Showing posts with label Flash Fiction. Show all posts
Showing posts with label Flash Fiction. Show all posts

Jawaban yang dinanti Sekar



Pic by Pinterest


Kuberlari ... kau terdiam
Kumenangis ... kau tersenyum
Kupergi .. kau kembali
Kucoba meraih mimpi
Kaucoba tuk hentikan mimpi
Memang kita tak kan menyatu ...

***

Lantunan lirik lagu yang berjudul "Harus Terpisah" dari Cakra Khan begitu menyentuh kalbu Sekar saat mendengarnya. Entah karena liriknya yang pilu atau karena menggambarkan isi hatinya saat itu.

Sekar tak bisa membayangkan bagaimana Pras menghancurkan hatinya hingga berkeping-keping. Penantiannya selama tujuh tahun luluh lantah mendengar kabar bahwa Pras akan menikah dalam waktu dekat.

Berbagai pertanyaan ada di benak Sekar.

Jika Pras tak menaruh hati padanya mengapa ia pernah menjanjikan akan mengenalkan Sekar pada keluarganya?

Jika Pras tak pernah punya perasaan terhadapnya mengapa tatapan matanya menyiratkan hal bahwa ia pun punya perasaan yang sama dengan Sekar.

Jika Pras tak peduli padanya mengapa Pras selalu ada saat Sekar membutuhkannya?

Jika Pras tak menyayanginya mengapa ia menjadi orang pertama yang datang ke rumah sakit ketika Sekar sakit?

Sekar tak merasakan berapa banyaknya air mata yang mengalir karena  penat memikirkan semua ini. Pantas saja Pras belakangan ini menghilang. Sekar menganggap Pras sedang tugas ke luar kota sampai tak pernah menghubunginya.

Saat ia menerima satu undangan berwarna merah jambu, hatinya kembali teriris. Undangan pernikahan Pras dan Alnita. Pras menikahi sahabatnya sendiri. Sahabat semasa kecil dan selalu ada juga untuk Sekar. Sakit rasanya dikhianati sahabat juga orang yang disayanginya.

Alnita ... kupercayakan rahasiaku padamu. Kau selalu mendengarkan ceritaku bersama Pras. Kukira kau teman terbaikku, ternyata kau juga ikut menusukku dari belakang.

Pras ... mengapa kau melukis luka setelah menawarkan indah pelangi dalam hidupku?


Leannie.Azalea
Kota Kembang, 13 Desember 2018 


#Flashfiction
#Jawabanyangdinantisekar

Anggrek dan Lara


Foto: Pexels.com


"Tunggu, jangan pergi, Anggrek!"

Ibu menghadang kepergian putri cantik semata wayangnya sambil berlinang air mata.

Anggrek buru-buru memasukkan baju dan perlengkapannya ke dalam koper. Ia tak sanggup menatap sendu wajah ibunya.

Setengah berlari, ia pergi mengejar mimpi Indah seperti Lara, sahabatnya pergi ke Kota.

Saat ia hendak naik bus menuju kota metropolitan, satu tangan mungil menggenggam tangannya.

"Ibu ... jangan pergi, kalau ibu enggak ada nanti Hasna belajar sama siapa?" tanya gadis manis bermata bulat yang kini tengah menatap wajahnya.

Anggrek membungkukkan punggungnya dan mengusap lembut rambut panjang Hasna.

"Hasna, anak baik, biar ibu enggak ada, kan ada guru lain yang menggantikan. Jangan lupa belajar yang rajin supaya jadi anak pintar." 

Anggrek berpamitan pada Hasna karena bus yang ia naiki sudah tiba. Sepanjang jalan Anggrek termenung, 4 tahun dirinya menjadi guru honorer di desa. Ia ikhlas sebenarnya namun berharap medapatkan penghasilan cukup untuk membawa orang tuanya ke Mekah.

Sesampainya di kota Metropolitan, Anggrek mencari Lara karena menjanjikan pekerjaan bergaji besar.

Anggrek sangat tertarik dan memutuskan meninggalkan pekerjaannya sebagai guru honorer, dan meninggalkan orang tua untuk bertemu Lara, sahabatnya.

Semua impiannya luruh, saat tak sengaja melihat Lara turun dari sebuah mobil menggunakan bikini dan dipeluk oleh om-om berdasi masuk ke dalam hotel.


-The end-

Tulisan ini merupakan sebuah Flash Fiction yang diikutsertakan dalam One Day One Post Estrilook Community Day 6.