
kemenkes.go.id

Virus Corona SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab Covid-19 dianggap lebih berbahaya karena penyebaran dan penularannya lebih cepat, yaitu melalui perantara percikan (droplet), dan kontak langsung dengan benda yang terinfeksi virus.  Virus Corona ini mampu bertahan lama pada suatu benda, tergantung jenis permukaannya.

Menurut situs Kememkes.go.id, untuk menjaga diri dan keluarga  dalam mencegah penularan virus Corona, yaitu dengan melaksanakan 10 Gerakan Masyarakat Sehat atau Germas, diantaranya:


1. Makan makanan bergizi

2. Rajin olahraga dan istirahat

3. Sering cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir

4. Gunakan masker bila batuk atau tutup mulut dengan lengan atas bagian dalam

5. Tidak merokok

6. Minum air putih 8 gelas/hari

7. Makan makanan yang dimasak sempurna dan jangan makan daging dari hewan yang berpotensi menularkan

8. Jaga kebersihan lingkungan

9. Bila demam dan sesak napas segera ke fasilitas kesehatan

10. Jangan lupa berdoa




Pemerintah menganjurkan social distancing dan stay at home sebagai upaya mencegah penyebaran virus Corona agar tidak cepat meluas. Meski realitasnya kadang tidak sama seperti yang dianjurkan.


Baca juga : Realitas Stay at Home pasca Social Distancing


Demikianlah berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan juga penyebaran COVID-19 agar tidak meningkat. Mari jaga dan lindungi keluarga dari pandemi ini dengan menjaga imunitas keluarga dan mendukung upaya pemerintah melakukan social distancing dan stay at home.

Memang Virus Corona ini berbeda dari flu biasa, maka penting bagi Kita untuk mengetahui gejala COVID-19 dan mewaspadai penyebarannya. Semoga keadaan cepat membaik dan pandemi ini cepat berlalu.



Salam,




#BPNRamadan2020
#BPNChallengeday1









Resep JSR dr Zaidul Akbar untuk Batuk, Flu, dan Alergi dengan Bahan Alami Rempah-rempah

Resep JSR untuk Batuk,
 via instagram.com/@rhosa_liena

Untuk menjaga imunitas keluarga, ada beberapa orang yang memilih bahan alami rempah-rempah sebagai upaya untuk meningkatkan imunitas tubuh dan mengobati berbagai keluhan atau penyakit seperti batuk, flu, dan alergi.

Memang berobat ke dokter diperlukan, tetapi untuk kondisi seperti saya yang punya alergi obat-obatan tertentu, pilihan bahan alami sepertinya bisa menjadi solusi masalah saya.

Selama dimulai social distancing dan stay at home sebagai anjuran pemerintah untuk menanggulangi penyebaran virus Corona semakin meluas, sebenarnya saya sudah mengalami beberapa masalah kesehatan. Sudah berobat ke dokter dan masih belum fit seperti sedia kala.

Saya mengikuti dr Zaidul Akbar di Instagram resminya dan sudah mengenal JSR atau jurus sehat rasulullah dengan bahan rimpang.

Yuk, buat ramuan JSR ala dr Zaidul Akbar buat meningkatkan imunitas tubuh, mengatasi berbagai masalah kesehatan, yang sering saya alami.

Di bawah ini ada beberapa jenis ramuan JSR yang sering saya buat buat buat kondisi saya di atas dengan berbagai keluhan seperti batuk, flu, alergi, Saya ambil gambar dari instagramnya @rhosa_liena dan @ninacuisine_ yang menyimpan dengan baik resep atau ramuan JSR.

1. Resep JSR untuk Batuk


Saya itu punya alergi dingin, jadi selama musim penghujan dan cuaca dingin akan sering batuk-batuk.  Nah, untuk batuk dan flu ada beberapa ramuan atau resep yang bisa digunakan dengan metode JSR.  Beda gejala, beda juga resepnya. Yuk, simak, di bawah ini.

a. Resep batuk kering

Resep JSR  Batuk Kering
Resep JSR untuk Batuk Kering,
via instagram.com/@rhosa_liena

Untuk batuk kering, sediakan 1-2 buah lemon, 2-3 sdm madu. Pada segelas air hangat ditambahkan perasan lemon dan ditambahkan madu. Jangan diberi tambahan gula pasir, ya!

b. Resep batuk berdahak

Resep JSR batuk berdahak
Resep JSR Batuk Berdahak,
via instagram.com/ nanacuisine_

Pada batuk berdahak, sediakan bahan seperti 1 sdt cengkeh, 3 buah Bunga Lawang atau Star Anise. Seduh dengan air panas (kira-kira 300 ml). Setelah hangat tambahkan 2-3 sdm madu.

Resep atau ramuan JSR ini berfungsi sebagai anti bakteri, antibiotik, meningkatkan sistem imun, anti parasit juga.

c. Resep batuk kering pada dewasa disertai tenggorokan gatal

Resep JSR batuk kering dewasa
Resep Batuk kering pada dewasa,
via instagram.com/nanacuisine_

Ada kalanya sebelum batuk, tenggorokan terasa gatal. Saya sering mengalami hal ini soalnya. Bisa jadi mengalami radang tenggorokan sehingga menyebabkan batuk kering.

Resep untuk batuk kering pada dewasa disertai tenggorokan gatal adalah siapkan satu buah sereh, satu atau dua ruas jahe, satu buah lemon, dan madu. 
Caranya jahe diiris tipis, geprek, atau boleh diparut bersama sereh, lalu dipanaskan dengan api kecil selama kurang lebih dua menit. Setelah hangat beri perasan lemon dan madu.

Jangan lupa berdoa sebelum minum ramuan ini. Minum sehari sekali untuk meredakan batuk dan gatal pada tenggorokan.

2. Resep JSR untuk Flu

Resep JSR untuk Flu
Resep JSR untuk Flu,
via instagram.com/@rhosa_liena

Untuk resep flu, siapkan bahan-bahan seperti satu ruas jahe, satu batang kayu manis ukuran sedang, tiga buah cengkeh, satu sendok makan madu, setengah sendok beepolen (saya skip karena enggak ada stoknya di rumah) dan air sebanyak 200-300 cc. Jahe digeprek, lalu tambahkan kayu manis, cengkeh pada seduhan air panas, setelah hangat beri tambahan madu. Aduk merata.

Resep Anti Flu atau pencegahan agar tidak terkena Flu yaitu bisa dengan menyiapkan satu kelingking kunyit, satu buah lemon peras. Rebus kunyit dengan  air sebanyak 300 cc, jangan sampai mendidih airnya. Setelah hangat tambahkan perasan lemon dan madu.


3. Resep JSR untuk Alergi

Resep JSR untuk Alergi,
via instagram.com/@rhosa_liena


Sebenarnya saya baru kemarin-kemarin mengalami alergi yang cukup berat. Biasanya alergi hanya sebatas batuk saat cuaca dingin saja tetapi kemarin-kemarin saat diberlakukannya stay at home dan social distancing, saya mengalami alergi sampai tangan, kaki dan seluruh badan saya kemerahan. 


Urticaria, via dokumentasi pribadi

Ternyata saya mengalami urticaria atau biduran. Kondisi alergi saya sudah pada tahap ini kemarin-kemarin. Urticaria atau dikenal dengan biduran merupakan reaksi kulit dengan rasa gatal dan kemerahan.  

Biduran atau urticaria ini dapat muncul secara tiba-tiba di bagian tangan, kaki, bahkan seluruh bagian tubuh. Hal ini bisa dipicu oleh berbagai faktor. Penjelasan tentang Uricaria lebih lengkap bisa diakses di sini.

Setelah saya pikir sepertinya ada makanan yang saya konsumsi sebagai pemicunya.  Sebelumnya saya makan ikan asin plus sambal terasi, biasanya sih enggak apa-apa, tapi sepertinya ini jadi salah satu pemicu alergi saya.

Nah, saat kondisi daya tahan tubuh melemah, saat itu seluruh badan saya kemerahan. Untung saja keesokan harinya sudah baikan. Alhamdulillah.

Saya makan juga telur rebus setelah alergi saya hilang kemarin, ternyata keesokan harinya tangan, kaki juga badan saya merah-merah lagi. Nah, kan, berarti setelah makan ikan asin, sambal terasi juga telur rebus ternyata bisa jadi pemicu alergi bagi saya.

Saya mencoba mencari resep alergi dari bahan alami. Alhamdulillah setelah dua atau tiga hari kondisi alergi saya mereda dengan ramuan JSR anti alergi ini.

Tips mengatasi alergi dengan metode JSR dr Zaidul Akbar yaitu dengan meminum air alkali, bisa dari infused water kurma atau rempah, sayuran juga buah-buahan.

Untuk mengatasi alergi, siapkan bahan rempah-rempah yaitu satu buah kayu manis ukuran sedang, tiga sampai lima buah cengkeh, tiga buah bunga lawang, segelas air kira-kira 200-300 cc dan madu. 
Seduh dengan air panas atau dipanaskan dengan api kecil selama kurang lebih dua menit. Setelah hangat beri tambahan dua sendok makan madu. 


Sejujurnya untuk kondisi sekarang yang mengharuskan stay at home, cobalah untuk peduli kesehatan keluarga dengan meningkatkan imunitas tubuh.

Baca juga : 7 Tips Jitu untuk Menangkal Corona dengan Meningkatkan Sistem Imun Tubuh

Sebelumnya, saya dulu tipe yang begitu sakit langsung ke dokter, akan tetapi ternyata tubuh saya alergi terhadap obat-obatan tertentu, karena sering kali setelah minum antibiotik, saya mengalami gatal-gatal, terutama di bagian tangan.

Makanya begitu tahu JSR Zaidul Akbar ini merasa senang dan ingin mencoba resepnya saat saya mengalami berbagai keluhan seperti batuk, flu juga alergi seperti yang sering saya alami.

Baca juga : Realitas Stay at Home Pasca Social Distancing

Jika ada yang bertanya mengenai bahan-bahan di atas diperoleh dari mana? Saya sendiri membeli di marketplace seperti shoppee untuk menyetok berbagai rempah-rempah di rumah.

Itulah berbagai resep alami  JSR dari Zaidul Akbar untuk batuk kering, batuk berdahak, batuk disertai tenggorokan kering, flu dan dan alergi yang saya terapkan di rumah. Semoga Sahabat Catatan Leannie diberi kesehatan dan ada dalam lindungan-Nya. Aamiin.



Salam,