Showing posts with label Peraih SATU Indonesia Award. Show all posts
Showing posts with label Peraih SATU Indonesia Award. Show all posts

Anjani Sekar Arum dan Upaya Pelestarian Batik Bantengan

Batik Bantengan
Anjani Sekar Arum dan Batik Bantengan,
via instagram.com/@satu_indonesia


Dalam rangka memperingati hari batik nasional tanggal 02 Oktober ini, mari ikut melestarikan budaya batik seperti yang dilakukan Anjani Sekar Arum. Pencipta Batik Bantengan yang menginspirasi sehingga Anjani meraih penghargaan ASTRA SATU Indonesia tahun 2017 di bidang kewirausahaan. 


Lahir dari keluarga seniman, darah seni mengalir di tubuh Anjani Sekar Arum, pencipta motif Batik Bantengan dari Batu yang sudah dikenal hingga ke mancanegara. Ayah Anjani seorang Seniman Pelestari Bantengan di Desa Bumiaji kota Batu, neneknya seorang penari sedangkan leluhurnya seorang pembatik.


Masyarakat di daerah lereng pegunungan Jawa Timur (Bromo-Tengger-Semeru, Arjuno-Welirang, Anjasmoro, Kawi, dan Raung-Argopuro) dari zaman Kerajaan Singasari mempunyai seni budaya yang berkaitan dengan Pencak Silat, yang bernama Bantengan. Di Batu, Bantengan berkembang di daerah yang kini menjadi Desa Bumiaji.


Batik Bantengan merupakan gabungan dari bakat, keahlian, ketekunan, dan cinta. Anjani Sekar Arum memulainya dengan mendesain sendiri Batik Bantengan pada Agustus 2014 dengan membuat sanggar dan galeri batik Andaka di Kota Batu, Malang.



Sejarah Batik Bantengan

Sejarah Batik Bantengan
Motif Batik Bantengan,
via instagram.com/@anjanibatikgaleri


Bantengan berasal dari leluhur yang harus dilestarikan. Seni Budaya yang berasal dari Kerajaan Singasari ini menarik hati Anjani Sekar Arum untuk dikembangkan menjadi identitas budaya tempat asalnya yaitu di daerah Bumiaji, Malang.


Desain Bantengan memiliki filosofi tersendiri. Dalam hal norma kultur, banteng mempunyai kekokohan layaknya gunung, seperti halnya dengan Kota Batu yang dikelilingi oleh empat gunung besar seperti Gunung Arjuno, Gunung Kawi, Gunung Van der Man, dan Gunung Semeru. Keberadaan norma kultur ini menjadi simbol kekokohan solidaritas dari masyarakat Kota Batu, Malang.


Baik ayah Anjani dan Anjani memiliki semangat yang sama untuk melestarikan Bantengan. Ayahnya bernama Agus Tubrun pendiri kelompok budaya Bantengan Nuswantara. Sedangkan Anjani memilih cara yang berbeda dalam melestarikan Bantengan, yaitu membuat motif batik khas Batu yaitu Batik Bantengan.


Anjani mulai menggeluti dunia seni batik saat dirinya masih kuliah di jurusan seni dan desain di Universitas Negeri Malang. Sejak kuliah, Anjani selalu memasukkan unsur budaya Bantengan dalam tugasnya sehingga ia mendapatkan julukan Anjani Bantengan. 


Sayangnya di tempat kuliah Anjani tidak ada seni batik sehingga ia pergi ke Solo dan Yogyakarta untuk mempelajari teknik pewarnaan batik. Selama satu bulan lamanya, Anjani dan beberapa orang teman kuliahnya tinggal berpindah-pindah di dua kota itu sambil pulang pergi dari Batu-Yogyakarta dan Batu-Solo.


Kerja kerasnya membatik berbuah manis, skripsi dan karya batiknya mendapatkan nilai yang tinggi. Pada tahun 2014, Anjani mengadakan pameran tunggal di Galeri Raos Baru dengan 54 lembar batik yang dibuatnya sejak menjadi Mahasiswa di tahun 2008.


Hasil karya pameran Anjani dihargai tinggi dan habis terjual, bahkan Dewanti Rumpoko (istri Walikota Batu periode 2007-2017, Eddy Rumpoko) mengangkat Batik Bantengan menjadi batik khas Batu sehingga Anjani tertantang untuk membuat Batik Bantengan lebih berkembang.


Upaya Pelestarian Batik Bantengan


Anjani Sekar Arum dan Batik Bantengan
Pelestarian Batik Bantengan,
via instagram.com/@satu_indonesia


Meski sudah ditetapkan sebagai batik khas Batu, ternyata tak mudah mengangkat derajat Batik Bantengan. Memasyarakatkan motif baru ternyata banyak tantangannya, namun Anjani terus berjuang untuk mengangkat nama Batik Bantengan.


Selain menggelar pameran di dalam negeri, Batik Bantengan pun dipamerkan di berbagai negara seperti Ceko, Taiwan, Malaysia, Singapura, dan Australia. Anjani pun menyamai keberhasilan ayahnya, Agus Tubrun yang juga mampu membawa seni budaya Bantengan ke mancanegara.


Dalam upayanya melestarikan batik, Anjani mendirikan galeri batik. Saat ini sanggar dan galeri Batik Bantengan yang dibina Anjani telah berpindah ke Desa Bumiaji, daerah asal seni budaya Bantengan. Perjuangan Anjani mulai membuahkan hasil, kehadiran Batik Bantengan memberikan warna baru pada dunia pariwisata Desa Bumiaji hingga dikenal ke mancanegara.


Pembinaan pembatik muda
Pembinaan pembatik muda,
via instagram.com/@anjanibatikgaleri


Setelah itu, Anjani memfokuskan pembinaan pembatik muda. Sejak tahun 2015, Anjani membangun Komunitas Pembatik Cilik agar memunculkan bibit-bibit pembatik Indonesia dan batik bisa dikenal secara luas. Menurutnya, keahlian membatik perlu diturunkan pada generasi muda. Hal itu merupakan salah satu cara untuk melestarikan budaya Bantengan. 


Selain itu, generasi muda binaannya pun dilatih agar dapat menghasilkan karya batik lalu memasarkannya sehingga bisa memperoleh penghasilan dari karya seni mereka.


Tak hanya menjual kain batik motif Bantengan dan memberi pelatihan batik cap dan tulis untuk pelajar atau yang berniat membuka usaha batik. Saat pelatihan membatik, Anjani pun memberikan edukasi mengenai batik, baik dari segi sejarah, norma kultural, dan nilai estetik pada setiap guratan warnanya.


Sedangkan untuk perencana bisnis akan ada proses negosiasi lebih dahulu tergantung seperti apa kebutuhan produksinya nanti. Mengenai Batik Bantengan yang ada di Galeri Batik Anjani, dirinya juga menjual kain batik tulis dan cap. Anjani berharap bisa mengangkat derajat ekonomi pada pembatiknya. 


Dari setiap batik yang terjual, hanya sekitar 10 persen yang masuk ke sanggar. Tak jarang Anjani menguras gajinya sebagai guru honorer SMP 1 Batu untuk berbagai biaya sanggar. Baginya besar atau kecilnya batik yang terjual yang penting terus berkarya agar budaya batik tetap lestari.


Dari 10 % keuntungan untuk sanggar, sisanya menjadi milik para pembatik, dan jumlahnya pun tidak sedikit. Harga batik yang dihasilkan anak-anak asuh Anjani lebih tinggi daripada harga normal batik.


Anjani mengatakan bahwa yang mereka jual adalah Batik, bukan kain batik, yang dijual adalah prosesnya.


Usaha Anjani Sekar Arum melestarikan budaya batik dan mengangkat derajat ekonomi para pembatik mudanya. Semangat Anjani untuk melestarikan Batik Bantengan dan mengangkat keberadaan masyarakat Desa Bumiaji sejalan dengan cita-cita Astra agar sejahtera bersama bangsa. 


Berkat usaha dan kegigihannya melestarikan budaya Batik Bantengan hingga dikenal sebagai identitas masyarakat Batu membuat Anjani menjadi Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards pada tahun 2017.


Itulah kiprah Anjani Sekar Arum dalam upaya pelestarian Batik Bantengan khas Batu, Malang. Semoga banyak lahir pula bibit-bibit pembatik Indonesia sehingga Batik Bantengan bisa lestari, semakin dikenal dan diminati masyarakat luas.



Salam,