![]() |
Rengkuh Banyu Mahandaru dan Plepah, via instagram.com/@rengkuh.banyu |
Rengkuh Banyu Mahandaru berhasil memanfaatkan pelepah pinang sebagai inovasi untuk mengurangi sampah melalui Plepah, kemasan ramah lingkungan. Sebuah langkah nyata Rengkuh membawanya meraih penghargaan Astra SATU Indonesia tahun 2023 di bidang lingkungan.
Suatu ketika Rengkuh Banyu memesan ayam geprek di kantornya, satu ayam geprek dibungkus dalam beberapa styrofoam, ayamnya dipisah, kol, sambal dan nasinya juga dipisah.
Pemesan makanan online cukup banyak sehingga Rengkuh khawatir karena jumlah sampah akan semakin meningkat. Saya sendiri pun merasakan hal yang sama, karena beberapa kali memesan makanan online, masih banyak penjual yang menggunakan plastik bahkan strerofoam sebagai wadah makanan.
Masalah Sampah dan Kerusakan Lingkungan
![]() |
Masalah sampah dan kerusakan lingkungan, via instagram.com/@plepah_id |
Kemasan plastik pada awalnya dianggap solusi sebagai material murah dan tahan lama, namun ketika umur material tidak sebanding dengan masa penggunaan, hal ini menjadi masalah baru bagi lingkungan karena sulitnya proses degradasi oleh alam.
Penggunaan kemasan makanan berbahan plastik atau styrofoam dengan adanya jasa antar makanan menimbulkan masalah yang serius. Dengan jajan menggunakan jasa pesan antar makanan saja ternyata bisa memproduksi sampah makanan sampai dua puluh juta per harinya.
Meningkatnya jumlah sampah menimbulkan berbagai masalah kesehatan dan lingkungan yang menyebabkan keseimbangan lingkungan terganggu karena material seperti plastik sulit terurai oleh alam.
Masalah sampah ini menjadi perhatian Rengkuh Banyu ketika ia sedang liburan ke Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Ketika menyelam di sana, ia melihat kondisi laut yang kotor. Hal ini terjadi karena pengelolaan sampah yang buruk merusak kondisi alam, terutama laut.
Berdasarkan GoodStats, volume sampah nasional di Indonesia pada tahun 2025 diprediksikan mencapai 63 juta ton yang didominasi oleh sampah rumah tangga. Hal ini menjadi permasalahan serius yang memperlihatkan bahwa pengelolaan sampah di Indonesia masih belum optimal.
Berawal dari keresahan Rengkuh Banyu mengenai masalah sampah ini, ia tergerak untuk mengurangi sampah plastik dan styrofoam dengan membuat kemasan ramah lingkungan dari pelepah pinang.
Plepah, Kemasan Ramah Lingkungan dari Pelepah Pinang
![]() |
Plepah: Kemasan ramah lingkungan, via instagram.com/@plepah_id |
Rengkuh Banyu Mahandaru, pria kelahiran Garut, 26 Juli 1991 ini menjadi insiator dan pendiri Plepah dengan memberdayakan masyarakat di area konservasi melalui pengolahan hasil hutan non kayu yang berasal dari limbah pertanian yaitu pelepah pinang.
Plepah ini terinspirasi dari sebuah riset di India yang menggunakan peralatan makan sehari-hari berbahan ramah lingkungan. Untuk mengatasi masalah limbah kemasan, maka dibuatlah sebuah kelompok bernama Plepah yang menginisiasi riset dengan memanfaatkan pelepah pinang sebagai wadah makanan.
Pendiri Plepah, Rengkuh Banyu melihat potensi besar untuk mengalihfungsikan limbah pohon pinang menjadi kemasan makanan pengganti stryrofoam dan plastik.
Pada Bulan Desember tahun 2018, fokus awal Plepah ada di Sumatera khususnya Desa Teluk Kulbi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi dan Desa Mendis, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Plepah mengembangkan dan memproduksi produk kemasan ramah lingkungan, contohnya piring, mangkok dan kontainer makanan.
Riset ini memetakan potensi pinang di daerah Papua dan NTT. Pelepah pinang dianggap tidak bernilai dan dianggap sebagai limbah pertanian, karena biasanya dibuang atau dibakar terutama selama musim hujan karena bisa menjadi sarang nyamuk.
Rengkuh dengan latar belakang sarjana Desain Produk di Institut Teknologi Bandung, bersama dua kawannya membangun, mengembangkan dan memproduksi mesin tepat guna agar produksi piring dan kontainer makanan dari pelepah pinang bisa optimal.
Berdasarkan pemaparan Rengkuh, biasanya para petani yang mempunyai 2-3 hektar kebun Pinang, dapat menghasilkan 5-10 kilogram pelepah yang jatuh dari pohonnya perharinya. Setelah dikumpulkan,lalu masuk pabrik. Teknik atau proses pembuatan plepah menjadi wadah makanan menggunakan alat cetak pemanas.
Namun, pada awal kemunculan Plepah ini mendapat tantangan dari masyarakat sekitar yang menganggap bahwa pelepah pinang merupakan limbah yang tak bermanfaat.
Rengkuh pun harus menyakinkan masyarakat sekitar untuk menyediakan bahan baku pelepah pinang untuk diproduksi menjadi kemasan makanan dan bisa menjadi peluang bagi masyarakat untuk menambah pendapatan mereka dengan memanfaatkan limbah pelepah pinang.
Selain itu, ia juga perlu meyakinkan para pemilik usaha makanan agar mau beralih dari stryrofoam ke Plepah, karena harga jual Plepah lebih tinggi dari styrofoam. Namun, produk Plepah ini punya berbagai keunggulan di antaranya ramah lingkungan karena bisa terurai dalam 60 hari, aman dipanaskan pada microwave, tahan air, dan disterilkan terlebih dahulu sebelum didistribusikan.
Akhirnya Rengkuh mampu mengubah mindset masyarakat dan pelaku usaha agar menggunakan kemasan ramah lingkungan, bukan hanya memikirkan harga yang lebih murah tetapi dapat memelihara keberlangsungan lingkungan di masa depan.
Pada produksi awalnya, produksi Plepah hanya 500 pcs per bulan sambil melakukan riset berkelanjutan dan mengembangkan produksinya. Di tahun 2024 omset Plepah telah mencapai miliaran rupiah dengan kapasitas produksi mencapai 20.000-30.000 pcs per bulan.
Rengkuh Banyu Mahandaru, Peraih SATU Indonesia Awards 2023 di Bidang Lingkungan
![]() |
Rengkuh Banyu Mahandaru: Peraih Astra SATU Indonesia tahun 2023, via instagram.com/@rengkuh.banyu |
Sebelum tahun 2019, Rengkuh Banyu Mahandaru adalah seorang karyawan swasta. Keresahan akan meningkatnya jumlah sampah membuatnya memproduksi kemasan makanan dari bahan alami yaitu pelepah pinang.
![]() |
Plepah dari pelepah pinang, via instagram.com/@plepah_id |
Plepah memiliki desain yang sederhana, menarik, eksklusif, dan berkelanjutan. Plépah tak hanya menjadi wadah atau kemasan makanan yang ramah lingkungan, tapi menjadi bisnis ecosentris yang bertanggung jawab pada setiap rantai produksinya terhadap keberlangsungan alam.
Sampah dari Plepah akan mudah terurai di alam karena 100% menggunakan bahan alami organik tanpa menggunakan plastik dalam proses pembuatannya sehingga tidak meninggalkan residu metal dan mikroplastik.
Plepah juga ikut berkontribusi dalam mengurangi pemakaian styrofoam sebagai pembungkus makanan yang menjadi pencetus masalah lingkungan karena sifatnya sulit terurai.
Kehadiran Plepah di tangan Rengkuh Banyu Mahandaru atas dedikasi dan insiatifnya dalam menjaga bumi, membuatnya berhasil mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards dari PT. Astra International, Tbk, pada tahun 2023 kategori lingkungan.
Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards adalah wujud apresiasi dari Astra untuk generasi muda, baik individu maupun kelompok, yang mempunyai kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitarnya di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi.
Apresiasi SATU Indonesia Awards ini menjadi penghargaan bagi Rengkuh Banyu Mahandaru atas upayanya untuk mengurangi sampah terutama yang berbahan plastik dan styrofoam dengan limbah pelepah pinang.
Rengkuh Banyu Mahandaru sebagai pendiri Plepah berhasil mengurangi sampah terutama sampah plastik dan stryrofoam dengan kemasan ramah lingkungan dari pelepah pinang. Inovasi Plepah ini juga berdampak positif pada masyarakat karena mampu menaikan pendapatan petani sebagai pengumpul pelepah pinang.
#SatukanGerakTerusBerdampak
#KitaSATUIndonesia
Salam,