Showing posts with label Story. Show all posts
Showing posts with label Story. Show all posts

Mesin Cuci untuk Ibu, Hadiah dari Gaji Pertamaku

Pic by Pinterest

Ibu adalah orang yang begitu berperan dalam kehidupanku. Banyak hal yang sudah Ibu lakukan namun belum bisa kubalas jasanya hingga kini. Satu hal yang pernah berikan untuk Ibu saat gaji pertamaku di Bandung adalah sebuah mesin cuci. Mesin cuci untuk Ibu, hadiah pertama dariku, dari hasil jerih payahku bekerja sebulan.

Aku pernah bekerja sebagai tenaga kontrak di sebuah  Rumah Sakit Umum Daerah sebagai pelaksana Analis Kesehatan di Laboratorium Klinik RS. Mungkin aku harus menunggu beberapa waktu agar bisa diangkat menjadi PNS, karena di daerah, kekurangan tenaga kesehatan.

Saat honor pertamaku di rumah sakit Aku menerima dua lembar uang seratus ribu dan satu lembar uang lima puluh ribu rupiah. Bukan mau mengeluh tapi untuk makan pun masih nombok, bahkan gaji seorang asisten rumah tangga pun lebih dari itu.

Akhirnya ibuku juga yang mengirimkan uang untuk biaya hidupku di sana. Meski ada saudara tetap saja berbeda dan aku belum terbiasa hidup merantau. Kusedih dengan keadaan ini sudah dua bulan ibu memberikan uang tambahan bagiku. Bukannya aku yang memberi malah masih merepotkan ibu.

Akhirnya kuambil keputusan untuk kembali ke Bandung, aku akan mencari kerja di Bandung saja, pikirku. Alhamdulillah berkat usaha dan doa aku mendapatkan pekerjaan di Laboratorium swasta, meski belum besar gajinya, aku bersyukur tidak membebani ibuku.

Aku mencari pekerjaan kembali dengen mengirimkan berbagai lamaran kerja ke Laboratorium Klinik Swasta Utama yang lebih besar. Mungkin karena lamaran kerjaku memakai Bahasa Inggris, saat aku mengirimkan lamaran sore hari, satu jam kemudian aku diminta wawancara dan tes kesehatan keesokan harinya.

Alhamdulillah aku diterima bekerja di Laboratorium Klinik Utama ternama di Bandung. Dengan gaji di atas UMR, kupersembahakan kado pertama untuk Ibu. Kuberikan ibu mesin cuci, agar meringankan pekerjaan ibu di rumah setelah letih seharian bekerja, biar ibu enggak ngerasa pegal di punggung.

Satu hadiah kecil dari gaji pertamaku. Alhamdulillah ... hadiah pertama Yang kuberikan dari hasil bekerja. Terima kasih Ibu, meski belum bisa kubalas semua jasamu, semoga surga adalah pahala untukmu.


Salam,




Tentang Ayah, Memori yang Takkan Pudar

Pic by Canva

Setiap kali menuliskan tentang ayah, saya jadi teringat masa kecil.  Mengingatnya merupakan sebuah memori yang melekat dan tidak akan pudar. Ayah adalah seorang pelindung bagi saya. Seseorang yang tak sempurna memang, tapi membuat saya merasa istimewa.

Bagaimana tidak, dari zaman masih sekolah dasar bahkan sampai saya bekerja pun terkadang ayah mau mengantar dan menjemput saya, padahal tempat kerja saya cukup dekat dari rumah.

Setelah bekerja, sebagian rekan kerja malah kadang menanyakan pacarnya mana? Hehe, enggak ada, cukuplah nanti setelah nikah ada pacarnya, hehe  😅

Apa yang istimewa dari Ayah? Mungkin Ibu juga, Ibu bilang Ayah yang sekarang adalah pribadi yang lebih baik, doa ibu yang tak putus ternyata memang salah satu penyebabnya.

Ada tiga hal dari Ayah yang membuat saya kagum, diantaranya:

1. Tidak gengsian, pekerjaan apa pun dilakukan untuk mencari nafkah 

Sikap ini memang harus dimiliki seorang kepala keluarga. Tidak gengsi saat harus menjalani berbagai macam pekerjaan,baginya apa pun akan dilakukan untuk keluarga demi memenuhi kewajiban menafkahi anak dan istri

Lelaki yang kupanggil ayah ini memang seorang pekerja keras. Ayah pernah mengalami pemutusan hubungan kerja saat pabrik tempatnya bekerja gulung tikar. Dulu pernah terjadi krisis ekonomi yang menyebabkan banyak perusahaan gulung tikar. Ayah tidak berhenti begitu saja, beberapa pekerjaan pernah dia lakukan. Semua untuk keluarga.

2. Bangun tidur lebih awal untuk membantu pekerjaan rumah

Kebiasaan yang kedua yang mungkin jarang dilakukan orang lain adalah ayah bangun lebih awal untuk membantu pekerjaan ibu sebelum ibu bekerja.

Ibu adalah seorang guru PNS yang setiap pagi harus bekerja ke sekolah. Ayah bangun lebih awal untuk menanak nasi, masak air, kadang mencuci pun ayah lakukan agar saat Ibu bangun ketika subuh, pekerjaan itu sudah beres. Ayah melakukan ini agar ibu tidak repot dengan pekerjaan rumah saat akan berangkat kerja.


3. Membiasakan diri salat lima waktu di  masjid

Dulu saat ayah bekerja kebiasaan ini belum dilakukan, sekarang pekerjaan ayah sebagai ketua RT yang menghabiskan banyak waktu di rumah. Ayah membiasakan diri salat begitu azan tiba di masjid tiap harinya.

Mungkin inilah yang menjadi alasan Allah memanggil ayah untuk umrah di tahun 2013 yang lalu. Ayah mendapatkan semua biaya umrah dari kakaknya atau dari Ua yang tinggal di Pandeglang.  Alhamdulillah Ayah sudah pernah menginjakan diri di tanah suci. Tinggal Ibu yang belum, semoga Ibu juga bisa menunaikan ibadah suci di sana.

Seluruh doa kupanjatkan untuk Ayah dan Ibu. Dua orang malaikatku di dunia.  Membuatku ada dan menjadi seperti sekarang ini. Dua orang yang tak pernah meninggalkanku di saat terburuk dalam hidupku.

Terima kasih Ayah dan Ibu, seluruh kebaikan yang kalian lakukan semoga dibalas kebaikan dan berbuah surga. Tentang Ayah ... adalah memori yang tak kan pudar. Doa terbaik untuk kedua orang tuaku.



    Salam,





Ketika Harus Memilih, 10 Pilihan yang Mengubah Hidupku


Pic by Canva

Hidup adalah pilihan. Pilihan untuk terus melangkah pastinya. Ketika harus memilih, beberapa pilihan mengubah hidupku. Sebuah perjalanan yang harus dilewati. Keputusan yang diambil biasanya punya dua sisi untuk kita ambil hikmahnya.

Jangan sesali yang telah terjadi, karena semua hal yang terjadi pasti ada hikmahnya. Terkadang harus melewati perjuangan untuk memperoleh sesuatu, itulah seninya hidup.  Ada 10 pilihan yang mengubah hidupku selama ini. Apa saja, sih? Yuk, simak, kisah saya di bawah ini!

1. Memilih Kuliah di Bidang Kesehatan

Pilihan pertama adalah memilih kuliah di bidang kesehatan. Tadinya saya pengen jadi apoteker tapi dulu passing grade di Unpad cukup tinggi. Lulus pilihan dua di SMPTN dengan jurusan Kimia, Upi. Tidak saya ambil pilihan ini karena sudah dinyatakan lulus di Politeknik Bandung dan Politeknik Kesehatan Bandung.

Lulus pilihan dua di Politeknik Bandung, dengan jurusan teknik komputer kurang sreg bagi saya karena saya inginnya kuliah di teknik telekomunikasi yang passing gradenya tertinggi.

Mungkin harus berjodoh dengan Politeknik Kesehatan Bandung jurusan Analis Kesehatan. Ikut daftar dengan teman dan dinyatakan lulus. Meski ternyata saya tidak mengenal jurusan yang saya pilih. Hehe ... Saya pikir dunia analis tentang biologi dan kimia saja tapi ternyata amazing, lebih dari yang saya bayangkan.

Saya juga bersyukur dulu kuliah di sini, selain dekat dari rumah, hanya lima atau sepuluh menit perjalanan jika menggunakan motor, saya juga bertemu teman-teman baru. Sampai sekarang masih kangen juga sama mereka. Lama enggak berjumpa, semoga kalian sehat selalu dan ada dalam lindungan-Nya.

2. Memilih Kembali Pulang ke Bandung, setelah Menjadi TKK di RSUD Pandeglang

Setelah lulus kuliah, sempat menganggur selama dua atau tiga bulan. Akhirnya saya mencoba mencari kerja di luar daerah.
Ada Saudara saya yang tinggal di Pandeglang menyarankan untuk memasukkan lamaran ke RSUD di Pandeglang. Akhirnya saya bekerja di sana walau hanya beberapa bulan.

Mendengar pemberitaan mengenai tsunami Selat Sunda, saya ikut prihatin dan jadi teringat semasa bekerja di sana.

3. Memilih Bekerja di Laboratorium Klinik Swasta setelah Kembali ke Bandung

Sebenarnya saya kasihan sama Ibu, sewaktu saya bekerja di RSUD sebagai tenaga kerja kontrak, honor di sana sangatlah minim, hanya dua lembar uang ratusan ribu kuterima. Ibu harus transfer untuk kebutuhan hidupku.

Aku jadi dilema, saat bekerja, aku ingin memberi pada ibuku bukan diberi seperti ini. Ibuku meminta untuk bersabar, siapa tahu nanti diangkat menjadi PNS. Mungkin aku tidak bisa jauh dari keluarga. Pilihan untuk kembali ke Bandung pun aku ambil. Alhamdulillah akhirnya aku diterima bekerja di sebuah Lab Klinik Utama ternama di Bandung.

4. Memilih Resign Bekerja untuk Melanjutkan Kuliah D4

Setelah hampir lima tahun bekerja, aku punya keinginan untuk melanjutkan kuliah D4. Mungkin dulu ibuku bilang untuk wanita perkerjaan yang paling enak adalah menjadi seorang guru. Kurasa itu benar juga karena setelah menikah aku tak ingin menghabiskan hidupku untuk bekerja. Aku ingin berada di tengah mereka. Aku mau jadi dosen saja, rencananya setelah lulus D4, mau melanjutkan kuliah S2.

5. Memilih Resign kembali  sebagai Assdos Saat Menikah

Setelah lulus kuliah D4, saya bekerja sebagai asisten dosen di Stikes di Bandung. Sebuah tangga menuju mimpi. Saat akan menikah di penghujung tahun 2014, yang lalu. Saat itu sudah lewat dari target saya menikah. Mungkin jodohnya memang dengan dia, kakak kelas waktu SD yang rumahnya masih satu RT. Hehe 😄

Ketika dihadapkan pada pilihan harus secepatnya kuliah S2 atau menikah? Mungkin jawaban di iklan S2 dulu, tapi berbeda dengan iklan, saya memilih menyempurnakan setengah dien lebih dahulu.

6.  Menerima Tawaran Part Time di Laboratorium Klinik Swasta

Ternyata yang biasanya bekerja lalu diam di rumah seharian, ada rasa jenuh juga. Ada tawaran bekerja part time di sebuah Laboratorium Klinik Swasta yang juga memiliki apotek juga praktik dokter membuat saya menerima pekerjaan ini sampai sekarang.

7. Memilih menjadi IRT, Mengurus Anak dan Mencoba Bisnis Online

Setelah memiliki seorang anak, saya pun mencoba peruntungan di dunia bisnis online. Setahun berjualan batik juga daster yang jadi favoritnya emak sedunia termasuk saya. Hehe 😄

Kesalahan mengirimkan pesanan berulang kali sampai mengambil pelanggan saya membuat saya memutuskan kerja sama dengan supplier dari Pekalongan dan Bali.

Mungkin bukan passion saya di dunia berbisnis, saya pun akhirnya melepaskan berjualan online setelah kecewa dengan supplier yang selama ini diajak kerja sama sebagai dropshiper.

8. Memilih Kembali ke Bandung setelah Ikut Suami Bekerja di Semarang

Suami pernah mendapatkan tawaran pekerjaan di Semarang sebagai Oprasional Manager suatu cafe, karena memang backgroundnya sebagai manager marketing di salah satu cafe.

Mungkin saya memang bukan tipe yang bisa merantau, ditambah cuaca panas Semarang yang membuat saya kasihan dengan anak, akhirnya saya dan Suami memutuskan kembali ke Bandung dan menetap di sini. Suami pun mendapatkan pekerjaan baru di Bandung, alhamdulillah.

9. Memilih Dunia Menulis setelah Off dari Bisnis Online

Sebenarnya sejak masih bersekolah saya suka menulis, walau masih menulis di diary, kadang menulis cerpen atau puisi.  Melihat teman yang menerbitkan buku antologi melihat saya ingin mengembangkan diri juga. Saya pun ingin punya buku sendiri, ingin menulis novel karya sendiri.

Saya pun mengikuti berbagai training menulis dan mengikuti berbagai grup kepenulisan. Akhirnya setelah memutuskan off dari dunia bisnis online saya pun memilih menekuni dunia literasi.

10. Menemukan Passion di Dunia Menulis

Ternyata menulis menjadi passion saya. Alhamdulillah, setelah menjalani berbagai proses saya menemukan kebahagiaan saat menulis.

Menulis ternyata jadi terapi bagi saya. Ada hal yang tak bisa saya ungkapkan di dunia nyata, bisa saya tuangkan dalam tulisan. Saya juga senang jika tulisan saya dibaca banyak orang, artinya pesan kebaikan yang saya sisipkan dalam tulisan dapat sampai pada pembaca.

Menulis artikel adalah salah satu cara  saya berkarya. Alhamdulillah mendapatkan banyak manfaat dari sini. Mendapatkan pengalaman, Sahabat baru yang begitu solid meski hanya bertemu Di dunia online, mendapatkan penghasilan tambahan juga dari menulis.  Yang terakhir adalah bonus bagi saya. Insyaallah saya akan terus berkarya. Semoga pembaca tidak bosan membaca tulisan saya ini. Hehe 😄

Itulah 10 pilihan yang mengubah hidupku. Ketika harus memilih, pilihlah yang sesuai dengan hatimu. Segala sesuatu yang berasal dari hati akan menyentuh hati lainnya juga. Benar begitu, kan, Sahabat?


    Salam,






Menemukanmu, Cerita di Balik Lirik Lagu Seventeen yang Penuh Makna

Lagu seventeen menemukanmu
Menemukanmu, 
via freepik


Sempat berduka dengan pemberitaan tentang personil  Seventeen dan istri dari vokalisnya saat tsunami di Selat Sunda membuat saya terkenang dengan lagu-lagu Seventeen. Lagu "Kemarin" begitu menyayat hati sekaligus membuat saya terkesan. Salah satu lagu yang menjadi favorit saya adalah lagu yang berjudul "Menemukanmu"

"Menemukanmu" merupakan salah satu judul lagu dari Seventeen, salah satu grup musik Indonesia yang diluncurkan tanggal 27 Maret 2011. Meski sudah delapan tahun berlalu lagu ini masih menjadi lagu kesukaan saya karena lagu ini saya banget. Hihi ...

Lirik lagu yang diciptakan personil seventeen yaitu, Yudhi, bisa Kamu temukan di album "Dunia yang Indah" di bawah naungan label Mi2 Music.

Berikut ini adalah lirik lagu kesukaan saya yang berjudul "Menemukanmu"

Separuh langkahku saat ini
Berjalan tanpa terhenti
Hidupku bagaikan keringnya dunia
Tandus tak ada cinta

Hatiku mencari cinta ini
Sampai ku temukan yang sejati
Walau sampai letih kukan mencarinya
Seorang yang kucinta

Reff:

Kini kumenemukanmu
Di ujung waktu kupatah hati
Lelah hati menunggu cinta yang selamatkan hidupku

Kini ku tlah bersamamu
Berjanji tuk sehidup semati
Sampai akhir sang waktu
Kita bersama tuk selamanya

Kini ku menemukanmu
Di ujung waktu kupatah hati
Lelah hati menunggu
Cinta yang selamatkan hidupku

Kini ku menemukanmu
Di ujung waktu kupatah hati
Sampai akhir sang waktu
Kita bersama tuk selamanya

***

Saya mau bilang kalau lirik lagu ini kurang lebih sama dengan perjalanan hidup saya. Pernah menanti sangat lama dan berujung kecewa, akhirnya Dia menjawab doa dengan menghadirkan pendamping hidup untuk saya.

Jodoh datang di waktu yang tidak di sangka-sangka.  Saat awal menikah pun tak pernah menduga kalau jodohnya masih satu RT. Hehe ... backsoundnya "Jodoh Lima Langkah," Halah ...  😅

Inilah lirik lagu Menemukanmu dari Seventeen yang penuh makna bagi saya. Perjalanan menemukan jodoh. Kami masih sama-sama berjuang untuk saling memahami dan mengharap rida-Nya sampai akhir sang waktu hingga ke surga-Nya. Aamiin.


Salam,










Sehari bersama Sahabat, We Time sekaligus Refresh Energy

Sehari bareng Sahabat

Apa arti Sahabat menurut Kamu?

Sahabat bagi saya adalah seseorang yang selalu ada, menemani Kita pada titik tersulit dalam hidup dan tak kan pernah meninggalkanmu pada kondisi apapun. Sehari bersama Sahabat sungguh berkesan. Buat saya bertemu dengan Sahabat meski sebentar jadi we time dan recharge energy.

Bahagia bersama Sahabat, shopping bareng, nangis bareng, dan yang paling sering curhat lebih lega bareng Sahabat. Hihi ... pokoknya seru bareng Sahabat.

Ada banyak Sahabat yang menemani saya selama ini. Saya jadi banyak belajar tentang kehidupan bareng Sahabat. Meski sudah tidak banyak waktu bareng Sahabat karena berbagai kesibukan, sudah berkeluarga, atau tinggal jauh di luar kota ternyata tidak mengecilkan arti Sahabat buat saya.

Beberapa waktu yang lalu saya bertemu dengan Sahabat saya. Ada Sahabat yang saya kenal sejak kecil, lulus SD udah jarang ketemu, SMP bahkan SMU juga jarang.  Padahalrumahnya deket rumah saya, tapi jarang ketemu. Kuliah apalagi karena  Sahabat saya ini kuliah di luar kota. Kuliah jurusan Matematika di Universitas Negeri Surabaya, sedangkan saya di Analis Kesehatan Poltekkes Bandung.

Baru ketemu kemarin-kemarin setelah kami menikah dan punya anak. It's a long time. Sehari bertemu lagi dengan teman semasa kecil sangatlah berkesan.

We Time bareng Sahabat plus Bocil

Sehari bareng Sahabat bisa sekalian We Time plus recharge energy. Setelah punya anak Me Time udah berubah jadi We Time. Soalnya ke mana-mana bawa Dzaky.  Hehe ... 

Kenapa saya bilang recharge energy? Bisa recharge sekalian berbagi energi positif. Berbagi banyak hal bareng Sahabat. Saling menguatkan dan mendukung membuat saya merasa tidak sendiri di dunia ini. Halah ... yang lain ke mana emang? 😅

Satu lagi Sahabat yang saya kenal belum lama di dunia literasi. Ketemu di salah satu grup kepenulisan, teman nulis bareng 100 puisi bersama Edelweiss Authors. Datang dari Depok ketemu di Gramedia BTC. Seru banget ketemu Sahabat yang satu ini. Ngobrol  kaya yang udah kenal lama padahal baru sekali ketemu.


Meet up sambil ngasuh

Meski banyak juga saya ketemuan sama Sahabat yang lain, saking serunya suka lupa buat foto bareng. Dua cerita di atas ada fotonya jadi bisa diceritain di sini.

Bagaimana dengan Kamu, seberapa greget saat bertemu dengan Sahabat?


     Salam,


    
                        




Bingkai Kenangan, Sebuah Memoar untuk Nenek

Bingkai Kenangan tentang Nenek


Inilah saat terakhirku melihat kamu 
Jatuh air mataku 
Menangis pilu ...

***

Mendengar kabar duka dari seorang teman yang telah kehilangan mertuanya, aku jadi teringat nenek. Tak kuasa rasanya meski 6 bulan pasca kepergian nenek untuk selamanya meninggalkan sejuta kenangan yang membekas.

Teringat siang itu, di kamar perawatan rumah sakit, dua hari sebelum nenek mengembuskan napas terakhirnya, selang oksigen terpasang pada hidungnya, makan dan minum via infusan, nenek hanya tergolek lemah.

Kupandangi wajahnya, kuseka air mata yang mengalir di pipi nenek, kucium tangannya dan genggaman tanganku tak dilepaskan nenek. Nenek ingin bicara namun terbata. Air mataku jatuh juga. Aku menyeka air mataku dan tersenyum. 

"Nenek pasti sembuh. Nenek wanita yang kuat. Sabar ya, Nek!"

Sekali lagi kucium punggung tangan yang telah membesarkanku selama ini, berhubung ibu setiap harinya bekerja. Aku lebih menghabiskan banyak waktu dengan nenek. Tak ada orang yang lebih dekat dan paling memahamiku selain nenek.

Nek, Aku rindu ... kukirimkan doa terbaik untukmu. Tak terasa bulir air mata menghangat membasahi pipi


Arti Sebuah Kebahagiaan

Dokumentasi pribadi Leannie

Kubuka album biru
Penuh debu dan usang
Kupandangi semua gambar diri
Kecil bersih belum ternoda

Pikirku pun melayang
Dahulu penuh kasih
Teringat semua cerita orang
Tentang riwayatku

Reff:

Kata mereka diriku slalu dimanja
Kata mereka diriku slalu dtimang
Nada nada yang indah
Selalu terurai darinya

Tangisan nakal dari bibirku
Takkan jadi deritanya
Tangan halus dan suci

Tlah mengangkat diri ini
Jiwa raga dan seluruh hidup
Rela dia berikan

Back to reff

Oh Bunda ada dan tiada dirimu
Kan slalu ada di dalam hatiku.

***

Lirik lagu Melly Goeslaw yang berjudul 'Bunda' ini memang begitu dalam maknanya. Saya suka mendengarkan suara merdu Melly ditemani liriknya yang begitu menyentuh kalbu.

Bagiku bahagia itu sederhana, seperti bahagianya bunga yang disinari mentari. Sesederhana setetes embun yang bening di waktu pagi. Sesederhana kumpulan bunga cantik yang mewarnai taman hati.

Seperti itulah juga bahagiaku. Sederhana saja dengan menemani putra kecilku setiap harinya. Terkadang aku merasa waktu berjalan begitu cepat, bulan November nanti genap sudah tiga tahun usiamu.

Memang iya, ada yang mengatakan anak itu 'buntut' kalau Bahasa Indonesianya 'ekor.' Meski mau ke warung atau belanja gas maupun galon ke tetangga, putraku selalu ingin mengikutiku. Hehe ... berasa artis ada yang ngikutin.

"Ma, ikut, Ma!"

Nikmati kebersamaan dengan buah hatimu, nanti dia akan tumbuh dewasa dan belum tentu bisa menemanimu kelak. Nak, jangan terlalu cepat gede. Masih kangen sama kamu yang unyu-unyu.

Ini foto jalan-jalan pagi bersama yang ganteng. Menemani jalan-jalan sambil dorong sepeda Dzaky. Lihat pemandangan sekitar, menghirup udara pagi, lihat pesawat yang landing atau terbang tinggi. Menemanimu naik ayunan, yang enggak mau sendirian, naik perosotan, sambil menangkap ikan juga buat seru-seruan bareng. 

Dzaky dan Kakak Nisa

Taman sekitar rumah

Pesawat Landing di Bandara Hussein Sastranegara

Sayangnya tak semua hal terdokumentasi, saya kurang suka foto-foto, jadi moment itu berlalu begitu saja. Kuharap ingatan atau memori kebersamaan kita terukir indah di palung hati yang terdalam.

Bahagia itu melihat kesayangan bahagia, meski dengan cara yang sederhana. Semoga memori tentang kita berkesan untukmu, Nak.

Jika nanti sudah dewasa, tiba waktunya dirimu yang menemani ibu. Doaku kini bersamamu, namun kelak kau yang menggengamku dalam doamu.


Tulisan ini diikutsertakan dalam One Day One Post Estrilook Community.

Merajut Mimpi dengan Menulis


Foto by Pexels.com


Menulis bagiku adalah suatu passion. Hal yang menjadi penyemangat diri untuk berkarya dan mewujudkan helai demi helai mimpi yang sedang kurajut hingga kini.

Sudah sejak zaman masih Sekolah Dasar, saya suka menulis. Pelajaran bahasa Indonesia terutama mengarang adalah hal yang membuat imajinasi saya terbang bebas. Saya juga mulai suka menulis buku harian atau diary

Zaman SLTP saya suka menulis puisi. Puisi yang saya buat semua tersimpan dalam buku diary, sebuah catatan hati yang kini entah ke mana.

Pada waktu SMU saya masuk ekstrakurikuler Theater yang bernama T420. Teather 420 merupakan ekskul SMU 4 Bandung dengan sejumput  memori indah saat saya berada di masa putih abu. Pernah saya mengikuti psikotest saat SMU, hasilnya kemampuan bahasa lebih dari lainnya. Pekerjaan yang cocok untuk saya berdasarkan hasil psikotest adalah jurnalis, diplomat dan juga paramedis. Wow, keren, ya. Ah, entahlah, saya sendiri tidak terlalu menjadikan rujukan hasil psikotest ini.

Qadarullah, saya kuliah di Poltekkes Bandung Jurusan Analis Kesehatan. Yapt, ada benarnya juga hasil psikotest waktu SMU, ternyata saya jadi paramedis juga akhirnya.

Semenjak kuliah, saya menjadi anggota. Medkres atau mading kampus. Dari sinilah saya bisa menulis kembali, menulis cerpen, artikel ilmiah dan puisi. Saya merasa menemukan kembali passion saya dengan menulis.

Semenjak, lulus kuliah dan bekerja, saya berhenti menulis. Menikah dan memiliki seorang putra pun tak ada pikiran untuk kembali menulis.

Suatu ketika teman kuliah saya, yang juga rekan saya di mading kampus menawarkan suatu antologi karyanya dengan suatu komunitas menulis.

Saya jadi tertarik untuk mengikuti komunitas menulis seperti dia. Berawal menjadi leader Indscript membawa saya mengenal dunia literasi. Dunia yang membuat saya tertarik untuk mendalaminya.

Saya mulai konsisten menulis ketika Uni Diba Tesi Zalziyati mengadakan tantangan menulis selama sebulan, meski saya tidak mengikuti sampai akhir dikarenakan sakit. Ini jadi memicu semangat saya untuk terus berkarya.

Berbagai usaha saya lakukan untuk mendalami ilmu menulis, selain mengikuti komunitas online, training online, saya juga belajar otodidak dari Mbah Google.

Hampir setahun lamanya saya berada di dunia literasi, dunia menulis yang ternyata menjadi passion saya. Saya belajar menulis artikel, mengikuti event menulis, training online dan membuat saya tergerak untuk mengirimkan tulisan ke media online. Satu demi satu tulisan saya diapprove sebuah platform menulis. Saya jadi menikmati rasanya menulis.

Apakah yang menjadi alasan saya untuk terus menulis hingga kini?

1. Menulis sebagai Terapi

Mengapa terapi? Ada hal-hal yang tak bisa saya sampaikan langsung tapi bisa terwakili dengan tulisan. Saya bisa menulis puisi atau cerpen. Daripada saya komplain terhadap ini dan itu, lebih baik saya salurkan semuanya ke dalam tulisan. Ini lebih aman dan membuat saya lega.

2. Menulis untuk Berbagi

Bagi saya menulis juga untuk berbagi informasi, pengetahuan, atau hal yang penting dibaca oleh orang lain. Semoga dengan berbagi tulisan bisa mencerahkan dan membuat orang lain terinspirasi.

3. Menulis untuk Menyampaikan Pesan Kebaikan

Yang tak kalah penting dari menulis adalah menyampaikan pesan kebaikan. Tulisan yang kita buat akan dibaca orang lain, maka tulislah hal yang baik. Jangan menulis hal yang bisa menyebabkan permusuhan dan memecah persatuan.

Itulah tiga alasan saya untuk terus menulis. Saya masih memiliki impian lain dengan menulis. Semoga dengan konsisten dan terus berjuang, saya mampu merajut mimpi dengan jalan menulis.

Aamiin ...



Salam, 

Catatan Hati tanggal 19 April

Catatan hati 19 April
Catatan hati tanggal 19 April,
via unsplash.com/ Faye Cornish




Catatan hati 19 April di hari kelahiranku. Mencoba menulis di sini, setelah lama tak dikunjungi, takutnya malah jadi sarang spiderman. hehe ...


Terbangun di jam cinderella dengan bunyi alarm dari Jamrud tentang berkurangnya usia.


Idenya Misua oke juga, mau engga mau mesti berjalan ke arah sumber suara buat matiin alarm. Pas mau matiin alarm, eh ada sebuah kotak terbungkus rapi dengan motif hati berwarna pink dan merah. 


Selalu saja penuh kejutan dan selalu saja terkesima dengan surprisenya selama ini. So sweet and so romantic. hehe, moga aja yang jomlo engga baper ya. (Jomlo loh, ya, kata bakunya menurut KBBI)


Penasaran rasa dihati ingin membuka kotak tadi, tapi kok ngerasa sayang ya kalau bungkusnya rusak, hehe ... makanya ngebuka kado pake hati aja. 


Berasa jadi Cinderella, meski bukan dapet sepatu kaca, anggap aja Cinderella jaman now, maaf ya agak maksa. haha ...


Terima kasih ya, Pi. Semoga semua harap dan doanya dikabulkan oleh Allah. Perjalanan kita masih panjang, lupakan semua cerita tentang lara di masa lalu dan teruslah melangkah  karena bahagia menanti untuk kita jemput bersama.


Jika ada duri yang mengganjal di sepatu kita, buanglah durinya, jangan buang sepatunya. Sepatu ibarat teman dalam melangkah, mengarungi bahtera kehidupan. (Leannie.Azalea)