Langit by instagram.com_kawanimut |
Alnita : Jangan kamu pikir aku tak terluka. Aku yang lebih dulu mengenal Prasetya. Sejak kecil Pras adalah tetanggaku. Ayah pindah tugas saat aku kelas 5 SD. Saat itulah kita bertemu, Sekar. Bukankah aku sudah bilang ada seseorang yang kucintai sejak dulu. Dialah Pras. Pras tak mengenaliku, saat kuceritakan kami adalah tetangga ketika masih kecil, dia pun melamarku.
Sekar: Jika kau menganggapku Sahabat mengapa tak kau ceritakan tentang dia. Apa harus hubungan persahabatan kita terputus gara-gara Prasetya.
Alnita: Apa kau tak tahu sejak kau sebut namanya dalam kisahmu, hatiku juga teriris. Selama tujuh tahun kau melukaiku. Sekarang Pras sudah memilihku. Tolong, jangan menyakitiku lagi dengan berada diantara kami!
Kedua sahabat ini diam membisu. Taman yang dulunya tempat favorit mereka menceritakan kisah bahagia, tawa dan menjadi saksi keakraban mereka, kini ikut menangis pilu.
Bagai tak saling mengenal satu sama lain, mereka membalikan badan ke arah berbeda. Ada derai air mata yang mengalir ketika gerimis turun. Rinai hujan menyapu kepedihan dua sahabat yang dulunya begitu dekat dan tak terpisahkan.
*
Kini, Prasetya menjadi jurang pemisah dinding hati keduanya. Pras tak pernah berhenti menghubungi Sekar, meskipun seminggu kemudian dia akan menikahi Alnita. Gadis itu tak pernah sekali pun membalas pesan atau mengangkat telepon Prasetya.
Di ujung jalan menuju rumah Sekar, Pras menunggunya. Sepertinya Sekar sudah tak menganggap keberadaan pria yang namanya telah terukir dalam jiwa gadis cantik bermata bening itu. Ia berlalu saat Pras memanggil namanya.
"Sekar Arum, kumohon izinkan aku bicara. Sebentar saja, please!" Pras menggenggam tangan Sekar.
"Jangan kau sentuh Aku! Bicaralah, waktumu hanya sebentar," jawab Sekar dingin.
"Aku hanya mencintaimu, Sekar. Percayalah!" Pras mencoba meyakinkan Sekar dengan menatapnya lekat.
"Hah? Kau bilang mencintaiku, tapi seminggu kemudian akan menikahi Alnita, sahabatku. Tega sekali, kau, Pras. Kau pikir aku bodoh?" tegas Sekar muak melihat wajah pria yang dulu dikaguminya.
"Ayahku berhutang banyak pada ayah Alnita. Aku terpaksa menikahinya. Kulakukan demi ayah. Setelah setahun aku akan bercerai dengan Alnita dan menikahimu. Tolong jangan pergi, aku tak bisa hidup tanpamu, Sekar. Kau tahu aku mencintai dulu, sekarang dan nanti," ucap Pras berkaca-kaca.
"Jangan kau permainkan pernikahan. Cobalah mencintai Alnita, dia begitu mencintaimu. Lupakan saja kenangan tentang kita. Tujuh tahun adalah waktu singkat dibandingkan pernikahan yang seumur hidup janjinya harus kau pegang. Selamat tinggal, Prasetya!" Sekar berlari ditengah gerimis yang juga turun di relung hatinya.
Bagaimana mungkin dia bisa menantikan Pras yang seminggu lagi akan menjadi suami sahabatnya.
Apa-apaan kau, Pras? Enak saja kau mempermainkan hati kami berdua. Kau bilang setelah setahun akan menikahiku? Maksudmu, aku akan jadi simpananmu? Aku tak sudi! Bagaimana bisa aku menunggumu selama setahun, sedangkan kau hidup satu atap bersama Alnita.
Apa yang kau lakukan dengan istrimu, aku tak kan tahu. Bagaimana jika nanti istrimu hamil dan punya seorang anak? Memang kau pikir aku tega merenggutmu dari istri dan anakmu?
Tidak, Pras. Aku mencintaimu tapi aku tak mau gelap mata. Meski harus membunuh perasaanku sendiri, itu akan kulakukan. Inilah takdir kita. Jalan hidup tak mengizinkan kita merengkuh bahagia bersama.
**
**
Tuhan ... aku kembali pada-Mu.
Sekar melangkahkan kakinya menuju masjid, bukan ke rumahnya. Di sinilah dia ingin menyendiri. Kini hanya Tuhanlah pelita hidupnya.
Jam menunjukkan pukul setengah enam sore. Sekar menatap sekumpulan anak yang sedang mengaji dengan seorang yang tak asing baginya.
Muhammad Langit Ramadan, ya, itu pasti dia. Langit pun sempat memandangnya sekilas kemudian menundukkan pandangannya.
Sejak di Sekolah Menengah Pertama, ketua Osis di sekolahnya memang tak pernah sekali pun mengajak Sekar bicara. Meski Sekar pun bendahara Osis tapi Langit tak pernah menyapanya.
Sekar tak pernah menyangka bertemu kembali dengan Langit karena saat masuk SMU, Langit pindah ke luar kota, entah ke mana.
Ia memperhatikan Langit yang sedang mengajar anak-anak sekitar kompleksnya mengaji. Langit pun terlihat memerah. Ia menundukkan pandangannya saat kedua netra mereka bertemu.
Ternyata Langit menjadi imam salat Maghrib di masjid. Hati Sekar seakan damai dan adem mendengar fasihnya lantunan alquran yang dibaca Langit. Seketika hatinya juga bergetar. Ia meneteskan air mata di tengah sujud panjangnya.
Ya Allah, tolong bimbing aku. Angkatlah semua perih yang kurasa selama ini.
Saat bada salat isya, Langit beserta orang tuanya ke rumahku. Ada apa ini? Ternyata kedatangan Langit ke kotaku adalah untuk meminangku. Aku tak menyadari sudah dua bulan Langit tinggal di kota yang sama denganku.
Siapa yang mampu menampik pesona Langit? Aku pun hanya menggangguk dan tersenyum saat diminta jawaban atas kesedianku menjadi istrinya.
Terima kasih Tuhan. Inilah jawaban yang dinanti Sekar. Kelak Langit adalah tempatnya berteduh, bersandar, dan mengarungi bahtera hidup bersama. Satu untuk selamanya, hingga menuju jannah-Nya.
Selamat tinggal masa lalu, aku kan melangkah ... bersama Langit yang menjadi pelabuhan terakhirku. Sekar Langit, nama yang sebulan kemudian tercantum pada undangan tosca pernikahan kami.
Sekar Arum Khairunnisa dan Muhamad Langit Ramadan terukir di Ar-Rasy-Nya. Alhamdulillah.
Sekar Arum Khairunnisa dan Muhamad Langit Ramadan terukir di Ar-Rasy-Nya. Alhamdulillah.
***
Kini ... usai sudah segala penantian panjangku
Setelah kutemukan dirimu, duhai kekasihku
Kini .. akan kulabuhkan hidupku
Karena kaulah cinta terakhirku
(Cinta Terakhir_Ari Lasso)
Leannie.Azalea