Indonesia Website Awards

Nuansa Biru


Puisi Nuansa Biru
Nuansa Biru,
via dokumentasi pribadi



Menatap wajah lautan biru
Terpesona indah 
Lembayung yang merona
Saat ia menutup mata senja


Hingga malam pun menyapa dua jiwa
Pertemuan kita dibingkai rasa
Nuansa biru hadir menatap dua insan
Terpaut haru di palung kalbu


Senantiasa biru 
Saat berjumpa denganmu
Denting waktu pun ikut menjadi saksi


Hari ini, esok dan selamanya
Semoga Dia menjaga keutuhan cinta kita
Sakinah bersamamu hingga ke surga-Nya



~Leannie.Azalea~
Bandung, 25 November 2017

Si Cantik

Cerpen Si Cantik
Si Cantik,
via freepik.com




Daisy seorang gadis kecil putri semata wayang di keluarganya sedang merengek minta jalan-jalan.


Daisy merasa ibunya terlalu sibuk bekerja. Ayah Daisy bekerja sebagai pilot di pesawat milik pemerintah. Ayah juga hanya pulang ke rumah saat cuti saja dan itupun bisa dihitung pertahunnya berapa kali.


Daisy akhirnya bisa membujuk ibunya untuk meluangkan waktu menemaninya jalan-jalan ke taman di dekat apartement yang mereka tempati. Raut wajah ibu terlihat suram, berbeda dengan Daisy terlihat sangat gembira. 


Ibu duduk termenung di bangku taman, sedangkan Daisy berlari dengan ceria,tiba-tiba Daisy menabrak seorang nenek tua yang membawa sebuah boneka. Daisy meminta maaf karena tidak sengaja menabrak nenek tadi.


"Tak apa-apa Cu, penglihatan nenek juga sudah kabur jadi tak melihat engkau berlari ke arah nenek" senyum nenek pada Daisy.


"Nenek mau ke mana, kenapa sendirian di sini?" tanya Daisy 


"Nenek menunggu cucu, nenek kangen sama dia."jawab nenek pilu.


Daisy melirik ke arah boneka yang dipegang nenek. Cantik juga boneka itu pikirnya. Nenek itu memberikan boneka tadi untuk Daisy.


Daisy senang bukan kepalang menerima pemberian  boneka cantik tadi, sebaliknya nenek tadi tersenyum mengeringai.


"Mama ... Daisy dikasih boneka ini. Namanya Si Cantik. Cantik, kan, Ma?" Daisy pun menunjukan boneka pemberian nenek.


"Nenek yang mana?"tanya ibunya keheranan.


Saat Daisy melihat ke belakang, ia tak melihat sosok nenek tadi. Daisy tak peduli, hatinya senang karena memiliki teman baru yaitu "Si Cantik".


***
 
Setelah kembali ke rumah, Ibu meminta izin pada Daisy untuk kembali ke kantor. Meskipun saat ini weekend, namun Ibu tetap pergi ke kantor, alasannya banyak pekerjaan yang belum rampung. 


Daisy harus menelan kekecewaan karena ditinggal pergi ibunya. Ia tinggal di rumah dengan Bi Warti. Berhubung putri Bu Warti sedang melahirkan tadi pagi ia meminta cuti untuk menemani anak juga cucu pertamanya.


Daisy sendirian di rumahnya. Bukan pertama kali ia mengalami hal ini. Rumahnya yang besar juga megah membuatnya merasa dingin, Daisy rindu keceriaan, kebahagiaan juga kehangatan cinta dan kasih sayang terutama dari kedua orang tuanya.


Sepanjang malam Daisy tidak bisa tidur. Ia tidur di sebuah kamar yang cukup besar dan hanya sendiri. Eh tidak sendiri tapi ditemani bonekanya, "Si Cantik" ia dekap dalam tidurnya. "Met bobo Cantik"


Si Cantik melepaskan diri dari dekapannya Daisy. Ia tersenyum meneringai. Si Cantik kemudian turun dari tempat tidur Daisy.


Perlahan ia berjalan selangkah demi selangkah menuju ke luar. Si cantik membuka daun pintu dan berjalan menuju beranda kamar apartement. 


Si Cantik memandang bintang terang di malam itu. Ia pun bergumam pada dirinya sendiri. 


"Tenanglah Chantika, kita telah menemukan mangsa baru ..."


Dalam tidurnya Daisy bermimpi bertemu dengan seorang gadis yang mendekap Si Cantik. Gadis itu mengajak Daisy berkenalan dan mengulurkan tangannya.


"Perkenalkan namaku Chantika, akulah pemilik boneka ini. Boneka yang diberi nama Si Cantik. Aku titipkan Si Cantik sama kamu ya..." Chantika tersenyum datar.


"Aku Daisy, senang bisa kenalan sama Chantika. Aku sebenarnya butuh teman, aku kesepian. Kamu mau ya jadi temen aku?" ujar Daisy.


***

"Daisy... Bangun, Nak! Waktunya sekolah, jangan sampai telat ya!" Suara ibu memecah keheningan di kamis pagi.

 
"Yah ibu... Daisy masih ngantuk sebenernya." Daisy pun beranjak bangun dan bersiap-siap pergi ke sekolah.


Daisy harus menerima kenyataan bahwa ibunya lagi-lagi pulang malam, Mba Warti hanya datang pagi-pagi menyiapkan sarapan, beres-beres rumah, siang menyiapkan makan siang untuk Daisy dan datang malam hari untuk menyiapkan makan malam. 


Biasanya Bi Warti menginap di rumah Daisy namun semenjak anak semata wayangnya melahirkan, Bi Warti keberatan menginap di rumah dan ibupun izinkan Bi Warti datang sewaktu-waktu saja di rumah. 


Tinggallah Daisy sendirian, sendiri dalam rumah besar yang sepi. Daisy hanya menghela napas panjang.


***

Waktu berlalu dan tidak terasa kini maghrib telah tiba. Daisy menghela nafas lagi karena ibu juga Bi Warti belum datang ke rumah.


"Untunglah ada Si Cantik jadi aku tak merasa sendiri" ujar Daisy.


"Loh, kok, Si Cantik engga ada ya di kamarku, kok bisa? Kemana kamu bonekaku?" tanya Daisy dalam hati.

Daisy mulai mencari keberadaan Si Cantik di dalam rumahnya, namun ia belum menemukan tanda-tanda keberadaannya.


Ia pun melihat ke arah beranda apartemen rumahnya dan menemukan Si Cantik sedang berada di beranda apartemen. 


Daisy pun berjalan menuju beranda. Saat ia melihat jendela, Daisy melihat sosok anak sebaya dengannya. Chantika. Daisy mengingat wajahnya saat bertemu dalam mimpinya semalam. Chantika memanggil namanya...


"Daisy... Datanglah, temani Aku... Tolong Aku !"

Daisy mengikuti arah suara itu. Ia membuka pintu jendela, sosok Chantika sudah tak terlihat, kemudian Daisy mengamati sekitar beranda apartemennya dan menemukan Si Cantik tergeletak di lantai.


Daisy memeluk si Cantik dan mengusap rambutnya. Saat ia akan kembali ke dalam rumah, seseorang berbisik di telinganya. Dekat dan teramat jelas. Daisy pun tertegun.


"Daisy... Tolong aku, selamatkan diriku. Temani aku!


"Siapa kamu, kamu Chantika bukan?" tanya Daisy.


Saat Daisy melihat ke arah sekitar, dia tak melihat siapa-siapa. Daisy berdiri melihat ke arah bawah di balkon apartemennya.


"Non Daisy ... hati-hati jangan berdiri di balkon!" seru Bi Warti khawatir,


Bi Warti kemudian tergopoh-gopoh setengah berlari menghampiri Daisy di balkon apartemennya.


"Non, ngapain sih di sini? Hati-hati nanti Non Daisy jatuh, loh.


"Gak apa-apa Bi Warti, Daisy cuman pengen aja main ke beranda soalnya seharian ini suntuk di rumah dan engga ada yang nemenin." Jawab Daisy sambil manyun.


***

Bi Warti menyiapkan makan malam untuk Daisy juga ibunya. Bi Warti terus melirik jam tangannya, sudah waktunya ia pulang ke rumahnya namun ia terlihat tidak tega untuk meninggalkan Daisy di rumahnya. Ibu Daisy belum juga pulang padahal waktu menunjukan pukul 20.00 WIB. 


Biasanya pukul 19.00, Bi Warti pamit pulang, namun karena khawatir pada Daisy, ia menunggu hingga ibunya pulang. 


Daisy melihat Bi Warti yang cemas. Di satu sisi, ia senang ditemani Bi Warti namun ia juga kasihan juga Bi Warti harus menemaninya padahal anak juga cucunya menunggu Bi Warti di rumahnya.


"Bi Warti, pulanglah ... sudah lama juga bibi menemani Daisy di sini," bujuk Daisy 


"Tapi, Non ... Masa Bi Warti ninggalin Non Daisy di rumah sendirian sih? Bibi khawatir, Non Daisy ...


"Gak apa-apa, Bi ..."


Bibi Warti pun pulang ke rumahnya. Bi Warti gak enak hati meninggalkan Daisy sendirian di apartementnya, mana Ibu Daisy belum pulang, hari menjelang malam. 


Namun, Bi Warti menenangkan dirinya, ia sudah membuatkan makan malam untuk Daisy juga Ibunya. Ia juga memiliki urusan lain di rumahnya. Anak dan cucu pertamanya telah menanti di rumah.


***
 
Daisy mendengar suara itu lagi ... suara Chantika menghantuinya ... Daisy kini benar-benar sendiri di apartemennya. Ia hanya bersama Si Cantik. Daisy bercermin bersama Si Cantik. Daisy melihat sosok lain selain dirinya dan Si Cantik di cermin.


"Daisy, ini aku Chantika ... Ulurkan tanganmu, temani aku di sini, sungguh diri ini kesepian ..."


Daisy mendekap Si Cantik dan menatap cermin, Ia mengulurkan tangannya dan Chantika menarik tangannya ke dalam cermin.  


Si Cantik terduduk manis di atas kursi  yang letaknya persis ada di depan cermin. Boneka Si Cantik pun tersenyum. Tuannya telah masuk perangkap.


***

Ibu pun pulang ke apartement setelah rapat di kantor telah usai. Ibu mencari-cari Daisy ke semua sudut apartement. Daisy menghilang ke mana ya pikir ibunya. Ibunya menatap cermin di kamar Daisy.


Ia melihat bayangan Daisy di cermin, namun Daisy tak ada di kamarnya. Ibu memegang cermin dan mengulurkan tangannya. Seketika cermin tadi mengeluarkan darah dari keempat sudutnya...

***

Rembulan

Puisi karya Leannie
Rembulan,
via freepik.com/kjpargeter




Rembulan bersinar terangi malam
Cahayanya terangi hati yang membisu
Sepinya hari terasa kini
Entah sampai kapan rasa ini sirna


Saat kau lepaskan genggaman itu
Ku berharap semua hanyalah mimpi
Kulukis tanya  sang rembulan
Mampukah cahayamu peluk sukma ini



~Leannie.Azalea~
Bandung, 14 Desember 2017

Asa yang Baru

Puisi tentang Asa
Asa yang baru,
via Freepik.com/bedneyimages




Kutuliskan kisah baru
Setelah kisah lama pergi menjauh
Tersirat suatu asa yang baru
Dalam kotak berbingkai bahagia


Masa yang telah usang
Berganti hari baru yang cerah
Tetes embun menatap sang pagi
Mengharapkan asa yang baru


Bukan hanya sekedar angan
Hanya secarik bahagia kupinta
Pada pagi kupintakan asa yang baru
Secerah senyum mentari pada buana


~Leannie_Azalea~
Bandung,14 Desember 2017