Merajut Mimpi dengan Menulis


Foto by Pexels.com


Menulis bagiku adalah suatu passion. Hal yang menjadi penyemangat diri untuk berkarya dan mewujudkan helai demi helai mimpi yang sedang kurajut hingga kini.

Sudah sejak zaman masih Sekolah Dasar, saya suka menulis. Pelajaran bahasa Indonesia terutama mengarang adalah hal yang membuat imajinasi saya terbang bebas. Saya juga mulai suka menulis buku harian atau diary

Zaman SLTP saya suka menulis puisi. Puisi yang saya buat semua tersimpan dalam buku diary, sebuah catatan hati yang kini entah ke mana.

Pada waktu SMU saya masuk ekstrakurikuler Theater yang bernama T420. Teather 420 merupakan ekskul SMU 4 Bandung dengan sejumput  memori indah saat saya berada di masa putih abu. Pernah saya mengikuti psikotest saat SMU, hasilnya kemampuan bahasa lebih dari lainnya. Pekerjaan yang cocok untuk saya berdasarkan hasil psikotest adalah jurnalis, diplomat dan juga paramedis. Wow, keren, ya. Ah, entahlah, saya sendiri tidak terlalu menjadikan rujukan hasil psikotest ini.

Qadarullah, saya kuliah di Poltekkes Bandung Jurusan Analis Kesehatan. Yapt, ada benarnya juga hasil psikotest waktu SMU, ternyata saya jadi paramedis juga akhirnya.

Semenjak kuliah, saya menjadi anggota. Medkres atau mading kampus. Dari sinilah saya bisa menulis kembali, menulis cerpen, artikel ilmiah dan puisi. Saya merasa menemukan kembali passion saya dengan menulis.

Semenjak, lulus kuliah dan bekerja, saya berhenti menulis. Menikah dan memiliki seorang putra pun tak ada pikiran untuk kembali menulis.

Suatu ketika teman kuliah saya, yang juga rekan saya di mading kampus menawarkan suatu antologi karyanya dengan suatu komunitas menulis.

Saya jadi tertarik untuk mengikuti komunitas menulis seperti dia. Berawal menjadi leader Indscript membawa saya mengenal dunia literasi. Dunia yang membuat saya tertarik untuk mendalaminya.

Saya mulai konsisten menulis ketika Uni Diba Tesi Zalziyati mengadakan tantangan menulis selama sebulan, meski saya tidak mengikuti sampai akhir dikarenakan sakit. Ini jadi memicu semangat saya untuk terus berkarya.

Berbagai usaha saya lakukan untuk mendalami ilmu menulis, selain mengikuti komunitas online, training online, saya juga belajar otodidak dari Mbah Google.

Hampir setahun lamanya saya berada di dunia literasi, dunia menulis yang ternyata menjadi passion saya. Saya belajar menulis artikel, mengikuti event menulis, training online dan membuat saya tergerak untuk mengirimkan tulisan ke media online. Satu demi satu tulisan saya diapprove sebuah platform menulis. Saya jadi menikmati rasanya menulis.

Apakah yang menjadi alasan saya untuk terus menulis hingga kini?

1. Menulis sebagai Terapi

Mengapa terapi? Ada hal-hal yang tak bisa saya sampaikan langsung tapi bisa terwakili dengan tulisan. Saya bisa menulis puisi atau cerpen. Daripada saya komplain terhadap ini dan itu, lebih baik saya salurkan semuanya ke dalam tulisan. Ini lebih aman dan membuat saya lega.

2. Menulis untuk Berbagi

Bagi saya menulis juga untuk berbagi informasi, pengetahuan, atau hal yang penting dibaca oleh orang lain. Semoga dengan berbagi tulisan bisa mencerahkan dan membuat orang lain terinspirasi.

3. Menulis untuk Menyampaikan Pesan Kebaikan

Yang tak kalah penting dari menulis adalah menyampaikan pesan kebaikan. Tulisan yang kita buat akan dibaca orang lain, maka tulislah hal yang baik. Jangan menulis hal yang bisa menyebabkan permusuhan dan memecah persatuan.

Itulah tiga alasan saya untuk terus menulis. Saya masih memiliki impian lain dengan menulis. Semoga dengan konsisten dan terus berjuang, saya mampu merajut mimpi dengan jalan menulis.

Aamiin ...



Salam, 

34 comments

  1. Iya, Mb
    Menulis selain bermanfaat buat orang lain memang bisa buat healing yess

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, sebagai terapi diri. Daripada mengeluh lebih baik disalurkan via tulisan yang bermanfaat

      Delete
  2. Menulis buat saya, sbg sarana menjaga kewarasan diri mbak...
    Semangat, semoga berkah buat semua ya...

    ReplyDelete
  3. Menulis memang banyak manfaatnya..
    Btw...senang ya sudah bisa menulis dari kecil..
    Saya baru belajar menulis dua tahun yang lalu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya belajar secara serius baru setahun. 😊

      Delete
  4. Betul sekali bun.... Tetap semangat menulis dan mewujudkan impian selanjutnya hehe

    ReplyDelete
  5. Menulis Bisa meninggalkan jejak sejarah. Semangaat... :)

    ReplyDelete
  6. tos buat alasan menulisnya. Kalau saya menulis karena memang buat terapi. Saya orangnya males cerita sama orang. Jadi kalau ada apa2 mending tak tulis aja biar plong

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, khawatir juga kalau ketemu orang yang enggak amanah, bisa gawat. Hehe ...

      Delete
  7. Setuju mba menulis memang menjadi salah satu terapi. Baik dikala senang maupun sedih.

    ReplyDelete
  8. Betul mbak, dengan menulis bisa meluapkan segala uneg-uneg yang ada.

    ReplyDelete
  9. buat saya, menulis bisa menjadi salah satu agenda refreshing...murah meriah...

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah sudah banyak pencapaiannya, Mbak Lia. Salut dengan konsistensi menulisnya, nggak seperti saya yang selalu menunda-nunda.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Belum sih kalau karya masih sedikit, hehe ... Masih belajar, Mbak. Yuk, belajar bereng 😊

      Delete
  11. Menulis itu Sarana berbagi ilmu ya, Mba. Juga terapi setelah nulis rasanya plong.

    ReplyDelete
  12. Menulis adalah caraku mengungkapkan apa yang tidak bisa kukatakan dengan lisan.

    Asyikk

    ReplyDelete
  13. iya nih, buku diary jaman sekolah duluuu pada kemana yaa, hikss

    www.innaistantina.com

    ReplyDelete
  14. Pertama kali ikutan menulis rasanya susah, setelah terbiasa, jadinya asyik.

    ReplyDelete
  15. Saya tambahin yah.
    Menulis itu juga menjaga otak tetap waras. eh
    Dengan menulis hati, pikiran kita tidak akan "kemana-mana"

    ReplyDelete

Terima kasih atas kunjungannya. Moderasi komentar saya aktifkan, ya. Komentar akan muncul setelah saya setujui. Mohon tidak berkomentar sebagai anonim atau menyertakan link hidup. Link hidup akan saya delete. Maaf jika ada komentar yang belum terbalas.