Showing posts with label Refleksi Akhir 2025. Show all posts
Showing posts with label Refleksi Akhir 2025. Show all posts

Akhir Tahun 2025, Sebuah Momen untuk Refleksi Diri

Akhir Tahun 2025 dan Refleksi Diri
Refleksi Akhir Tahun 2025,
via canva


Tak terasa sekarang sudah memasuki akhir tahun 2025. Kurang lebih deminggu menjelang tahun 20026, menjadi sebuah momen bagi saya untuk refleksi diri terhadap semua hal yang pernah terjadi, terutama di tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya.


Dari awal Januari 2025, saya merasa kondisi kesehatan kurang baik. Di mulai dari anak saya yang terkena cacar, kemudian saya juga kena radang  yang membuat saya sering kesulitan menelan makanan dan tenggorokan terasa kering.


Selain itu, siklus menstruasi saya pun ikut terganggu. Selain masalah kesehatan, ada masalah pribadi yang menyita perhatian saya. Sejujurnya baru kali ini saya menulis di sini. Tentang kejadian tiga tahun lalu yang mengubah banyak hal di hidup saya.


Tiga tahun lalu tepatnya di Desember 2022, saya dan ayahnya anakku memutuskan untuk hidup masing-masing. Intinya mungkin jodoh di antara kami sudah selesai. Ada pertemuan dan ada pula perpisahan. Meski memang sejujurnya tak ada perempuan yang ketika menikah, endingnya berakhir dengan perpisahan.


Butuh waktu tiga tahun bagi saya menuliskan tentang kejadian ini. Semua sudah ada yang mengatur, bukan? Bahkan daun yang gugur pun semua atas kehendak-Nya. Semua hal yang terjadi pasti ada hikmahnya.



Menanti Indahnya Pelangi setelah Melewati Badai

Menanti Pelangi setelah Badai
Menanti indah pelangi,
via canva


Jika ditanya bagaimana rasanya menjalani hidup hanya berdua saja dengan anak? Bagaimana saya menjalani keseharian pasca perceraian? Semua memang tidak mudah, apalagi saya dan mantan tempat tinggalnya berdekatan alias tetangga.


Ada masa ketika saya memilih untuk tidak ke luar rumah selama beberapa lama, karena saya merasa lebih aman berada di rumah tanpa harus mendengar atau menerima pertanyaan dari lingkungan sekitar.


Beragam masalah mendera pasca perpisahan, saya yang ketika menikah memutuskan untuk fokus mengurus rumah tangga, ternyata di usia sekarang ini mencari pekerjaan tidak semudah ketika sebelum menikah. Benar adanya saat ada statement bahwa perempuan itu harus bisa berdaya dan berdiri di atas kakinya sendiri.


Ada kondisi yang mengharuskan perempuan mau nggak mau jadi tulang punggung bagi keluarga kecilnya, terutama bagi yang mengalami perpisahan setelah sekian lama menikah. 


Jujur saja hal yang memberatkan dan menjadi pertimbangan saya untuk berpisah adalah anak. Alhamdulillah anak saya ada bersama saya. Dia pun sering bertemu ayahnya. Sering diajak main, jalan-jalan, sampai menginap di rumah ayahnya. Jujur saja saya tetap menginginkan anak agar tidak kehilangan sosok ayahnya meski kedua orang tuanya memutuskan untuk hidup masing-masing.


Satu, dua bahkan tiga tahun berlalu. Pada akhirnya saya belajar berdamai dan menerima semua yang telah terjadi. Ketika hati lebih tenang, yang saya rasakan banyak sekali berkah dan pertolongan dari Allah bagi kehidupan saya.


 Masyaallah ketika saya tidak lagi mempertanyakan mengapa semua ini harus terjadi pada saya, banyak hal baik yang terjadi di hidup saya. 


Semua kekecewaan dan rasa sakit yang pernah saya alami sebelumnya sedikit demi sedikit bisa terobati seiring berjalannya waktu. Penerimaan jauh lebih menenangkan dan membuat saya berdamai dengan keadaan.


Ketika kehilangan yang saya ikhlaskan, tak lagi saya genggam rasa sakit yang pernah begitu lekat. Ketika saya melepaskan, ternyata Allah sedang membuka tangan saya untuk mendapatkan pengganti yang insyaallah jauh lebih baik dari sebelumnya.


Ada satu cerita yang membahagiakan bagi saya, di pertengahan bulan 2025 Allah mempertemukan saya dengan seseorang yang di tahun 2026 insyaallah akan menjadi pasangan hidup saya. Rencana Allah memang selalu indah, saya juga tidak membayangkan ternyata Allah sedang mengatur skenario-Nya.


Jujur saja, saya sebenarnya sudah mengikhlaskan semuanya. Tadinya di dalam hati saya sudah menerima jika pada akhirnya saya hanya akan berdua saja dengan anak sampai akhir hayat, itu nggak apa-apa. Saya hanya perlu fokus untuk membesarkan anak dan bekerja. 


Saya hanya mengikuti alur yang sudah Allah siapkan. Jika setelah perpisahan yang saya alami kemarin saya tidak menikah kembali itu pun tak apa-apa. Ternyata Allah berkehendak lain. Insyaallah di tahun 2026 saya akan menikah. Alhamdulillah. 


Pada akhirnya, saya mulai menyadari maksud Allah memberikan saya sebuah kisah yang pahit di masa lalu, karena ternyata Allah mau menggantinya dengan yang jauh lebih membahagiakan di masa depan. 


Rasanya terharu sekali saya menuliskan tentang ini. Allah yang Maha Tahu bagaimana perjuangan saya selama ini. Bagaimana saya bertahan dan berusaha tetap berjalan di jalan yang Allah kehendaki. Alhamdulillah badai sudah terlewati, saya sedang menanti indahnya pelangi setelah ini.


Akhir tahun 2025 ini, menjadi sebuah momen untuk refleksi diri. Tahun ini menjadi tahun terbaik bagi saya, di saat saya menemukan titik terapuh dan terkuat di dalam diri. Alhamdulillah terima kasih tahun 2025. Bismillah untuk tahun 2026. Semoga penuh keberkahan bagi kita semua.



Salam,