Bingkai Kenangan, Sebuah Memoar untuk Nenek

Bingkai Kenangan tentang Nenek


Inilah saat terakhirku melihat kamu 
Jatuh air mataku 
Menangis pilu ...

***

Mendengar kabar duka dari seorang teman yang telah kehilangan mertuanya, aku jadi teringat nenek. Tak kuasa rasanya meski 6 bulan pasca kepergian nenek untuk selamanya meninggalkan sejuta kenangan yang membekas.

Teringat siang itu, di kamar perawatan rumah sakit, dua hari sebelum nenek mengembuskan napas terakhirnya, selang oksigen terpasang pada hidungnya, makan dan minum via infusan, nenek hanya tergolek lemah.

Kupandangi wajahnya, kuseka air mata yang mengalir di pipi nenek, kucium tangannya dan genggaman tanganku tak dilepaskan nenek. Nenek ingin bicara namun terbata. Air mataku jatuh juga. Aku menyeka air mataku dan tersenyum. 

"Nenek pasti sembuh. Nenek wanita yang kuat. Sabar ya, Nek!"

Sekali lagi kucium punggung tangan yang telah membesarkanku selama ini, berhubung ibu setiap harinya bekerja. Aku lebih menghabiskan banyak waktu dengan nenek. Tak ada orang yang lebih dekat dan paling memahamiku selain nenek.

Nek, Aku rindu ... kukirimkan doa terbaik untukmu. Tak terasa bulir air mata menghangat membasahi pipi


1 comment

  1. Memang berat ditinggalkan org yang telah berjasa dalam hidup kita. Hanya doa yg bs mengiringi kepergiannya

    ReplyDelete

Terima kasih atas kunjungannya. Moderasi komentar saya aktifkan, ya. Komentar akan muncul setelah saya setujui. Mohon tidak berkomentar sebagai anonim atau menyertakan link hidup. Link hidup akan saya delete. Maaf jika ada komentar yang belum terbalas.